Namanya Richard. Richard Pique begitu ia menamakan dirinya dan kami mengakrabinya pun tanpa pernah protes mengapa akun twitter-nya bernama @richard_pique03. Nama ‘Pique’ sepertinya merujuk pada salah satu pemain FC Barcelona, tetapi meski ia pecinta Barcelona demikian ia juga saudara kami di Bigreds Regional Surabaya. Tanya ke kawan-kawan Bigreds Surabaya, pasti tahu siapa Richard. Sosoknya gampang dikenali dan gampang diingat. Chant-nya kenceng tak lelah dari awal hingga akhir.

Richard, di antara Bigreds Surabaya dan Bigreds Malang, Februari 2013
Big man with warm heart. Teman becanda yang asik, bermental baja, tidak minder atas segala ‘kelebihannya’. Walaupun jarang cangkruk bareng, tiap kali dia hadir pasti selalu berkesan karena ia selalu menjadi pusat perhatian. Top man! ~Adryan ‘Sukep’ Bessy [korwil Bigreds Surabaya 2014-sekarang]

Sukep dan Richard, 2013.
Kisah bagaimana Richard menjadi bagian dari Bigreds, dikisahkan oleh Don Yayak. Kira-kira tahun 2010-an, di sebuah acara gathering fans club.
“Dadi aku kenal Richard wis 6 tahun lebih, awal kenal nang Sutos pas onok gathering fans club. De e gawe slayer Barça terus tak parani tak ajak kenalan. Awal e rodo kaku tapi ternyata areke apik. Setelah beberapa saat kumpul dan dolan bareng, ternyata de e yo seneng LFC gara-gara e pas kene (aku, BigD, Janner – yang dimaksud adalah Dedy Susanto aka BigDedyReds dan Janner Sihombing, keduanya pasangan korwil dan wakorwil Bigreds Surabaya 2008-2011) ngebully chant e arek IndoMu, areke melok pisan dan malah paling banter. Setelah iku tak ajak nang RC (Reds Center) lawas terus de e mulai melok nobar Bigreds selain IB (IndoBarca) sejak iku mulai kumpul bareng terus mbuh iku karo IB ato Bigreds. Loyalitas karo konco ga usah diraguno opo maneh nang komunitas, sampean eruh dewe lah…
Tapi jenenge menungso pasti onok beberapa hal kadang yo onok konflik lah tapi akhire yo luntur karena podo rumongso seduluran ga perlu eker-ekeran. De e wong e relijius nemen”
***

