In Memoriam: Ir. I Wayan Lingga Indaya, MT

Jumat itu tertanggal 13 Juli 2007. Friday  the thirteenth, kata orang-orang.

Pagi itu maksud hati hendak posting ke milis marine engineering its, sebuah doa untuk dosen wali saya dulu yang sejak Rabu kemarin (11/7) masuk RSUD Dr Sutomo karena sakit jantung. E-mail berisi doa belum sempat terkirim, malah ternyata yang saya dapati adalah berita duka bahwa beliau telah berpulang.

Ya sesungguhnya yang berasal dariNya akan kembali kepadaNya.

Saya sempat menitikkan airmata. Bagaimanapun, beliaulah salah satu yang mendorong saya untuk menyelesaikan studi S1 beberapa tahun yang lalu.

Saya masih ingat benar, pertanyaan beliau setiap awal semester manakala saya mengajukan lembar FRS: “Ada yang berkurang?”

Saya selalu menimpali dengan ketawa kecut, karena sudah beberapa semester sejak semester 8, FRS saya selalu terisi sama persis: tugas akhir (6 sks), perancangan kamar mesin 2 (3 sks), tugas rencana sistem propulsi (1 sks) dan kerja praktek (1 sks). Ya saya sempat jalan di tempat di perkuliahan.

Beliau tidak banyak menanyakan mengapa tak ada satupun yang berubah di FRS dari semester ke semester. Mungkin beliau menyimpan rapat-rapat pertanyaan yang biasanya ditanyakan pada saat perwalian yang meski singkat namun padat sebagaimana semester-semester yang lalu. Entahlah saya tak tahu pasti. Dulu beliau sangat rewel dan tanya detil tentang ini itu. Tapi mungkin beliau telah mendapat jawaban mengapa tak ada perubahan sejak saya bertemu beliau di rapat IKA-ITS (Ikatan Alumni ITS) dan SM-ITS (Senat Mahasiswa ITS) di awal 1998, pada sebuah pertemuan mambahas kondisi Indonesia yang mulai memanas. Waktu itu beliau tampak terkejut begitu tahu yang mewakili SM-ITS adalah saya, salah satu mahasiswa perwaliannya. Saya pun juga terkejut, beliau ada di jajaran pengurus IKA-ITS.

Dalam episode yang lain, saya teringat saat beliau bertanya pada sesi tanya jawab sidang P2 tugas akhir. Pada sidang P2 ini, di jurusan kami, mahasiswa yang mengambil tugas akhir akan dievaluasi perkembangannya, apakah layak untuk mengikuti P3 (sidang akhir) atau tidak. Biasanya P2 akan menghasilkan  keputusan apakah bisa lanjut ke P3, mendapatkan perpanjangan waktu pengerjaan, harus mengganti topik tugas akhir karena tidak bisa terselesaikan atau sudah lebih dari waktu yang disyaratkan (2 semester).

Pada waktu itu, saya menyampaikan permohonan untuk perpanjangan waktu pengerjaan meski tugas tersebut telah dua semester tapi belum juga terselesaikan. Dua semester sebelumnya saya pernah mengganti topik tugas akhir karena tak selesai. Pada sidang yang dipimpin oleh Kajur saya waktu itu, Bapak Dr. Ir. A.A. Masroeri, pak Wayan yang kebetulan yang juga jadi penguji menyela untuk mengajukan pertanyaan pertama kali. Dan, apa yang ditanyakan beliau?

Sungguh saya tak pernah menyangka tatkala beliau bertanya seperti ini: “Hari ini Soeharto masuk rumah sakit. Menurut Anda, apakah yang sebenarnya terjadi? Apakah ini merupakan konspirasi Habibie-Wiranto untuk menyelamatkan Suharto?”

Glodagh!!!

Saya kaget. Lantas dengan setengah terbata menanyakan ke Ketua Sidang saat itu, apakah saya harus menjawab pertanyaan tersebut karena tidak ada relevansinya dengan topik tugas akhir saya? Lantas dengan terpaksa saya kemudian menjawab pertanyaan tersebut, setelah Pak Masroeri mengangguk mengiyakan.

