Di antara beberapa aplikasi pesan yang saya gunakan saat ini, bisa dikatakan WhatsApp adalah aplikasi yang paling banyak digunakan oleh kontak-kontak saya. Ringan adalah penyebab yang utama. Lintas platform adalah penyebab yang kedua. Cara identifikasinya pun mudah. Tinggal ngikut dari catatan nomer hp di phone-book. Selama nomer tersebut mempunyai koneksi ke internet dan menggunakan WhatsApp juga, langsung deh bisa digunakan.
Yang saya juga suka dari WhatsApp adalah tak perlu rajin-rajin clear chat sebagaimana jaman masih menjadikan BlackBerry Messenger (BBM) sebagai aplikasi pesan utama saya. Terutama untuk percakapan di group. Selain itu, di WhatsApp juga dilengkapi dengan kemudahan untuk mendokumentasikan percakapan dengan mengirimkannya ke email tertentu.
Meski demikian, masih banyak yang salah kaprah dengan notifikasi penggunaan WhatsApp ini. Jika di BBM ada mekanisme notifikasi dengan tanda centang, huruf D, dan huruf R, sebagai penanda status pesan kita, maka di WhatsApp punya mekanisme tanda centang satu dan tenda centang dua. Salah kaprahnya, centang satu dan centang dua di WhatsApp itu serta merta disamakan dengan D dan R di BBM: D yang berarti pesan telah tersampaikan ke perangkat kontak yang dituju, sementara R berarti pesan telah dibaca.
Bagi sebagian orang, status pesan ini menjadi penting karena terbaca atau tidaknya pesan adalah sama pentingnya dengan isi pesan itu sendiri. Pesan terbaca tetapi tidak mendapatkan balasan misalnya, ada yang memaknainya sebagai penanda apakah si pembaca pesan memberikan perhatian atas pesan tersebut.
WhatsApp, meski sudah menjadi pemain utama aplikasi pesan dengan pengguna kurang lebih 600 juta pengguna aktif di seluruh dunia pada bulan November 2014 (baca di sini), terus melakukan pembenahan. Salah satunya di bulan ini, WhatsApp menambahkan tanda centang biru sebagai penanda bahwa pesan sudah terbaca. (Saya baru menyadari perubahan tanda centang biru ini pada hari Jumat, 7/11).
Cukup menarik langkah dari WhatsApp ini. Pertama, meski sudah menjadi pemain utama aplikasi pesan di level global, dirinya tak enggan untuk berpuas diri. Kedua, dengan langkah mengikuti apa yang dilakukan dengan BBM dengan notifikasi D dan R-nya, apakah memang WhatsApp ingin menjadi pemimpin pasar aplikasi pesan di Indonesia, mengingat di bulan Juni 2014, posisi aplikasi pesan di Indonesia masih dipimpin oleh BBM, WhatsApp di tempat kedua, disusul Facebook Messenger dan Line bersama-sama di posisi ketiga dan keempat (baca di sini).
***
Dengan menambahkan status centang biru, WhatsApp memberikan fitur tambahan buat mereka yang menyukai pentingnya status pesan apakah sudah terbaca atau tidak, lebih dari sekedar pesan tersampaikan ke perangkat yang dituju. Dengan centang biru ini pula, semoga yang sering salah kaprah menyamakan centang satu atau dua pada WhatsApp dengan notifikasi R dan D pada BBM bisa diminimalisir.
Jika Anda termasuk orang yang mudah senewen, bad mood, dan lain sebagainya seandainya tanpa memperoleh kabar balik dari pesan yang Anda kirimkan, tanda centang biru ini mungkin akan cukup membantu. Tetapi bagaimana jika tanda centang biru tak kunjung di dapat? Jangan keburu senewen dan bad mood. Sebaiknya dipertimbangkan dulu, apakah benar si pembaca pesan tak kunjung membaca (bisa jadi karena masih ada aktivitas lainnya, atau karena tak sempat pegang hp, atau karena hp sedang fakir power). Coba cek juga, apakah si pembaca pesan masih menggunakan versi WhatsApp yang belum di-upgrade. Atau bisa dimungkinkan juga (paling sering kejadian) adalah karena problem koneksi internet sedang mbambet.
Ya, namanya komunikasi, ada saja barrier-nya. Teknologi hanya sekedar alat bantu semata.
[kkpp, 11.11.2014]