Bisnis, Indonesiana, Marketing, Politik, Social Media

Iklan Colongan

Judul postingan kali ini terinspirasi dari curcol. Curhat colongan. Lah, singkatan dalam singkatan. Bukankah curhat-nya sendiri juga singkatan dari curahan hati. Menurut Amin Aulawi via inovasee.com (bisa baca di sini), curcol adalah kata dan juga istilah tahun 90-an. Amin mengkelompokkan curcol sebagaimana EGP, ember, koit, hebring, gundah gulana serta ngocol.

Hihihi, masak sih gak ada yang tahu dari kata-kata dan istilah-istilah tersebut?

Nah, menariknya, di tulisan Amin Aulawi tersebut, pas penjelasan tentang curcol menggunakan foto ilustrasi adegan dari Cinta bersama genk-nya di AADC-1. Duh kan, malah jadi curcol sendiri. Hihihi. Baca lebih lanjut

Standar
Kisah Kehidupan

In memoriam: Richard Pique

Namanya Richard. Richard Pique begitu ia menamakan dirinya dan kami mengakrabinya pun tanpa pernah protes mengapa akun twitter-nya bernama @richard_pique03. Nama ‘Pique’ sepertinya merujuk pada salah satu pemain FC Barcelona, tetapi meski ia pecinta Barcelona demikian ia juga saudara kami di Bigreds Regional Surabaya. Tanya ke kawan-kawan Bigreds Surabaya, pasti tahu siapa Richard. Sosoknya gampang dikenali dan gampang diingat. Chant-nya kenceng tak lelah dari awal hingga akhir.

kkpp_091

Baca lebih lanjut

Standar
Kisah Kehidupan, Social Media

Dunia (tak) Maya

Ada kosa kata baru yang baru kita akrabi dalam bahasa Indonesia sejak era 90-an: dunia maya, cyberspace, cyberworld, dunia virtual, dan tentu saja: internet. Kosa kata baru tersebut adalah hal-hal yang terkait dengan aktivitas komputer yang kemudian menautkan siapa saja bisa terhubung satu sama lain. Teknologi yang menyebabkan jarak menjadi bukan masalah, pun perputaran informasi menjadi sedemikian cepat. Belakangan, kosa kata baru juga hadir dan dominan: media sosial alias socmed, akronim dari social media.

Baca lebih lanjut

Standar
Puisi

Berita Kematian

Seberapa sering berita tentang kematian datang kepada kita? Ia adalah kewajaran. Ia juga sebuah kepastian. Kadang mengagetkan. Kadang justru malah membawa kisah mengagumkan.

Kelak, jika sudah tiba waktuku, akan datang juga padamu. Berita kematianku.

Akankah berita itu adalah berita yang mengagetkan atau justru berita yang selama ini kamu harapkan?

Akankah berita itu adalah berita yang kamu tangisi atau malah kamu tertawai?

Baca lebih lanjut

Standar
Liverpool, Sepakbola

Dimas Pridinaryana Putra: Kembalinya ke Member, Demi Umat …

cakdim2Dimas Pridinaryana Putra, biasa dipanggil Cakdim sesuai dengan namanya di forum BIGREDS pun sesuai dengan akun resminya di twitter, adalah presiden terpilih BIGREDS Indonesia’s Official Liverpool FC Supporters Club, untuk periode 2014-2017. Ia menjadi orang kelima, setelah Heri Suherman, Hendra Kurniawan, Andhika Suksmana dan Fajar Nugraha, yang didapuk menjadi nahkoda dari organisasi BIGREDS IOLSC yang berdiri sejak akhir 1999 ini. Baca lebih lanjut

Standar
Social Media, Website

Seleb Twitter (2)

Iseng saya menemukan sebuah laman yang mengukur siapa sih pengguna dan pemilik akun twitter yang paling banyak follower-nya. Bisa dibaca di sini. Ya lumayan membantu untuk melihat statistik seleb twitter pada suatu masa. Tiba-tiba saya teringat, dulu saya pernah iseng (juga) membuat postingan tentang seleb twitter Indonesia (bisa dibaca di sini).

