Liverpool, Travelling

Tret-tet-tet: Dari Bon Jovi hingga Rolling Stones

Selamat pagi Jakarta!!

Masih ngantuk. Tadi malam (Sabtu malam (12/9) hingga Minggu dinihari) barusan nobar di Rolling Stones Cafe, jalan Ampera Raya. Baru pertama kalinya nobar di sana, di sebuah kawasan di Jakarta yang saya akrabi dua tahun belakangan ini. Kemang – Ampera Raya – Citos.

IMG_4149

Datang kepagian di Rolling Stones Cafe

Hasilnya? Kalah. Dengan kondisi Liverpool sekarang, harapan tentang Liverpool juara masih terpelihara meski terasa muskil. Harapan selalu ada. Dari musim ke musim, sebagaimana bermusim-musim yang lalu. Dan kini, jangankan juara, menang ataupun berharap permainan cantik nan brilian adalah sebuah anugerah selama Brendan Rodgers sebagai manager LFC. Baca lebih lanjut

Standar
Liverpool, Sepakbola

Rafa (terpaksa) Meninggalkan Anfield

It is very sad for me to announce that I will no longer be manager of Liverpool FC. I would like to thank all of the staff and players for their efforts. I’ll always keep in my heart the good times I’ve had here, the strong and loyal support of the fans in the tough times and the love from Liverpool. I have no words to thank you enough for all these years and I am very proud to say that I was your manager.

Thank you so much once more and always remember: You’ll never walk alone. – Rafael Benitez – 3 June 2010

Usai sudah kebersamaan Rafael Benitez bersama tim tercinta, Liverpool FC. Sepanjang Kamis (3/6/2010), akun twitter dan milis sudah bersaut-sautan membahas kemungkinan ini. Bahkan, sudah ada yang menulis bahwa Kamis sore waktu setempat adalah kepastiannya. Benar saja, malam itu begitu sampai di rumah, LFC statement di forum menyampaikan bahwa Rafa setuju menanggalkan posisinya secara ‘mutual consent‘ dan bukan dipecat (sacked). Lebih lengkap tentang statement itu bisa baca di sini.

Meski sudah diduga, tetap saja keputusan itu tetap mengagetkan dan menyedihkan. Bagaimanapun, banyak tawa, keriangan dan kegembiraan selama 6 tahun terakhir. Khususnya gelar jawara Eropa yang dipersembahkan di Istambul 2005, takkan terlupakan oleh dunia.

Banyak yang menduga, bahwa keputusan ini adalah dikarenakan buruknya performa LFC di musim 2009/2010. Terlempar ke peringkat 7 di liga Inggris, dan nyaris tidak bermain di level Eropa. Situasi yang sulit dan tak terbayangkan karena meski gelar juara Liga Inggris belum sekalipun diberikan, namun penampilan LFC tidak pernah seburuk musim ini.

Bahkan saat pre-season 2009-2010 di Singapore, tak sedikitpun terbersit di wajah-wajah kawan-kawan Bigreds, bahwa musim 2009/2010 bakal menjadi musim terakhir Rafa Benitez. Runner-up 2008/2009 adalah modal keoptimisan, namun di akhir musim justru yang didapatkan adalah akhir era Rafalution.

Bagi sebagian besar kami, Rafa adalah sosok yang dicintai karena cintanya kepada LFC. Kejeniusannya telah cukup teruji. Meski tanpa dukungan dana dari sang pemilik, duo Amerika, Rafa tetap dapat meramu tim untuk menantang tim 4 besar lainnya. Bahkan dulu kami mempunyai game tebak tepat ala Rafa, karena begitu sulitnya memprediksi susunan line-up pemain yang diturunkan.

Jika kemudian ada yang disalahkan, maka sang duo Amerika itulah. Janji-janji aliran dana tak pernah terealisir, malah hutang yang kian menumpuk. Tak salah bila di Liverpool sana, menggelar demo sebagai reaksi atas keputusan ini.

Whatever, keputusan telah dibuat. Era baru telah terbentang bagi LFC, dan Rafa masih tetap di hati kami.

Rafa, you’ll never walk alone!

[kkpp, 04.06.2010]

baca juga: Liverpool fans turn ire on managing director in demonstration at Rafael Benitez exit.

Standar