Jalanan kembali mulai macet. Aturan ganjil genap di ibukota kembali diberlakukan. Berita duka dan ucapan turut berduka cita sudah semakin jarang ditemukan di media sosial. Tetapi bukan berarti pandemi sudah selesai. Kewaspadaan mestinya masih diperlukan.
Baca lebih lanjutTag Archives: islam
Jumat yang Berbeda
Friggatriskaidekaphobia
Pernah dengar kata di atas? Mungkin baru pertama kali ya dengar kata itu. Sudah pertama kali, susah pula membacanya. Eh, Kata itu punya sinonim juga lho, paraskevidekatriaphobia. Nah, gak lebih mudah kan. Hihihi.
Sadiq Khan
Jika ia, Sadiq Khan, dilahirkan di sini, mungkin namanya dituliskan Sodiq – Shodik – Sodik atau Sodikin. Ya, mungkin sebagaimana nama cak Sodik, teman melekan dulu di kantin ITS. Tapi Sadiq Khan dilahirkan di London. Bisa jadi lafalnya sama, entah juga sih ya, tapi tulisannya: Sadiq. Ayahnya sorang sopir bus, pendatang dari Pakistan dan, -siapa sangka- perjalanan waktu mengantarkannya menjadi Walikota London yang dilantik hari ini (7/5).
Celoteh Nuha: Februari Kok Kebagian 28?

Bulan penuh, difoto dari roof top sebuah hotel-apartemen di kawasan Seturan, Yogyakarta. Agustus 2015.
Ayah, mengapa Muhammadiyah berbeda (hari) Arafah dan (hari raya) Idul Adha-nya?
Pertanyaan si sulung malam itu (29/9), bagaikan sergapan sang cicak di lagu cicak-cicak di dinding. Cepat dan tanpa disangka-sangka sebelumnya. Baca lebih lanjut
Tentang Valentine
Pertanyaan Nuha, putri saya yang belum genap berusia sepuluh tahun, sore itu membuat saya terperanjat. Cepat atau lambat saya akan mendapatinya.
“Valentine itu haram ya, Yah?” tanyanya usai mendapati rak khusus bertuliskan “Happy Valentine” di sebuah toko swalayan, penuh dengan permen coklat.
Aku menjawab singkat,”Ayah sih gak merayakannya, Nu … .” Baca lebih lanjut
Benar atau Salah
Malam telah larut. Perempatan jalan itu biasanya masih membiarkan lampu lalu lintasnya berfungsi normal: merah – kuning – hijau, secara bergantian. Tentu saja dengan jeda waktu yang di-setting berbeda dengan kondisi siang hari. Maklum, perempatan jalan itu adalah perempatan yang tetap saja ramai meski telah berganti malam.
Tapi malam ini berbeda. Lampu lalu lintas tetap beroperasi sebagaimana malam-malam biasanya. Yang membedakan kali ini lebih sepi. Hujan sejak sore tadi tak kunjung reda. Sepi sangat.
Lampu merah menyala. Nyalanya tetap menembus hujan memberikan isyarat bagi pengendara untuk berhenti di perlintasam. Baca lebih lanjut
Nevendra Eringce
Untuk sekian waktu, kawan-kawan bbm saya mendapati judul di atas sebagai status di profil saya. Nevendra eringce, alias never ending race. Sebuah potongan jargon yang kemudian saya rokasuka-dekuta-kan. (Seputar rokasuka dekuta, sila mampir ke sini)
Jargon itu selengkapnya adalah “life is never ending race“, jargon yang sering diucapkan atasan saya dulu di meeting berkala di kantor. Beliau yang notabene adalah pembina cabang olahraga atletik, menggambarkan bahwasanya bagi seorang atlet, kehidupan tak berakhir usai menyentuh garis finish. Di kesempatan yang lain, beliau kadang menyitir jargon lain tapi sejenis: “life is a race without finish line“. Baca lebih lanjut
Buru-buru Tak Perlu
Benjamin Franklin, founding father-nya Amerika Serikat, pernah menulis Advice to A Young Tradesman pada tahun 1748 (bisa baca di sini). Salah satu frase-nya kemudian jadi populer menembus ratusan tahun. Pernah dengar kan frase: ‘time is money‘…
Ya, frase Benjamin Franklin itu hanya salah satu dari banyak sekali ujar-ujar, kalimat mutiara, petuah bijak, slogan, dan sebangsanya yang terkait dengan waktu. Jika Anda adalah penggemar –ehm apa ya istilah yang lebih tepat– dari Mario Teguh dan motivator-motivator lainnya, pasti mengetahuinya.
Kartu Lebaran
Jaman kecil saya dulu, saya masih teringat dengan ritual penuh sesaknya Kantor Pos Besar Malang yang terletak di dekat alun-alun, jelang hari raya Idul Fitri seperti saat ini. Mulai dari bersesak-sesak memilih kartu lebaran, antri beli prangko, dan membubuhkan tulisan yang senantiasa saya kenang: “Sungkem saking Malang”. Ya, sepucuk kartu lebaran buat Mbah Kakung dan Mbah Putri di Yogyakarta, bilamana pada tahun itu kami tidak berkesempatan sowan ke sana.
Sepenuh hati saat itu saya percaya, Mbah Kakung bakal berbinar menerima sepucuk kartu lebaran dari kami, cucu-cucunya yang ‘mecethat‘ terpisah jarak, dan dengan bangganya memamerkannya ke Mbah Putri.
Seribu Sudut Masjid (2)
#2 Masjid Agung Sidoarjo

Masjid Agung Sidoarjo
Setelah Masjid Cheng Ho di Pandaan, maka pada serial kedua ini kiranya saya tak afdol jika tidak menempatkan Masjid Agung Sidoarjo, masjid yang menyandang kategori ‘agung’ di kabupaten dimana KTP saya bernaung.