Obrolan Ringan (O-Ring) Jelang Perayaan 30 Tahun Angkatan 1993 ITS (ITS93), di seri ke-3 ini bersama Robin Sianipar (Teknik Fisika). Zaman masih mahasiswa, pernah setahun menjadi salah satu penyiar radio ‘gelap tapi terang’ di zaman kita kuliah dulu: TF FM, dengan nama udara sama dengan nama panggilannya: Robin.
Berikut obrolan ringannya via whatsapp chat (18/3):

Halo Bin … selain menunggu Arsenal juara musim ini, bisa diceritakan kesibukan sekarang?
Wakakakak… iyo, wis suwi dadi Gunners sejak 1996, era awal Arsene Wenger dan masih menunggu untuk juara EPL sampe lebih dari 15 tahun … (emoticon ngakak)
Aku cerita dulu ya kenapa kesengsem dan jadi Gunners. (Kalau diperhatikan) ada pola yang sangat bagus dari Arsene Wenger dalam mencetak rekor Arsenal sejak ditanganinya. Dia membuat seseorang dari non-bintang, sampe jadi bintang, dan kemudian menjual dengan harga tinggi. Sejak ditangani Arsene, secara prestasi memang cuma 1 kali juara English Premier League dengan rekor yang belum bisa dicapai klub lain, tanpa kalah 1 kali pun, dan selalu masuk UEFA Champion League hampir 20 tahun berurut. Jadi, dalam penanganan keuangan klub, sangat bagus dan berhasil mendirikan stadion Emirat dengan pinjaman yg diselesaikan tepat waktu di masa Arsene Wenger.
Arep nge-cut: ‘tapi nggak pernah juara Eropa’, jadi gak enak nih sama yang sedang semangat-semangatnya. Eh.
Durung.. wingi kalah dramatis ambek Sporting Lisbon, Wul. May next year will be a UCL Champion. (emoticon ngarep)
Wis ah, gak ngomen. Daripada daripada …. (emoticon ngakak). Masih di Bogor?
Sekarang di Depok. Kalau bicara kegiatan saat ini, aku sedang belajar sesuatu (sudah berjalan hampir 3 tahun, ga terasa), dari yang dulu kerja as employee.
Apa tuh? Belajar Ajian Serat Jiwa?
Haha
Bisa diceritakan, bagaimana dari Surabaya hingga bisa ke Depok …
Aku gede nang Suroboyo. Sejak kelas 4 SD, (hingga melanjutkan) SMP, SMA hingga lulus kuliah dari Teknik Fisika, tahun 1998 bulan April tanggal 4.
Waktu memilih UMPTN lepas lulus SMADA Surabaya, pilihan 1 itu Teknik Elektro ITS, dan pilihan 2 adalah Teknik Fisika. Teknik Fisika aku pilih karena ada saudara (sepupu nyokapku) yang masuk di Teknik Fisika angkatan 90.
Nah, waktu itu aku manut aja. (Lucunya) di saat UMPTN, untuk bagian fisika, aku ingat dari 15 soal, aku cuma isi 5. Sementara matematika dan kimia, semua kusapu bersih. Dari 5 jawaban soal fisika tadi, aku salah 3. Pas melihat pengumuman di koran, aku diterima di Teknik Fisika, aku luemess puolll … dalam pikiranku waktu itu: “arep dadi opo aku iki mlebu jurusan sing aku ga seneng dan akeh salah UMPTN e … “
Lanjut …
Pas masuk kampus ITS, saat di dalam kelas, terdengar suara “mbeeekk..”, ternyata gembala kambing juga ikutan masuk ITS (emoticon ngakak).
(Karena kedua hal tadi), aku langsung bertekad untuk persiapan next UMPTN akan mengincar ITB atau UGM. Praktis tidak fokus kuliah. Jadilah IPK semester 1, hanya 1.5, dan semester 2, 0.5. Semester ketiga hanya bisa ambil 11 sks karena keterbatasan IPK. Mateng koen!!
Sementara sebelum masuk ke semester ketiga, di UMPTN 1994, aku diterima di Universitas Airlangga Jurusan Antropologi, sedangkan target ITB atau UGM, keduanya menolakku.
