Pancur. Jelang pukul 14 siang itu (20/10), sampai juga kami di pemberhentian terakhir menuju Plengkung. Kelegaan kami membuncah sesampainya di sana. Bagaimana tidak, perjalanan dengan kendaraan sendiri sejak pagi tadi dari Ketapang, akhirnya berakhir. Kini kami harus berganti dengan kendaraan four-wheel drive yang ditetapkan oleh Taman Nasional untuk menuju Plengkung. Mungkin alasan yang sama, sebagaimana yang diterapkan oleh Taman Nasional Bromo yang membatasi kendaraan untuk memasuki area taman nasional.
Sayangnya, kendaraan yang dimaksud tak sebanyak yang tersedia di Bromo. Tapi tak apa, sebagai resort terakhir, fasilitas cukup komplet. Ada musholla, bumi perkemahan, lahan parkir yang bisa memuat 10 buah kendaraan, serta toilet yang cukup bersih. Bahkan sambil menunggu, kami sempat makan siang bermenu sederhana: pecel lodeh berlauk ikan mujair goreng.
Kami melaporkan diri (kembali), persis sebagaimana di pos Rowobendo. Mengisi identitas serta menyampaikan maksud kedatangan kami. Rupanya, di Pancur, selain transit sebelum menuju Plengkung, banyak hal lain yang biasa dilakukan oleh pengunjung. Bermalam/berkemah di bumi perkemahan yang sudah disediakan, atau ada serombongan yang hendak memancing, atau bisa juga mengunjungi beberapa gua. Menurut informasi bapak penjaga pos, puncak keramaian di Pancur adalah pas malam 1 Suro.
Saat mengetahui kami hendak ke Plengkung, sang bapak penjaga pos mengatakan, “Mending besok pagi mas kalau ke Plengkung. Sudah terlalu sore. Baru nyampai harus balik, karena kendaraan terakhir dari Plengkung adalah jam lima.”
“Kalau menginap di sana bagaimana, Pak?” kami menjawab otomatis, lha kalau keburu balik, bagaimana bisa kami mendapatkan foto senja, kami membatin.
“Ada sih, penginapan di sana. Tapi belum tentu ada kamar. Pakai dollar pula,” Bapak tadi melanjutkan dengan menyebutkan angka setelah melihat keteguhan kami.
“Hah, enam puluh dollar seorang?” … Ah sudahlah, tanpa banyak diskusi kami segera mengiyakan. Kepalang basah. Sudah sampai Pancur, Plengkung tinggal 9 kilometer lagi, masak harus balik ke Surabaya …
Kami segera berkemas. Memilih barang seperlunya untuk semalam di Plengkung. Sisanya, kami tinggal bersama kendaraan kami di parkiran.
Sementara, kendaraan yang akan mengantarkan kami ke Plengkung belum ketahuan datang berapa lama lagi. Meski demikian, kami tak berani terlalu jauh dari tempat penantian. Biarlah gua dan pantai sekitar Pancur akan kami kunjungi lain waktu. Yang utama, kami harus sesegera mungkin sampai di Plengkung.
[bersambung ~ kkpp, 02.01.2013]
Wah mas tatok nyang plengkung gak ajak2 aku ya pingin nyang rana lho….
SukaSuka
Ping-balik: Plengkung dan Taman Nasional Alas Purwo (3) | Kepingan Kakap Paling Pojok