Kisah Kehidupan

Nevendra Eringce

Untuk sekian waktu, kawan-kawan bbm saya mendapati judul di atas sebagai status di profil saya. Nevendra eringce, alias never ending race. Sebuah potongan jargon yang kemudian saya rokasuka-dekuta-kan. (Seputar rokasuka dekuta, sila mampir ke sini)

BB1162-002Jargon itu selengkapnya adalah “life is never ending race“, jargon yang sering diucapkan atasan saya dulu di meeting berkala di kantor. Beliau yang notabene adalah pembina cabang olahraga atletik, menggambarkan bahwasanya bagi seorang atlet, kehidupan tak berakhir usai menyentuh garis finish. Di kesempatan yang lain, beliau kadang menyitir jargon lain tapi sejenis: “life is a race without finish line“.

Sebuah metafora bagi kami agar tak lekas berpuas diri atas sebuah capaian. Bagi salesperson, closing order adalah penting. Tetapi lebih penting lagi untuk mendapatkan closing order lainnya. Lagi, lagi, dan lagi. Layaknya atlet yang akan terus berlaga dari satu arena ke arena yang lain.

Lantas, jika hidup adalah sebuah perlombaan, siapa lawan kita sebenarnya? Apakah kompetitor? Ternyata bukan. Lawan kita adalah diri kita sendiri, karena para kompetitor itu hanyalah dummy yang sekedar jadi benchmark. Lawan kita adalah bagaimana kita senantiasa berusaha melewati kemampuan terbaik kita dari waktu ke waktu. Hingga sampailah kita pada garis finish sesungguhnya: kematian.

Demikianlah. Siapkah kita untuk terus berkarya, terus berbuat kebajikan, tanpa kita tahu kapan kita menyelesaikan perlombaan?

[kkpp, 09.02.2013]

Standar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s