Karena faktor barengan Piala Dunia?
Faktor IQ, tepatnya.. (emoticon ngakak guling-guling)
Nah, aku tanya bokap saat itu, apa boleh aku (kuliah) double. Kata beliau: fokus aja di satu. Pilih yang mana.
Nah, pertimbanganku cuma waktu. Karena di ITS sudah jalan 1 tahun, walaupun cuma bisa 11 sks. Sempat stress selama 1 minggu, karena saat pagi, empat orang kawan kontrakan lainnya sudah pada ke kampus, sementara aku, baru berangkat siang. (Jadi over thinking) Wah, alamat bisa paling terakhir lulus nih.
(Ternyata over thinking tadi tidak terbukti) Aku berhasil lulus di bulan April 1998, tepat 4,5 tahun.
Wah ngebut dong …
Ada trik nya, broo …
Buktinya selama masa itu, aku malah main band, dan juga dengan kawan-kawan Teknik Fisika 1993, kita sering skip kuliah berhari-hari karena main ke Banyuwangi selama 5 hari, naik gunung, dll.
Jadi, selama kuliah di Teknik Fisika, sebenarnya kami secara alami sudah melakukan “team work” dan “networking”. Team work, saat kuis dan networking saat titip absen (emoticon ngakak)
Dunia kerja kan harus bisa teamwork dan networking.
Angkatan 93 TF, terkenal angkatan paling ndableg di semua angkatan TF dan kita banyak berantem dengan angkatan-angkatan baik di atas dan maupun angkatan di bawah kita..
Ajibbb ….
Nah, abis lulus, aku gak langsung nglamar (pekerjaan). Aku jadi “kucing kampus” selama 6 bulan di HMTF dan di kantin pusat. Setelah puas, baru aku hijrah ke Jakarta untuk golek kerjo. Dulu senior TekFis punya basecamp di Mahmud Ujung (belakang STEKPI Kalibata), dan aku direkomendasikan salah satu penghuni senior di basecamp itu, untuk tinggal dan makan gratis selama belum bekerja.
Setelah 3 bulan, baru dapat kerja di salah satu supplier PLN
Setelah itu di Jakarta terus? Kemudian memilih domisili di Depok?
Lepas dari kantor pertama, aku masuk General Electric.
Pertama tinggal di Tangerang, lalu pindah ke Bogor, dan sekarang di Depok.
Tadi menyebut kantor pertama, total sudah pindah berapa perusahaan?
cuma 5 aja. (emoticon tampang flat)
Tidak usah sedih. Menang aku satu. Eh.
Kita kan pernah cross path, waktu awakmu di Dresser (Dresser-Rand, dulunya satu pohon dengan Ingersoll-Rand, pabrikan air compressor asal Amerika, bahan jualan saya waktu itu, red.), dan aku datang sebagai Vibration Engineer, Wul. (emoticon mrenges). 2004 or 2005 nek ga salah.
Hahaha iya. Bener juga. Kita terakhir ketemu pas serangkaian acara Rakernas Pengurus Pusat IKA ITS sebulan yang lalu. Sebelum itu masih sering ke kampus?
Ke kampus cukup sering, (ketika) balik dari Jakarta, tapi cuma lewat aja. Lebih banyak ketemuan ama kawan TekFis 93 kalau ke Serbeje
Bagaimana pendapat soal kampus saat ini?
Secara fisik, luar biasa berkembang pesat. Kalau mengenai kehidupan kampus di generasi sekarang, mungkin udah beda zaman aja ya. Sekarang keliatannya mahasiswa yang masuk ke ITS, asal punya uang, ada jalur untuk bisa masuk, walaupun belum tentu juga diterima, melalui jalur mandiri.
Menurut saya pribadi, tingkat persaingan masuk ITS sudah tidak tinggi dibandingkan dengan zaman kita, yang bersaing secara nasional.
Apa yang membuat begitu?
Embuh yo, iki opini pribadiku, karena ada beberapa cerita kawan-kawan alumnus ITS yang memasukkan anak-anaknya, lewat jalur mandiri ada harga nominal yang dibayar.