Menurut situs tersebut, pertanggal 29 Agustus 2014, inilah top akun twitter dari Indonesia dengan peringkat global: Baca lebih lanjut

Standar
Kisah Kehidupan, Liverpool, Social Media

Berdamai dengan Sesal

Perjalanan kehidupan adalah rute atas berbagai pilihan. Disadari atau tidak, terpaksa atau tidak, rasional ataupun tidak, kita menjalani kehidupan saat ini karena pilihan-pilihan yang telah kita buat di masa lalu. Demikian halnya kehidupan kita di masa datang adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan yang kita buat di masa kini.

Perjalanan kehidupan memang terdiri atas persimpangan-persimpangan jalan. Kita (tinggal) memilih ke kiri, atau ke kanan, atau tetap lurus. Baca lebih lanjut

Standar
Social Media

Dibuang Sayang (6)

Melanjutkan serial yang sempat terlupakan (seri terakhir sila baca di sini). Melelahkan juga mengkorek-korek dari dasar tempat nyampah

***

#126 – 21/09/2011 | NEGERI WIRAUSAHA. Dokter bisnis obat. Guru bisnis nilai kelulusan. Tentara bisnis jasa keamanan. Hakim dan jaksa bisnis besarnya hukuman

#127 – 18/03/2012 | andai, menggantung koruptor segampang mengayun raket nyamuk… Thass… thasss … Baca lebih lanjut

Standar
fiksi, fiksimini

Dibuang Sayang (5)

Melanjutkan dari serial sebelumnya (baca di sini), tentang sampahan di twitter yang justru tak ingin dibuang.

***

#101 – 01/04/11 | Perjalanan tanpa ujung. Berawal darimu. Melintasimu. Berakhir padamu. Aku melompati batas waktu. @sajak_cinta

#102 – 07/04/11 | HURUF dan KATA. Bukan perkara DNA yang identik jika DAN, juga AND merangkai makna yang sama. @fiksimini

#103 – 08/04/11 | aku yg fakir malu, mencoba menawar kadar rindu, menakarnya dengan kelu. saru! @sajak_cinta

#104 – 11/04/11 | MEMANCING dg KANCING. “Done, boss!” Begitu sms dari salesforce-ku yang baru. Aku cuma kasih petunjuk bagaimana melepas kancing. @fiksimini

#105 – 12/04/11 | TINGGAL KLIK. Klik di sana dan klik di ujung rana. Tanpa notifikasi, dalam hitungan detik buyar semua perjalanan karir. @fiksimini

#106 – 14/04/11 | Tak berdaya. Binar matamu kerlip kemewahan yg tak tergapai. Tp tak apa. Aku punya satu, yg kucopet saat pertama kita bertemu @sajak_cinta

#107 – 17/04/11 | datanglah hujan, datanglah bersama sebuah bayang! gemuruh bunyimu di talang membangunkan sekerjap kenangan @sajak_cinta

#108 – 17/04/11 |  kenangan tinggal bersama senja, asa tinggal bersama fajar. sementara kita larut dalam pusaran semburat jingga keduanya @sajak_cinta

#109 – 20/04/11 | ‎menulislah! dari 140 karakter, kemudian 140 kata, 140 alinea, 140 halaman hingga tak berhingga …

#110 – 22/04/11 | ‎memahami perbedaan hanya dengan mengakrabinya

#111 – 22/04/11 | Bagai sandal, aku mengkhawatirkanmu. Bukan karena hilang sepasang, tapi hilang sebelah. Tak tau hendak diapakan yg tersisa @sajak_cinta

#112 – 22/04/11 | ada gelisah yang menyelinap pada cermin, tentang luka yang tak kupunya: masa lalu. Pyarr! cermin pecah. masa lalu gelisah! @sajak_cinta

#113 – 23/04/11 | inilah cerita tentang air mata, yang mengaburkan suka dengan luka. hingga kau datang menengahinya. @sajak_cinta

#114 – 26/04/11 | Kapalku penuh muatan, pantaimu terlalu dangkal. Berlabuh padamu hanyalah karam sebelum tujuan @sajak_cinta

#115 – 27/04/11 | aku setia pada pagi dg kopi ilusi menemani. aroma hingga denting cangkir menautkanku pada kecupanmu yang tak pernah menemani. @sajak_cinta