Sesaat setelah mendengarkan paparan atas pertanyaan tersebut, pak Wayan berkata dengan lantang, “Bapak-bapak anggota sidang P2 yang terhormat, saya dosen wali mahasiswa tersebut! Saya tahu benar siapa dia dan apa yang dia kerjakan selama ini. Karena itu, saya tanya pertanyaan tadi dan saya tanya lagi (sembari beliau menoleh kepada saya): Masih bersedia kah Anda menyelesaikan studi Anda?”

Saya mengangguk tak pasti dan selanjutnya episode berlanjut sedemikian rupa sehingga saya dapat menuntaskan tugas akhir saya dengan topik yang sama meski harus berganti dosen pembimbing dari Bapak Ir. Ketut Buda Artana MSc (kini beliau menjadi Profesor pertama di jurusan kami) yang melanjutkan studi ke Jepang dengan Bapak Ir. Aguk Zuhdi MF, MEng yang pernah menjadi dosen wali saya sebelum digantikan pak Wayan.

Begitulah. Kenangan terhadap pak Wayan tersebut yang membuat saya menggebu untuk me-rearrange sebuah meeting dengan klien dan menggantinya untuk hadir dalam upacara pelepasan jenazah di Plaza KPA dr. Angka, Kampus ITS, lepas tengah hari Jumat 13 Juli 2007 yang terik.

Saat menatap foto beliau, beliau tampak kurus dengan kumis hitam tebal kini telah banyak dihiasi uban. Tak terasa saya menitikkan air mata. Bagaimanapun sejak kelulusan, dalam beberapa kali kesempatan ke kampus, tak sekalipun saya berkesempatan untuk berjumpa beliau.

Selamat jalan, Pak Wayan. Ijinkan saya menyimpan kenangan ini di hati saya.

[kkpp, 18.07.2007]

5 pemikiran pada “In Memoriam: Ir. I Wayan Lingga Indaya, MT

  1. Bapak adalah orang yang paling saya kagumi…
    Selama hidup beliau sangat pendiam dan terkesan tertutup..
    Saya tidak pernah betul2 mengerti bagaimana sosok bapak yang sesungguhnya..
    Namun setelah beliau pergi,,semua kebaikan bapak selama hidup di dunia seolah2 ditunjukkan oleh Allah SWT..Kebaikan yang saya,selaku anak ataupun Ibu selaku Istri tidak pernah tau sebelumnya..
    Selamat jalan Bapak..semoga engkau diterima di sisi Nya…Amien..
    Dan semoga orang2 terkasih yang telah engkau tinggalkan dapat meneruskan semua perjuanganmu…
    Always luv u Bapak..

    Suka

  2. bapak wayan, orang yang paling suka menyebut saya dg sebutan cemeng ato mulut kecil.
    slalu ingat dg guyonan bersama kelurga saat beliau sudah pulang mengajar .

    sekarang, terasa ada yang berubah(bukan terasa lg tetapi benar2 sudah berubah) setelah bapak di panggil oleh yang maha kuasa .

    dan baru kali ini saya selaku anaknya tau hal ini .

    bapak, caca kuangeeeeeeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnn sama bapak .
    T.T

    (bener nangis baca ini)

    Suka

  3. Mbak Kalingga & Caca,

    Mungkin kita pernah bertemu pas prosesi di Plaza KPA dr. Angka, Kampus ITS. Semoga kita bisa bertemu lain kali.

    Tulisan kecil ini memang sepenggal kisah kecil, tetapi masih banyak kenangan tentang beliau yang tak dapat tertuliskan.

    Semoga senantiasa diberikan segala kemudahan dalam meneruskan cita dan perjuangan beliau.

    Oia, saya bisa dikontak di kurnia[dot]kpp[at]gmail[dot]com. FB saya juga menggunakan alamat yang sama.

    Suka

Tinggalkan komentar