Dunia (tak) Maya

Ada kosa kata baru yang baru kita akrabi dalam bahasa Indonesia sejak era 90-an: dunia maya, cyberspace, cyberworld, dunia virtual, dan tentu saja: internet. Kosa kata baru tersebut adalah hal-hal yang terkait dengan aktivitas komputer yang kemudian menautkan siapa saja bisa terhubung satu sama lain. Teknologi yang menyebabkan jarak menjadi bukan masalah, pun perputaran informasi menjadi sedemikian cepat. Belakangan, kosa kata baru juga hadir dan dominan: media sosial alias socmed, akronim dari social media.

Tapi entah mengapa kemudian aktifitas tersebut disebut sebagai dunia maya. Karena maya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “hanya tampaknya ada tetapi nyatanya tidak ada” alias “hanya ada dalam angan-angan” alias “khayalan”.

Bagaimana dengan dunia virtual? Menurut KBBI, virtual adalah “secara nyata”. Kita tengok apa kata Oxford, virtual mempunyai penjelasan sebagai berikut: [1] almost or very nearly the thing described, so that any slight difference is not important; [2] made to appear to exist by the use of computer software.

Sementara “cyber-“ didefinisikan Oxford sebagai: (combining form in nouns and adjectives) connected with electronic communications networks, especially the internet.

Ya, apapun itu, kita sekarang telah menjadi penggunanya. Sadar atau tidak, saat membaca tulisan ini, Anda sedang menggunakan teknologi internet. Dari segala keperluan: berkorespondensi via email, bersosialisasi, mendapatkan informasi terkini, bahkan untuk tujuan berbelanja dan tujuan-tujuan lainnya, menyebabkan pengguna internet alias penunggu dunia maya di tahun 2015, telah mencapai hampir separuh penduduk dunia: 3.2 miliar penduduk dunia dari total 7.2 miliar (data menurut ITU, lembaga telekomunikasi internasional, seperti dilansir oleh BBC, bisa baca di sini).

Data lebih menarik tentang tentang penggunaan internet per Agustus 2015 bisa baca di sini.

Salah satunya tampilan datagrafis yang menarik adalah sebagai berikut:

Slide041
Facebook masih paling banyak penggunanya. Sumber: http://wearesocial.sg/blog/2015/08/global-statshot-august-2015/

Dari gambar di atas, hingga Agustus 2015, Facebook-lah yang menjadi tempat paling banyak ditongkrongi warga dunia. We-are-social (@wearesocialsg), membagi aktivitas nongkrong di dunia maya di atas menjadi dua kategori: pertama sebagai social network dan kedua sebagai messenger/chat/voip application.

Bagaimana dengan Anda? Dimana Anda nongkrong di dunia maya?

***

Hehe, gak sopan ya saya. Menanyakan dimana Anda nongkrong, tapi tak menyebutkan dimana saya nongkrong. Ya, bagaimana dengan saya? Dimana saya nongkrong di dunia maya?

Email

Surat elektronik alias surel. Tapi lebih populer nama aslinya: email. Saat ini lebih banyak saya gunakan untuk aktivitas formal untuk urusan pekerjaan. Dulu sempat banjir email via berbagai milis (mailing list) tapi lambat laun milis mulai sepi. Beberapa penduduk milis yang saya ikuti malah kemudian lebih enjoy membuat rumah baru di grup whatsapp.

Facebook

Sebagaimana umumnya warga dunia, kira-kira 1 dari 2 pengguna internet menggunakan facebook, saya juga menggunakannya. Dulu malah punya dua akun. Satu yang beneran satu yang lain dipakai buat nge-game Mafia War. Hehe. Yang dibuat nge-game sudah di-deactivated. Sudah purnawirawan dari mawia war tanpa uang pensiunan.

Sejak fesbuk-an September 2008, saya menemukan kembali teman-teman, sanak keluarga dan kerabat yang tercerai berai dengan aktivitas dan kesibukan masing-masing. Senang bisa tahu kabar kekinian mereka dari apa yang mereka sharing-kan.

