Indonesiana, Politik, Social Media

Pilpres Sudah Usai

Jauh hari sebelum diumumkan oleh Komite Pemilihan Umum pada Selasa dini hari (21/5) yang lalu, pun jauh sebelum masa kampanye dimulai, tepatnya sesaat sejak kontestasi dimulai ketika KPU menetapkan Joko Widodo dan Prabowo Subianto adalah Calon Presiden Republik Indonesia 2019-2024, bagi saya pilpres sudah selesai.

Awalnya saya merasa begitu.

Baca lebih lanjut
Standar
Kisah Kehidupan, Social Media

Antara Stanford dan Harvard

Hidup adalah pilihan. Tiap orang berkesempatan mempunyai pilihan atas sederet alternatif dengan segala konsekuensinya. Namun tak banyak orang yang mempunyai kesempatan untuk memilih kuliah dengan alternatif-alternatifnya adalah dua perguruan tinggi terbaik di dunia.

Dialah Maudy Ayunda.

Baca lebih lanjut
Standar
Indonesiana, Social Media

#10YearsChallenge

Entah siapa yang pertama bikin tantangan dengan hestek seperti judul di atas. Seru-seruan di media sosial, facebook, instagram, juga twitter. Bahkan di facebook ada akun sendiri yang khusus meng-upload #10yearschallenge tersebut. Lama-lama kok ya tertarik juga.

Simple sih tantangan ini. Cuma membandingkan foto 10 tahun yang lalu dengan foto sekarang. Jadilah punya saya seperti ini:

Baca lebih lanjut
Standar
Blogroll, Social Media, Website

Masih Nge-blog

Hari ini, bertepatan bulan Juli hari ketigabelas jatuh pada Jumat. Sama seperti dengan sebelas tahun yang lalu. Tahun 2007, bulan Juli hari ketigabelas juga jatuh pada hari Jumat. Percaya nggak? Hehehe.

Saya ingat benar, karena pada hari itulah saya memutuskan untuk nge-blog.  Hari itu saya bulat-bulat memutuskan untuk memindahkan tulisan yang akan dituliskan di feature note di facebook dan menempatkan tulisan itu di rumahnya sendiri. Rumah maya ini. Blog.

Judul posting-an kali ini, pinjam judul postingan Mas Budi Rahardjo. 

Di postingan itu, secara to the point, Mas Budi langsung bertanya di leadnya, begini:

Masih ngeblog di tahun 2018? Di jamannya vlog gini? Iya, masih ngeblog. hi hi hi. Tersipu-sipu juga saya. Berasa menjadi manusia yang tua gitu. Seperti dinosaurus. Sudah punah. Banyak blogger angkatan saya sudah gulung tikar – eh, naik kelas.

Baca lebih lanjut

Standar
Celoteh Nuha, Indonesiana, Social Media

Tik Tak Tik Tok

Sejak beberapa hari belakangan ber-sliweran kata “tik tok” di lini masa twitter saya. Saya gak ngeh. Apa sih ini? Cuma ya sebatas itu. Tertarik untuk googling juga enggak. Toh entar penjelasannya juga muncul-muncul sendiri.  Beneran, akhirnya muncul juga jawabannya sore ini (3/7). Apa yang muncul di linimasa kemudian saya baca dan ikuti kemana link-nya. Kaget! Baca lebih lanjut

Standar
Indonesiana, Social Media

Usil

Ada kolom pojok di Harian Kompas, sederhana hanya terdiri dari beberapa kalimat saja. Kadang tak dicari, tapi juga kadang sayang jika dilewatkan. Usai membacanya sering senyum-senyum sendiri. Senyum kecut atau malah tertawa lebar tergantung kadar bagaimana mencermati sebuah keusilan. Itulah dia, kolom Mang Usil, kolom yang konon hadir sejak pertama harian tersebut terbit di pertengahan 1965. Baca lebih lanjut

Standar
Indonesiana, Social Media

Meme

Saya harus berterima kasih kepada kawan Hendri Prakosa. Sore tadi (15/5) di antara riuhnya pembahasan di grup whatsapp, sebuah meme terasa menyegarkan.

Hahaha, segera saja meme itu menyebar ke lima grup whatsapp dan satu group telegram yang lain. Gakpapalah, seperti kata Abu Nawas, cara terbaik jika jadi bahan tertawaan, ya ikut tertawa terbahak. Apalagi, hahaha. Baca lebih lanjut

Standar
Indonesiana, Marketing, Politik, Social Media

Car Free Day dan Media Sosial

Apa yang menyamakan antara Car Free Day (CFD) dan medial sosial?

Yang satu di jalanan, yang satu di dunia maya. Keduanya menautkan publik untuk saling berinteraksi. Awalnya, CFD adalah sebuah ide untuk mengistirahatkan sebuah kota dari polusi kendaraan bermotor, barang dua-tiga jam, asal bisa mendapatkan udara segar sebagai balasannya. Sedangkan media sosial awalnya digunakan untuk saling menemukan teman, kawan, sahabat dan saudara yang terpisah hingga akhirnya menjadi media saling berbagi kabar. Senang ataupun susah dibagi bersama-sama. Rekatnya persahabatan dan persaudaraan didapatkan sebagai balasan mereka yang bermedia sosial.

Tapi begitulah. Ide awal bisa bergeser dari niatannya. Baca lebih lanjut

Standar
Social Media

Twitter pun Berubah

Melalui blog resminya (bisa baca di sini), minggu pertama November ini, Twitter mengumumkan penambahan karakter di postingannya yang semula hanya 140 karakter menjadi dua kali lipatnya. 280 karakter. Semula, perubahan ini telah diujicobakan Twitter sejak beberapa bulan yang lalu. Saya termasuk yang beruntung menikmati perubahan itu di awal masa coba.

Apa yang berubah? Mungkin lebih enak sih, ketika nge-tweet ternyata melebihi 140 karakter, tidak perlu mikir lagi mengedit pilihan kata atau bagaimana menyingkat kata-kata agar bisa muat dalam sekali postingan. Pun, jika harus mention sana sini. Tetapi saya termasuk yang suka dengan versi lama karena dengan keterbatasan 140 karakter itulah mengapa kemudian saya lebih banyak aktif ngoceh di twitter daripada di facebook. Saya pernah menuliskan tentang kelebihan twitter ini hampir tujuh tahun yang lalu (bisa baca di sini). Sebuah kelebihan karena keterbatasan. Baca lebih lanjut

Standar