Padahal bisa jadi si anak ga interes, hanya karena ortu (kawan-kawan kita) yg punya mindset masuk PTN masih prestise. Oke sih, kalo melalui ujian nasional. Tapi kalo jalur mandiri sangat lebar untuk masuk, ya bagiku gak prestise lah.
Kalo menurutmu, piye, Wul?
Kalau itu, sebenarnya bukan hanya dihadapi ITS. Seperti di pembahasan serial O-Ring sebelumnya bersama Prof Harus (bisa baca di sini), semua PTNBH mengalami problem yang sama. Lah, kok malih aku sing mbok wawancarai …
(stiker ngakak)
Ada keinginan memasukkan anak-anak ke ITS?
Kalau aku pribadi, selama masuknya dengan jalur mandiri, mending sekalian sekolahkan mereka di luar negeri, minimal Malaysia, karena network (baca: kawan kuliahnya) lebih luas yaitu dari berbagai negara, di samping sudah pasti bahasa Inggris akan lebih terasah. Sudah dua advantage bagi anak-anak gua nantinya. (Dari segi) biaya mungkin akan hampir sama.
Oia, waktu dengar kabar Reuni 30 Tahun ITS 93, apa yang dibayangkan dan diharapkan?
Reuni ini kan sebenarnya dari 5 tahun lalu sudah denger tekan awakmu dan Tony (Perkapalan 93, red). Kalau saat ini terealisasi, (aku) sangat bangga. Mudah-mudahan bisa mengubah mindset alumnus ITS berikutnya. Ini kan yang pertama, secara angkatan (bisa) reuni lintas jurusan.
Dan (semoga pula) alumnus berikutnya bisa lebih solid setelah masuk di dunia kerja, (misalnya bisa setidaknya) menarik lulusan-lulusan fresh-grad ITS apapun jurusannya, prioritas dites masuk kerja aja dulu.
Kalo memungkinkan untuk next level nya, (ITS93) membuat satu badan usaha yg profitable, apa mungkin, Wul?
Sebagai pribadi, hadir nanti di acara puncak tanggal 7 Oktober?
99,5% will attend. Jeneng e reuni lak kudune acara e pasti asyik iso kumpul-kumpul konco lawas, tanpa mandang status e saiki opo .... mudah-mudahan arek-arek ITS93 jek iso baur seperti 30 tahun lalu yang (waktu itu) masih belum tau mau jadi apa, sehingga acara reuni sesuk iku iso “lepas” interaksi antar 93
Selama 30 tahun terakhir, apa hal-hal terbaik yang pernah terjadi?
Yo pasang surut, dialami rek. Persis seperti numpak roller coaster, awalnya takut, tapi setelah lewat 1 putaran, adrenalin terpicu dan ketagihan.
30 tahun… gak keroso yo … i feel just like yesterday when we were start at college.
Delapan tahun pernah bekerja di perusahaan global company di General Electric as Field Engineer yang nature-nya, standby 24 hour on call untuk mobilisasi ke site all around the world, termasuk Aljazair, Qatar, Budapest, South East Asia. Pernah ditugaskan 3 tahun di Singapore stay di hotel-hotel bintang 5 sesuai regulasi dari GE dengan schedule 2 minggu 2 hari.
Dalam setahun, 90% di site. 10% di rumah. Sebelum punya anak, enjoy dengan tingkat mobilisasi yang tinggi seperti itu. Once anak lahir, sudah ga excited lagi dan memutuskan pindah kerja.
Selepas dari GE, pernah juga mencoba buka Coffee Shop selama 2 tahun dan gatot. (emoticon mrenges)
Balik as employee di perusahaan investment radiologi bagi rumah sakit, as Marketing Manager, dan menjalin long term agreement dengan 7 Rumah Sakit di Indonesia. Covid melanda, perusahaannya ambruk. Yo iku lah background profesional ku, Wul
Terakhir, pengin menghabiskan masa tua di kota apa?
Hmmm.. saat ini pingin menghabiskan masa tua di Bali
Wes opo maneh Bin, yang hendak disampaikan sebelum O-Ring ini disudahi?
Vivat ITS.. Vivat ITS.. Vivat ITS!
Hahaha, gayamu … suwun yo
[kkpp, 19.03.2023]