Seperti di postingan sebelumnya (bisa baca di sini), Angkatan 1993 ITS (selanjutnya disebut: ITS93) merencanakan melakukan reuni yang akan dilaksanakan bulan Oktober pada tahun ini. Mengawali serial “Obrolan Ringan (O-Ring) Jelang Perayaan 30 Tahun ITS93” ini saya berkesempatan melakukan wawancara via whatsapp dengan Prof. Dr.Eng Harus Laksana Guntur, ST, MEng, yang saat ini menjabat Kaprodi Pascasarjana Teknik Mesin ITS yang juga didapuk menjadi Ketua Panitia 30 Tahun Angkatan 1993 ITS.

Salam Cak Prof. Terima kasih sudah disempatkan meluangkan waktu. Bisa diceritakan Cak Prof, tentang “30 Tahun ITS93” …
Alhamdulillah, wa syukurillah, saya sangat yakin bahwa Gusti Allah itu sudah punya cerita indah tentang kita, angkatan 93 ITS. Aku yang sebelumnya jarang hadir di acara Muswil IKA ITS Jawa Timur, tergerak untuk hadir, setelah ditelpon cak Machsus, Panitia Muswil IKA ITS Jawa Timur. Berawal dari situlah, aku dipertemukan dalam satu meja dengan teman-teman yang kebetulan angkatan 93 semua. Obrolan ringan kemudian berlanjut dengan pembicaraan tentang reuni 30 Tahun Angkatan 93 ITS. Ada Cak Jadid PENS, Cak Tonnie Kapal, Ning Sita Matematika dan kawan-kawan yang lain. Mereka bercerita bahwa kita pernah berencana untuk mengadakan reuni perak, 25 Tahun Angkatan 93 ITS. Tapi, tidak terlaksana karena berbagai hal dan kendala.
Sampai akhirnya teman-teman meminta kesediaanku untuk menjadi Ketua Panitia Reuni 30 Tahun Angkatan 93 ITS ini, dan aku menyanggupinya. Begitu ceritanya, cak…
Lantas kira-kira, apa yang membedakan, kalau (reuni) 25 tahun yang lalu tidak terlaksana, dan 30 tahun yang sekarang possible terlaksana?
Alhamdulillah, begitu gagasan ini digulirkan, mendapatkan sambutan yang sangat positif dari teman-teman 93. Semangat teman-teman untuk ikut membantu mensukseskan reuni akbar ini sangat besar. Hal ini bisa kita lihat dari jumlah teman-teman 93 yang tertarik untuk membantu di kepanitiaan. Kami sudah 3 kali rapat online, dan 3 kali rapat offline dengan teman-teman 93 dan adik-adik mahasiswa BEM ITS.
Dukungan dari teman-teman 93, adik-adik BEM se-ITS dan sinergi dengan Panitia Dies Natalis ITS ini menjadi kekuatan dan energi positif bagi terlaksananya Reuni Akbar 30 Tahun Angkatan 93 ITS.
Kebetulan aku adalah dosen di ITS, sudah profesor, dan punya jaringan cukup kuat di ITS, sehingga bisa melibatkan seluruh unsur di ITS, termasuk mahasiswa/BEM dan Panitia Dies ITS untuk ikut mensukseskan reuni kita. Jadi semangatnya, bergotongroyong, gendong indit bersama seluruh kekuatan ITS, bersinergi mensukseskan acara reuni akbar 93 & Dies Natalis ITS. Kesuksesan reuni its 93 kali ini seperti sdh ditakdirkan cak…
Anyway, selamat ya cak, menjadi guru besar di almamater. Pernah terbayangkah ketika dulu memutuskan untuk memilih berkarir di ITS?
Waktu itu tidak terbayang. Saat memilih karir jadi dosen, aku hanya ingin menjadi doktor saja. Karena saat itu belum banyak yang bisa jadi profesor. Sangat langka cak. Tokoh-tokoh idolaku semua masih doktor.
Alhamdulillah, ternyata aku bisa jadi profesor, melebihi para tokoh idolaku saat itu, di usia 45 tahun.
Sejak lulus langsung jadi dosen?
Aku pernah di Cheil Samsung tapi tidak lama, hanya 5 bulan saja. Tidak cocok dengan passion-ku. Sejak mahasiswa memang bercita-cita jadi dosen cak.
Passion-nya di mengajarnya atau penelitiannya?
