Bisnis, Kisah Kehidupan, Marketing

Loncat

Seorang Associate Professor di almamater melakukan pengamatan pasca perubahan yang dilakukannya pada kolam ikan kesayangannya. Dia memberikan pembatas pada kolamnya, dan memberikan perbedaan perlakuan dari dua kolam yang terpisahkan pembatas baru tersebut. Di satu sisi, diberikannya supply air dan supply udara yang lebih baik dibandingkan dengan kolam sisi yang lain. Apa yang terjadi?

Baca lebih lanjut
Standar
Bisnis, film, Kisah Kehidupan

Rencana

rencana yang tak pernah gagal adalah tanpa rencana

~ Sang ayah kepada kedua anaknya dalam film Parasite (2018)

Kutipan di atas bisa jadi adalah antitesa dari rencanakanlah hidup sedemikian sehingga hidupmu akan sukses. Jika ingin begitu maka bikinlah rencana ini itu. Begitu halnya jika ingin begini, maka siapkanlah rencana ini itu. Kalau perlu rencana A sampai rencana Z. Begitu kata pebisnis sukses dan para motivator berbayar. Pokoknya: perencanaan adalah kunci.

Baca lebih lanjut
Standar
Bisnis

Abandoning The Ship

Nahkoda mana yang menginginkan kapalnya tenggelam ke dalam pusaran gelombang. Rasanya tak ada. Kapal tenggelam adalah bencana yang tak pernah direncana. Pun seandainya kejadian itu datang, maka keselamatan awak kapal (teorinya) adalah di atas segalanya.

Pecundang adalah nahkoda yang lari menyelamatkan dirinya duluan tanpa mengingat keselamatan awak kapal. Pahlawan adalah nahkoda yang memilih untuk hilang ditelan gelapnya lautan bersama awak kapal dengan kapal yang tak bisa diselamatkan. Sebagaimana kisah Komodor Yos Sudarso bersama KRI Macan Tutul-nya. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, film, Kisah Kehidupan, Website

Point of No Return

Tetiba saya merasa pada sebuah titik yang tidak bisa kembali ke awal, yang jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris secara gampang-gampangan adalah point of no return. Ingin memastikan, benar gak istilah yang saya pakai menggambarkan keadaan saya tersebut, jadinya belakangan saya malah tercerahkan, bahwa point of no return awalnya adalah istilah penerbangan. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, Indonesiana, Marketing, Politik, Social Media

Iklan Colongan

Judul postingan kali ini terinspirasi dari curcol. Curhat colongan. Lah, singkatan dalam singkatan. Bukankah curhat-nya sendiri juga singkatan dari curahan hati. Menurut Amin Aulawi via inovasee.com (bisa baca di sini), curcol adalah kata dan juga istilah tahun 90-an. Amin mengkelompokkan curcol sebagaimana EGP, ember, koit, hebring, gundah gulana serta ngocol.

Hihihi, masak sih gak ada yang tahu dari kata-kata dan istilah-istilah tersebut?

Nah, menariknya, di tulisan Amin Aulawi tersebut, pas penjelasan tentang curcol menggunakan foto ilustrasi adegan dari Cinta bersama genk-nya di AADC-1. Duh kan, malah jadi curcol sendiri. Hihihi. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, Kisah Kehidupan

Lain Ladang Lain Ilalang

Jakarta sore itu mulai menyurutkan panas. Di bilangan jalan MT Haryono, tak jauh dari Pancoran, mungkin panas, tapi bagi saya angin yang bertiup sungguh bersahabat. Seiring kelegaan saya menyelesaikan ujian. Setelah enam bulan melewati masa traning, sore itu akhirnya saya keluar dari ruang meeting di lantai 8. Meski tanpa tahu hasil akhirnya, saya cukup puas dengan presentasi saya tadi. Sementara beberapa kawan masih ujian, saya menikmati sore di Jakarta. Memandang langit Jakarta, memandang padatnya lalu lintasnya. Ya, Jakarta. Ibukota dari impian anak-anak muda Indonesia dari luar ibukota untuk menjejaknya. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, Friends, Social Media

Centang Biru

whatsappDi antara beberapa aplikasi pesan yang saya gunakan saat ini, bisa dikatakan WhatsApp adalah aplikasi yang paling banyak digunakan oleh kontak-kontak saya. Ringan adalah penyebab yang utama. Lintas platform adalah penyebab yang kedua. Cara identifikasinya pun mudah. Tinggal ngikut dari catatan nomer hp di phone-book. Selama nomer tersebut mempunyai koneksi ke internet dan menggunakan WhatsApp juga, langsung deh bisa digunakan. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, Indonesiana, Liverpool, Marketing

Iklan Favorit

televisionTak biasanya saya menyukai iklan di televisi. Jaman masih nonton televisi secara jamaah jaman pas tinggal di asrama atau kost-kostan, saat iklan adalah saat yang tepat untuk berpindah channel, untuk mengecek sedang ada acara apa di channel tetangga. Karena itu, penguasa televisi ditahbiskan kepada kawan yang memegang remote.

Dengan kuasa jempolnya, acara televisi bisa berpindah-pindah manakala iklan ditayangkan. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, Indonesiana, Lawan Korupsi, Marketing

Perantara

Pernahkah menjumpai iklan yang kira-kira bunyinya seperti ini: “Dijual Tanpa Perantara”? Tak asing bukan? Baik di media iklan baris ataupun juga tertempel langsung di pagar rumah yang hendak dijual.

Mengapa ada iklan semacam itu? Rasanya sih karena alasan si pemilik barang tidak berkeinginan berhubungan dengan si perantara. Ada dua hal biasanya: satu, lebih ribet urusannya, serta alasan kedua, si pemilik barang tidak berkeinginan untuk mengakomodasi biaya si perantara baik dengan cara menaikkan harga barang yang menyebabkan harga tidak kompetitif ataupun juga dengan cara mengurangi keuntungan si pemilik.

Wajarkah pemikiran si pemilik barang sebagaimana di atas? Jika wajar, berarti apakah salah keberadaan si perantara?

Baca lebih lanjut

Standar