Cukup lengkap sebenarnya fasilitas di facebook ini. Bisa buat bikin group, bisa buat nyetatus, bisa buat nge-game, bisa buat postingan foto, bisa buat postingan tanpa perlu keterbatasan karakter. Bisa juga pakai jalur pribadi jika tak ingin diketahui publik.

Bedanya sekarang, belum tentu dalam satu hari saya menyambangi laman fesbuk saya sebagaimana dulu. Tetapi saya masih monitor kok. Apalagi saya masih dapat amanah memegang akun fesbuk dari suatu komunitas. Cuma responnya saja yang tidak realtime.

Twitter

Berbeda dengan fesbuk yang menampilkan nama lengkap saya, di twitter saya pakai nama @tattock. Mengapa ‘tattock’ bisa baca di sini.

Awalnya kagok karena sudah terbiasa dengan fesbuk manakala saya join dengan twitter belakangan, tepatnya di bulan Oktober 2009 setahun setelah fasih berfesbukan. Tetapi di belakang hari saya lebih terbiasa dengan ciri khas twitter dengan terbatasnya 140 karakter untuk setiap postingan dan juga karena linimasa (timeline) beneran berdasar realtime.

Berbeda dengan fesbuk yang saya buka sesekali, saya lebih sering cangkruk di twitter untuk mengintip apa yang sedang ramai di linimasa dan sering mentweetkan sesuatu yang melintas dalam pikiran saya.

Path

Saya mengenal path karena gerombolan bff (best funny friends) saya pada nge-path. Seru karena awalnya path menawarkan sebagai  lebih dari sekedar situs pertemanan. Apalagi di awal hanya boleh cuma punya 150 teman saja. Jadinya lebih terbatas dibandingkan dengan fesbuk yang ramai dengan segala keriuhrendahannya. Cuma saya tidak penah ngalamin bagaimana susahnya memilih teman saat jumlah teman yang terdaftar sudah 150. Lha, teman saya yang nge-path juga cuma sedikit.

Kini saya nge-path sudah lebih 2 tahunan. Tetap menyenangkan apalagi terbebas dari pedagang online yang tidak kita kenal tetiba komen buka lapak asal nge-tag.

Instagram

Sempat punya akun @tattock tapi awalnya cuma buat mengamankan sebelum akun itu diambil orang. Gak pernah ada postingan, kaget dan nyesel juga saat akun itu deactivated dan tak bisa dipulihkan. Kini ber-instagram dengan akun @tattock_ isinya adalah hasil jepretan dari handphone.

Alhamdulillah, bukan termasuk akun seleb, jadinya bersih dari akun pedagang online pelangsing tubuh dan obat kesuburan.

Blog

Ya di sini lah kita sekarang. Di antara tempat cangkruk saya di dunia maya di atas, saya paling suka di sini. Meluangkan waktu untuk menempatkan pikiran-pikiran saya, menuliskan ulang catatan perjalanan serta meletakkan kepingan-kepingan tentang saya lainnya di ruang publik. Jadilah saya buku yang terbuka di blog ini, sebagaimana pensieve-nya Profesor Dumbledore di kisah Harry Potter.

Saya nge-blog sejak 18 Juli 2007, setahun sebelum saya fesbukan. Pindahan ke dotcom per 17 September 2013. Isi blognya sih gado-gado dan jadwal postingannya pun tak tentu. Pembacanya pun random entah darimana saya tak tahu. Berbeda dengan pembaca postingan saya di fesbuk dan path adalah teman-teman saya, berbeda pula dengan pembaca postingan saya di twitter dan instagram adalah follower saya. Bisa jadi pembaca di blog saya adalah sebagian dari para teman dan follower, tetapi saya tak bisa memastikan di luar lingkar teman dan follower ternyata lebih banyak silent reader yang tak bisa diketahui mereka itu siapa saja.

Bagaimana mereka memaknai postingan saya pun saya tak mengambil pusing. Karena harapan saya hanyalah semoga kelak blog ini terbaca oleh Aurora dan Alvaro, sebagai sebuah cara bagi mereka untuk memahami siapa ayahnya. Karena bagi saya dunia maya bukanlah sesuatu yang maya. Ia nyata dan tak perlu berlindung dari anonimitas.

[kkpp, 05.12.2015]

Tinggalkan komentar