Richard, di antara Yunanta, Wahyu, Tommy dan Toge. 2013.
Namanya Richard. Tetapi nama lengkapnya adalah Richard Fernandez Emor justru baru saya ketahui hari Senin kemarin (29/8). Siang itu saya bergegas mengiyakan ajakan kawan-kawan untuk menjenguk Richard di sebuah rumah sakit di bilangan Surabaya Utara. Ia masuk rumah sakit sejak hari Sabtu kemarin (27/8).
Sesampai di rumah sakit setelah saya nyasar sana-sini, yang saya temui adalah wajah sedih dari Yunanta, Farda, Tommy, Chandra, juga wakorwil Bigreds Surabaya, Reza ‘Ábah’Rahmad Herdiawan. Tangis tampak menggelayut di mata kawan-kawan. Begitupun pas ketemu Sendy Gibol nya Radio Suzana dan Icha Marissa Radio Suzana (dulu kawan seangkatan di Graha Pena) yang biasanya ketawa-ketiwi, justru malah tangis yang lebih dominan.
Rupanya, berita duka datang keluar dari ruang ICU. Kehilangan besar bagi kami, begitupun kehilangan bagi pecinta bola di Surabaya juga serta bagi keluarga yang ditinggalkan.
Saya telat. Richard telah berpulang hanya beberapa menit yang lalu.
Selamat jalan, Cat! Kebaikan dan kenangan atasmu tak tergantikan.
“Dulu aku kenal Richard sewaktu masih sering nyangkruk sama temen Bigreds Surabaya waktu masih di KFC Yani atau McD Basra. Aku mengiranya Richard anak Barca. Tapi ternyata dia juga cinta LFC dan Bigreds. Teman yang menyenangkan dan gampang akrab” – Akhmad Fathony aka Tomal, salah satu generasi awal Bigreds Surabaya (kisah tentang awal keberadaan ini bisa baca di sini).
“Selama kenal sejak RC lawas (Reds Center, markas Bigreds Surabaya di jalan Wijayakusuma), almarhum selalu ceria. Ketemu sopo ae mesti mesam-mesem. Tipikal wong Suroboyo sak temene. Ceplas ceplos, misuhan, ceria. Total neng ngomong Persebaya – LFC – Barca. Terakhir kontak via Path, ngajak cangkruk dan ngopi (andalane) malah durung kedaden … “ ~ Tommy Oo
“Bonek sing nduwe passion dan suka detail” ~ Yunanta Erwahyudi, wakorwil Bigreds Surabaya 2011-2014
“Pantang mandeg nge-chants e di kopstands Bigreds Suroboyo … dan menghormati tradisi dengan gak ngechant ngawur nggawe chant bahasa Indonesia, … Total.” ~ Dennis Bessy – jago nge-chants selain peraih medali bilyar di Porprov Jatim 2015.
“Selain Richard, gak onok maneh wong sekuat mentale Richard. Aku sampek heran, kok iso de’e berbaur muter-muter ketemu wong, trus isok mbales pas di-bully konco-koncone. Atek aku koyok Richard, maksimal aku nang omah ae gak lapo-lapo. Padahal fisike terlalu gede untuk gak diperhatikan orang” – Dior Asning Kosyu. Korwil Bigreds Surabaya 2011-2014.
“De’e terakhir nobar karo Bigreds musim wingi nang Gool. Gak wani lungguh kursi … Aku ndeloke arek iki antik, seneng bal-balan militan. Gak minder karo awake sing gede” – Chandra Firmansyah. Kuncen Bigreds Surabaya 2014- sekarang.
“Setia kawan. Gampang akrab dengan siapa saja. Loyalitase dhuwur. Gak gelem ngrepoti kancane” ~ Reza Rahmad Herdiawan. Wakorwil Bigreds Surabaya, 2014 – sekarang.
“Kenal mung diluk karo Richard, pas Bigreds Surabaya nang Malang, tapi mbuh yo kok langsung nyambung. Umur sek enom tapi isok ae gumbul akrab karo sing sak ndukure. Kaget krungu kabar dekne mlebu rumah sakit. Suwe gak ketemu. Tapi aku wingi wes ketemu awakmu langsung, Cat, untuk terakhir kali … “ – Wahyu Nugroho
“Gak pas nobar gak pas cangkruk, pokoke ngakak thok. Almarhum orangnya murah senyum. Mental baja. Jarang nyusahin orang lain. Pokoke top. Belakangan ini sudah jarang nobar karena sibuk untuk kegiatan gereja. Apakah sebuah pertanda?” – Farda. Konco guyon memel almarhum.

Richard dan Farda. Memel lek guyonan.
***
Siang itu masih di rumah sakit di bilangan Surabaya Utara yang panas, saya membuka linimasa akun twitter almarhum dan mendapati postingan terakhir adalah posting autolink dari akun path yang di-posting hari Jumat, tiga hari yang lalu, sebelum besok Sabtunya almarhum dirawat di rumah sakit.
Posting itu adalah ucapan selamat malam sebagai caption dari lagu Arti Cinta-nya Ari Lasso.
Cat, semoga sudah kau dapatkan arti cinta sesungguhnya dengan menghadap Sang Maha Cinta.
RIP, Richard. You’ll Never Walk Alone.
[kkpp, 31.08.2016]