Sikap Politik Sang Juara

Pernahkah kita membayangkan, Taufik Hidayat, jagoan bulutangkis Indonesia saat mengangkat Piala Thomas suatu hari nanti akan mengusung spanduk: “Gantung Koruptor!” atau “Adili Suharto” atau spanduk sejenis lainnya?

Pernahkah kita membayangkan Chris John saat memenangkan sabuk juara dunia tinju malah mengibarkan spanduk: “Adili Habibie – Kembalikan Timor Timur ke Pangkuan Ibu Pertiwi”?

Pernahkah kita membayangkan warganegara Indonesia yang karena jerih keringat perjuangan di medan olahraga, mampu mengibarkan Sang Merah Putih dan mengumandangkan Indonesia Raya di puncak tertinggi capaian seorang atlet: Juara Dunia: namun di saat penuh haru itu menunjukkan sikap politiknya?

Bagi kita mungkin jarang kalau dibilang malah tidak pernah. Karena yang sempat mencapai supremasi dunia di cabang olahraganya, hanyalah sedikit dari atlet Indonesia. Bahkan bisa dihitung dengan jari sebelah tangan saja.

Tapi rasanya perasaan itu kini tengah melanda rakyat Amerika. Bagaimana tidak, saat malam penyerahan penghargaan kepada para juara “The 2007 World Bridge Championships” di Shanghai, China, 29 September hingga 13 Oktober 2007, team AS 1, Sang Juara Venice Cup ke-14 membawa papan bertuliskan “We Did Not Vote for Bush”. Bila pengin tahu fotonya, silahkan berkunjung ke sini dan ke sana.

Kejadian ini menimbulkan pro kontra di kalangan bridge dan juga bagi masyarakat Amerika. Bagi Ms. Gail Moss Greenberg, yang bertindak sebagai NPC (non-playing-captain) team juara itu, sikap itu adalah jawaban bagi atlet dari negara lainnya. Menurutnya, team AS sering mereka menerima pertanyaan dari rekan pemain bridge negara lain tentang sikap politik AS. Lantas, mereka ingin menunjukkan bahwa tak semua warga Amerika menyetujui langkah Presidennya.

Meski sempat diancam akan diberi sangsi, mulai larangan bertanding hingga kerja sosial, kasus ini lantas berakhir tanpa hukuman. Meski demikian, seperti dikutip dari situs New York Times, bagi team yang beranggotakan Jill Levin, Irina Levitina, Jill Meyers, Hansa Narasimhan, Debbie Rosenberg, Joanna Stansby dan Gail Greenberg (npc), sebagai gantinya memberikan pernyataan pengakuan bahwa bagi tim yang mewakili negara, seharusnya upacara penganugerahan hadiah tak digunakan untuk hal lainnya.

Saya jadi teringat kasus yang menimpa Michael Jordan beberapa tahun yang silam. Saat di upacara penganugerahan penghargaan, ada konflik antara sponsor kejuaraan dan pihak yang menjadi sponsor pribadi Michael Jordan. Lantas sang Maestro memilih menggunakan produk sponsor pribadinya namun menutup logo sponsor dengan bendera negara.

Lantas adakah kejadian ini berarti bagi kita? Mudah-mudahan Juara Dunia dari Indonesia di kemudian hari terus dilahirkan. Dilahirkan dengan talenta serta kesadaran untuk memilih tempat dan waktu yang tepat bagi Sang Juara untuk mengekspresikan sikap politiknya dilakukan tanpa melukai dukungan dan doa dari segenap penggemar dan rakyat dari penjuru negeri.

[kkpp, 22/11/07]

2 pemikiran pada “Sikap Politik Sang Juara

  1. berolahraga adalah hak, menggantungkan hidup pada olahraga adalah pilihan, kebebasan bersikap dan berbicara adalah hak asasi tiap individu.

    saat olahraga dan sikap politik muncul di publik, perlulah kedewasaan untuk menempatkan diri pada koridor yang disepakati publik.

    bila tidak ada kesepakatan, mungkin beda cerita…

    Suka

Tinggalkan komentar