Konsisten (2)

Isi angin, Pak.

Berapa?

Depan tiga satu (31). Belakang tiga lima (35).

Kira-kira, tentang apa dan di mana obrolan di atas? Tepat. Obrolan seorang pengendara yang hendak mengisi ban yang kempes. Obrolan yang biasa kita dengar karena kita memang terbiasa mengisi roda kita dengan angin’ (sebenarnya ‘udara tekan’ adalah istilah yang lebih tepat, karena berasal dari terjemahan ‘compressed air’), atau kini malah lebih ngetren bila diisi dengan nitrogen.

Lantas, sadarkah kita tentang angka tiga satu dan angka tiga lima mewakili apa? Betul. Itu perihal tekanan udara di dalam ban.

Nah, di sini masalahnya. Sebagai orang Indonesia, kita lebih mengakrabi ‘kilogram’ dibandingkan ‘pound’. Lebih akrab dengan ‘centimeter’ daripada ‘inch’ dan ‘feet’. Lebih akrab dengan ‘kilometer’ daripada dengan ‘mil’. ‘Celcius’ daripada ‘Fahrenheit’.

Kita mengakrabinya karena memang Indonesia adalah penganut SI, ‘Sistem Internasional’ (Système International d’Unités – International System of Units) sebagai satuan unit kuantitas dan pengukuran. Sayangnya, meski hanya konvensi, kita tidak cukup konsisten menerapkannya.

Balik ke angka 31 dan 35 sebagai contoh di atas, angka itu adalah tekanan standar untuk roda depan dan roda belakang Toyota Avanza. Angka itu diterakan oleh pabrikan sebagai standar bagi pengendara. Sayangnya angka itu bukanlah bersatuan SI, karena menggunakan psi (pound per square inch), dan bukan kg/cm2 atau menggunakan KPa. Pun sebenarnya juga bisa menggunakan bar yang meskipun bukan satuan SI, tapi sudah diadopsi oleh SI sebagai salah satu standar resmi.

Untungnya meski tak banyak pengendara yang tahu bahwa angka yang disebutkan saat mengisi bannya adalah bersatuan ‘psi’, tak ada yang khawatir bahwa bannya bakal meledak karena sang operator memahami bahwa 31 yang disebutkannya dipersepsikan sebagai 31 bar! Persis sebagaimana tak ada penumpang pesawat terbang yang khawatir saat sang pilot menyebutkan ketinggian pesawat dengan ‘feet’ dan bukannya dengan menggunakan ‘km’.

Di bangku sekolah kita diajarkan tentang SI, tapi di dunia nyata kita tak pernah menerapkannya secara konsisten, semata karena mengikuti barang-barang yang diproduksi oleh negara bukan penganut SI.

Indonesia oh Indonesia.

(kkpp, 05.03.2010)

3 pemikiran pada “Konsisten (2)

  1. blognya sangat bermanfaat sekali, mudah dimengerti bagi orang awam seperti saya, hanya ada satu pertanyaan dari saya menanggapi artikel mengenai udara tekan, bagaimanakah status teknologi compressed air saat ini apakah sudah efisien dan hemat energi? terimakasih

    Suka

    1. tren teknologi compressed air memang larinya ke sana mas. terima kasih sudah mampir. tentang tren itu, mudah-mudahan bisa segera posting

      Suka

Tinggalkan komentar