Aku passion-nya di mengajar dan meneliti/berinovasi. Boleh ya jawab dua? Apa harus memilih 1? Saat ngajar menikmati sekali … mungkin ngajar lebih besar porsinya. Mahasiswaku banyak sekali baik S1, S2, S3 … (begini-begini) termasuk favorit e mahasiswa … (emoticon ‘macak cute’)
Selama menjadi dosen (25 tahun atau 26 tahun), bagaimana membandingkan ITS dulu (selama jadi mahasiswa S1), dengan ITS selama 25 tahun belakangan? Mahasiswanya jelas berlipat banyak sekali.
Banyak sekali perubahan yang terjadi di ITS. Infrastruktur, gedung, fasilitas umum, jumlah fakultas, prodi, mahasiswa. Ada 5 gedung baru yang di zaman kita belum ada: Gedung Asrama baru, Menara Sains, Menara Pusat Riset, Sains & Tekno Park, Gedung Robotika dll. Akses jalan keluar masuk ITS juga sudah berubah, jauh lebih lebar dan akses masuk (menggunakan) gate sudah pakai sistem buka tutup otomatis seperti di mall-mall. ITS juga semakin rindang, sebagai hutan kota dan pernah beberapa kali masuk peringkat 3 besar greenmetric.
Dari jumlah mahasiswa, mengalami kenaikan berlipat-lipat. Jumlah mahasiswa kita saat ini 23 ribuan. Dulu masih di angka 10-13 ribuan.
Apakah kenaikan jumlah mahasiswa itu merupakan tuntutan karena ITS sudah menjadi PTNBH?
Salah satunya itu cak…
Sebagai PTNBH, subsidi dari pemerintah terus berkurang. Jumlah PTN yang di-BH-kan saat ini sdh 23-an, dari yang awalnya 11 saja saat ITS baru bergabung menjadi PTNBH. Sedangkan dana APBN untuk PTNBH tetap. Maka ITS dan PTNBH lainnya dipaksa untuk survive, mencari sumber pendapatan di luar dana APBN. Salah satu tumpuannya ya dari SPP/UKT serta SPI mahasiswa. Total dana yang dikelola ITS saat ini sudah mencapai 1.8T, dengan 500M nya dari UKT dan SPI mahasiswa.
Ada yang berpendapat, semakin banyaknya mahasiswa dan tuntutan mendapatkan pemasukan dari mahasiswa melalui pembukaan jalur mandiri, akan menurunkan kualitas mahasiswa? Bagaimana Prof, mengenai isu ini?
Iya, betul. Memang ada penurunan kualitas mahasiswa kita (dari jalur mandiri, kemitraan dan kerjasama). Itu juga jadi perhatian kami di internal kampus (dosen) bagaimana agar jalur mandiri, jalur kemitraan dan kerjasama tetap mempertimbangkan kualitas dan melalui proses seleksi yang bertanggungjawab.
Sekarang di ITS perbandingan dosen dan mahasiswa berapa Prof?
Kalau tidak salah, 1:23
Kalau perbandingan guru besar dengan jumlah dosen?
Ada 120-an guru besar aktif dari total jumlah dosen 1100-an.
Wah, sudah progres (lebih dari 10%), zaman kita dulu, di FTK cuma ada Profesor Soegiono …
Ya … betul … zaman kita dulu sedikit sekali profesornya. Makanya aku ga bermimpi jadi profesor karena tidak banyak tokoh yang diidolakan sudah (jadi) profesor.
Bisa diceritakan, lika-liku menjadi profesor? Yang paling berkesan saja juga boleh Prof …
Aku masuk dosen tahun 1999. Kemudian tidak lama berangkat ke Tokyo pada tahun 2002 untuk mengambil S2 dan S3 di Tokyo Institute of Technology dan sempat (mengambil) post doc (selama) 1 tahun di sana. Pulang kembali ke ITS tahun 2008.
Sejak saat itu aktif kembali sebagai dosen di Teknik Mesin ITS dan menjadi Kalab, Sekprodi Pasca, Sekretaris LPPM, Plt (dan kemudian menjadi) Ka LPPM selama 1 tahun.
Jumlah mahasiswa yang sudah takbimbing sangat banyak. Aku hampir meluluskan 250-an mahasiswa (S1, S2, S3). Saat ini, jumlah mahasiswa S3 ku ada 10, S2 10, S1 16-an. Banyak (juga) yang sit in (tapi ini) tidak aku masukkan dalam hitungan.
Alhamdulillah, aku bentuk komunitas mahasiswa alumni bimbinganku dan punya kegiatan rutin yaitu silaturahmi dan berbagi dengan adik-adik mahasiswa. Sudah berjalan rutin.
