Selamat pagi Jakarta!!
Masih ngantuk. Tadi malam (Sabtu malam (12/9) hingga Minggu dinihari) barusan nobar di Rolling Stones Cafe, jalan Ampera Raya. Baru pertama kalinya nobar di sana, di sebuah kawasan di Jakarta yang saya akrabi dua tahun belakangan ini. Kemang – Ampera Raya – Citos.
Hasilnya? Kalah. Dengan kondisi Liverpool sekarang, harapan tentang Liverpool juara masih terpelihara meski terasa muskil. Harapan selalu ada. Dari musim ke musim, sebagaimana bermusim-musim yang lalu. Dan kini, jangankan juara, menang ataupun berharap permainan cantik nan brilian adalah sebuah anugerah selama Brendan Rodgers sebagai manager LFC.
Ya, kepercayaan saya atas kemampuan Rodgers kian terkikis secara perlahan. Bisa jadi berada di titik nadir, tetapi tak sekalipun saya berdoa agar LFC kalah agar Rodgers dipecat. Dari game ke game, saya selalu berdoa agar tiga poin bisa didulang oleh LFC. Saya pun juga tak pernah secara sengaja ingin memboikot menonton LFC selama Rodgers menjadi managernya. Saya tak bisa.
Di game nobar tadi malam, babak pertama sungguh membosankan. Menurut Tony Barrett, via akun twitternya, ini adalah babak pertama game antara MU vs Liverpool yang paling membosankan sejak tahun 1996.
Babak kedua, langsung berubah situasinya. Gol Blind dari set piece di luar kotak penalti ditambah gol penalti Herrera, menjadikan pasukan Brendan Rodgers ketinggalan dua gol secara mudah.
Satu-satunya hiburan di game week kelima Liga Inggris itu adalah gol cantik dari Benteke. Gol yang terasa meledakkan suasana tertekan. Tetapi itu saja tak cukup. Game berakhir dengan kekalahan 1-3. Kekalahan kedua setelah di game week keempat musim ini, Liverpool FC juga tumbang di Anfield, juga dengan tiga gol.
Belakangan, sejak akhir musim yang lalu dan berlanjut di awal musim ini, yang ada sekarang adalah menikmati setiap pertandingan Liverpool FC. Menang kalah soal belakangan. Sudah senang bisa diberikan nikmat nonton Liverpool bermain. Sudah senang berkesempatan nobar untuk bertemu dengan saudara-saudara lama di Bigreds yang lama tak berjumpa. Juga makin senang bertemu dengan orang asing yang langsung terbaiat menjadi saudara baru.
Ya, saya sudah senang dan sudah bersyukur atas itu semua. I love you, Liverpool FC, kini dan nanti.
***
Nobar tadi malam pun bukanlah pula nobar biasa. Kami berangkat berempat. Bareng saudara-saudara Bigreds Surabaya: saya, @diorres, @wnlfc1982 dan @dennisbesssy. Dari Surabaya diniatin rame-rame menjadi travelling kop.

usai konser. difotoin mas edi dari makassar. mas edi ini adalah yang ngganti tiketnya wili yang gak jadi berangkat karena sesuatu hal.
Perjalanan bareng-bareng semacam ini, biasanya kami sebut dengan trettettet. Kali ini selain awayday ke nobar yang diselenggarakan Bigreds Korwil Jakarta, sehati sebelumnya kami bersama-sama kembali ke Gelora Bung Karno Senayan sebagaimana trettettet sebelumnya (baca di sini)
Bedanya, jika trettettet sebelumnya ke GBK untuk menyaksikan aksi Gerrard dan LFC, kali ini adalah buat jejingkrakan di kelas festival Konser Bon Jovi 2015.
Mungkin bukan konser yang sempurna, tetapi tetap saja trettettet kali ini adalah rangkaian trettettet yang menyenangkan: Bon Jovi dan Rolling Stones Cafe dalam satu kesempatan.
Sayang tiga poin melayang.
[kkpp, diselesaikan on board ID6406, seat 11C, 13.09.2015]