#116 – 27/04/11 | mengejamu setiap hendak terlelap. musuh kita ialah waktu yg tak ragu bergerak maju. padahal kecupanmu tertinggal di masa lalu @sajak_cinta

#117 – 30/04/11 | sajak ini kutujukan pada sunyi mata hati yang mati. saat kata menjadi janji basi. saat makna tak lagi berarti. @sajak_cinta

#118 – 01/05/11 | di binarmu aku takluk. layaknya lilin tunduk pada api. sekedip leleh @sajak_cinta

#119 – 03/05/11 |  beribu cara berbapak upaya. takkan yatim piatu aku menggamit relung hatimu terdalam @sajak_cinta

#120 – 04/05/11 | rinduku bagai sekam. mendekam penuh geram @sajak_cinta

#121 – 04/05/11 | di sanalah mimpiku bermuara. saat rindu tak lagi jumawa bersuara @sajak_cinta

#122 – 05/05/11 | jika penguasa tak mencoba menempatkan transportasi publik sebagai pilihan utama, maka macet tak bakal terurai

#123 – 05/05/11 | jika laik, layak, cepat, aman dan terjangkau, maka transportasi publik jadi pilihan sadar bukan karena keterpaksaan

#124 – 06/05/11 | cinta dan airmata, ladang kita berkarya. memberi sedikit warna dunia. @sajak_cinta

#125 – 10/05/11 |  kadang rindu menjemputku tiba-tiba. saat hati tak berkemas malah tak sempat keramas @sajak_cinta

[kkpp, 07.02.2012, bersambung]

Standar
Indonesiana, Kisah Kehidupan

Martir

Sungguh saya ingin menuliskan kisah tentang Sondang Hutagalung sejak beberapa hari yang lalu. Berkali mencoba, tetapi selalu saja gagal. Tenggorokan tercekat, jemari serasa kelu, otak beku sementara sekujur tubuh merinding. Bahkan hendak menuliskan dalam 140 karakter saja pun tak bisa. Hanya mampu me-retweet beberapa dari ribuan tweet yang layak di re-tweet. Saya menangis tanpa airmata tanpa hirau perdebatan yang terjadi di luar sana.

Sondang, pemuda bungsu dari empat bersaudara itu, tak sedikitpun saya kenal sebelumnya. Siapa dia, bagaimana kesehariannya, hanya saya tahu kemudian dari media. Tetapi perjuangannya yang herois terasa sedemikian dekat, menghentak kesadaran yang ada. Menohok nurani seandainya masih ada. Membangunkan lagi kesetiaan pada keberpihakan pada mereka yang tertindas.

Tanpa pesan yang ditinggalkan pada peristiwa di hari Rabu sore (7/12) di depan Istana Negara, siapa saja bisa menginterpretasikan apa sebenarnya maksud dari aksi bakar diri itu. Tetapi saat kemudian terungkap jati dirinya, bagaimana aktivitas kesehariannya, serta pilihan dimana aksi itu, maka terang-benderang-lah sudah maksud dan tujuan dari demo tanpa kata tapi penuh makna itu.

Pembakar diri memprotes rasa ketidakadilan. Dan, yang perlu digarisbawahi, para pemimpinlah yang bertanggung jawab atas terciptanya ketidakadilan tersebut.

Pembakar diri seperti Bouazizi atau Sondang bukan pencari sensasi yang haus perhatian dan ingin dikenang sebagai ”pahlawan”. Mereka disebut sebagai ”korban” yang ingin agar rakyat ”bangkit”.

Makna dua kata, korban dan bangkit, itulah yang menjadi esensial. Setiap perjuangan memerlukan pengorbanan dahulu demi membangkitkan harapan rakyat agar nasib bangsa jadi lebih baik lagi.

~ Budiarto Shambazy

Sadarlah yang terlena!

Bangunlah, hai yang tertidur!

Negeri ini butuh lebih banyak lagi mereka yang sadar dan bangun untuk membuka mata dan telinga Presiden Truk Gandeng dan kaki tangannya, yang (sengaja) buta dan (sengaja) tuli terhadap ketidakadilan yang dialami rakyatnya.

[kkpp, 12.12.2011]

ps. Terima kasih Sondang! Doa kami atasmu… 

 

Standar