Joanne Kathleen Rowling, ibu beranak satu ini sungguh kaya akan ide. Karyanya, Harry Potter dengan segala pernak-perniknya, sudah membuktikan hal itu. Dunia sudah membuktikannya.
Kapan hari saya pernah membahas tentang pensieve (bisa baca di sini), kali ini sebuah peristiwa mengingatkan saya pada bagaimana lukisan dikisahkan di Harry Potter. Dikisahkan dengan indah di buku serta divisualisasikan dengan cermat di filmnya, JK Rowling membuat pernak-pernik bahwa tokoh yang terdapat di lukisan bisa bergerak-gerak dan ia bisa berpindah ke lain frame. Ide yang ajib.

Lukisan di Harry Potter. Foto dari blog http://www.dimasramadhan.com yang di salah satu postingannya bercerita kunjungannya ke Universal Studios Japan di Osaka tahun 2015 yang lalu. Kisah tentang itu bisa dibaca di sini.
Di dunia kekinian, ide lukisan dengan sang tokoh bisa berpindah bingkai terasa sebagai sebuah media sosial dimana sang tokoh bisa berpindah sesuka hatinya. Apalagi sekarang, media sosial tak hanya satu dua.
Media sosial terasa sebagai sebuah bingkai tempat sang tokoh ingin berada di suatu kurun waktu tertentu. Tak sepenuhnya ia bisa di sana. Toh sang tokoh bisa menitipkan status pada profil messenger, pun ia bisa tampil secara utuh sebagai sosok di banyak media lainnya.
Sang tokoh bisa siapa saja. Semua orang punya hak yang sama, asalkan ia punya akses ke dunia maya.
Sedangkan saya, tadi malam merasa sebagai Harry Potter kecil yang menunggu dari hari ke hari di hadapan sebuah bingkai lukisan kosong yang ditinggalkan sang tokoh. Saya bagai Harry Potter kecil yang tak pernah bosan menanti bingkai lukisan akan terisi dengan yang dinantikan membawa sebuah kabar.
Menyenangkan saat tahu sang tokoh ada di di dalam bingkai, meski di saat yang sama terasa perih karena terlihat sang tokoh berbahagia dengan bingkainya sendiri serta meninggalkan Harry Potter berjuang di luar bingkai. Sepi.
[kkpp, 15.10.2016]