Minggu 28 Desember 2014. Mendung masih mewarnai Belitung di pagi itu. Saya mengendarai kendaraan sewaan dan mengantarkan adik bungsu saya ke Bandara H. AS. Hanandjoedin, 15 menit perjalanan dari kota. Ia harus balik ke Malang dengan pesawat Citilink jam 07.30, sementara saya dan keluarga masih melanjutkan liburan ke Pangkal Pinang nanti jam 10.20 menggunakan Sriwijaya Air.

Tak pernah terbesit, jika tak jauh dari situ, di kisaran jam yang sama, sebuah pesawat hilang kontak dan belum diketahui keberadaannya hingga pagi ini (29/12), hampir 24 jam kemudian. Belum ada kesibukan yang berarti di kawasan bandara kecil itu.

Saya baru membaca kisah kejadian pesawat hilang kontak di sekitaran Belitung persis sesaat sebelum mematikan handphone sesuai dengan prosedur keselamatan penerbangan. Pesan pendek kurang dari 140 karakter itu sempat membuat saya bertanya-tanya sepanjang perjalanan singkat Belitung-Pangkal Pinang. Kekhawatiran, keingintahuan, kesedihan bercampur jadi satu.

Sementara dari jendela Sriwijaya Air SJ551 hujan masih tampak membasahinya. Kami pun tadi ke pesawat dengan menggunakan payung. Ya sejak kemarin Sabtu hujan cukup lebat di sana. Kami malah menggagalkan rencana menyeberang ke Pulau Lengkuas karena cuaca buruk.

Begitu mendarat di Bandara Depati Amir, barulah saya mendapati berita duka itu. Pesawat Air Asia dengan kode penerbangan QZ8501, kode registrasi pesawat PK-AXC,  jalur yang berangkat dari Bandara Juanda Surabaya menuju Changi Singapura tak didapati kabarnya.

Semoga keberadaan pesawat tersebut segera diketahui, penumpang dan awak pesawat dapat diselamatkan, serta keluarga penumpang dan awak pesawat diberikan ketabahan. Doa dan simpati dari kami. Al fatihah.

[kkpp, 29.12.2014]