Kalau tadi sempat cerita jadi dosen favorit, apakah punya mahasiswa favorit Prof?
(emoticon ngakak) … banyak … , sing spesial biasane namanya masih melekat di kepalaku. Baik itu spesial fisiknya, maupun spesial kinerjanya
(balik tentang guru besar)
tahun 2017 aku sebetulnya sudah mengusulkan GB-ku, saat usiaku 42 tahun. Tapi perjalanan usulan GB ternyata berliku, usulan GB ku naik turun dari Jakarta sampai 3 kali. Jadi tidak semudah yang orang-orang bayangkan. Sampai ada audiensi juga dengan tim dari Jakarta. Sampai akhirnya SK terbit pas pandemi pada tahun 2020.
Setelah menjadi profesor, ingin meraih apa lagi?
Alhamdulillah, selama jadi GB aku sangat aktif di Dewan Profesor (DP). Jadi GB muda yang diandalkan untuk meramaikan DP, aku menggulirkan rembug kebangsaan dan sekaligus jadi koordinatornya. Insya Allah minggu depan akan rilis di media hasil rembug-nya tentang pendidikan tinggi nasional dan gelar kehormatan. Harapan ke depanku adalah bisa meningkatkan peran dan kontribusi untuk umat, di level yang lebih luas: ikut mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai kapasitas dan kemampuanku
Luar biasa Prof. Soal rilis di media ini, sepertinya saya pernah membaca tulisan Profesor di media nasional …
Kalau yang sudah ada itu opini saya, tulisan berisi pemikiran dan pendapat pribadi. Kalau yang rilis hasil rembug baru akan (minggu depan).
Apakah memang ada pembahasan di dewan guru besar yang mendorong para guru besar lebih sering menulis di media-media? Bagaimana dewan guru besar menilai kiprah guru besar dari ITS selama ini?
Tradisi menulis di media, khususnya untuk dosen dan GB ITS, belum ada (masih satu-dua, bisa dihitung jari). Kalau menulis ilmiah, paper di jurnal sudah jadi kewajiban dosen. Jadi ya semua terpaksa menulis. Tapi menulis opini di media populer, tidak banyak. Mungkin hanya 10 dari 1000. Berbeda dengan dosen dan mahasiswa di kampus lain, seperti ITB, IPB, UI, UGM yang relatif rajin menulis di media populer.
Kira-kira apa yang membedakan? Ekosistem?
Menurut saya itu salah satu sebabnya. Sepertinya tradisi menulis di ITS masih rendah, sejak mahasiswa. Saya diskusi dengan teman-teman dosen alumni ITB, di ITB, sejak mahasiswa sudah ditradisikan menulis.
Yang terakhir Prof, balik ke 30 tahun yang lalu, dulu mengapa bisa memilih Teknik Mesin ITS?
Waktu di SMA kita kan belum tahu dan ga punya gambaran yang jelas tentang jurusan-jurusan di perguruan tinggi … Intinya aku suka teknik karena macho, cowok banget. Sebetulnya bimbang, antara teknik fisika, teknik mesin atau teknik-teknik lainnya … akhirnya pilihan jatuh ke Teknik Mesin ITS.
Aku sebetulnya daftar lainnya juga. Di Politeknik Gajah Tunggal waktu itu, diterima juga, tapi aku milih Teknik Mesin ITS ae. (Waktu itu) mesin pilihan pertama, tekfis kedua.
Terakhirnya terakhir. Ada hal-hal yang mau disampaikan? Baik ke teman2 ITS93 ataupun ke pihak-pihak lainnya?
Untuk teman-teman 93 ITS semua yang aku hormati dan sayangi … semoga reuni 30 Tahun Angkatan 93 ini menjadi momentum untuk merekatkan kita, meningkatkan ukhuwah/seduluran, mempererat tali silaturahim di antara kita. Kita bisa guyub rukun, bergotong royong saling membantu dan berbagi banyak hal kepada sesama …
Semoga keberkahan tercurahkan untuk kita semua… Aamiin yra.
[kkpp, 12.03.2023]
Mantapppp Ketuanya
SukaSuka
Ping-balik: O-Ring 30 Th ITS93: Belinda Andyana (Arsitektur) | Kepingan Koratkarit Paling Pojok
Ping-balik: O-Ring 30 Th ITS93: Eddy Robin Natanael Sianipar (Teknik Fisika) | Kepingan Koratkarit Paling Pojok