
Kalau di-google menuliskan judul di atas, maka akan ketemu (i) foto, (ii) karet, (iii) listrik, (iv) kertas, dan (v) tikus. Kalau di-google-translate, ketemunya malah snapshot, catapult, slingshot dan stapler. Tetapi yang dibahas di Reboan Ngalor Ngidul Virtual ITS93 episode ke-57 tadi malam (10/7) adalah soal foto, bukan soal jepretan karet, listrik, kertas ataupun tikus. Padahal membahas jepretan tikus sepertinya seru juga.
Sebelum memilih judul itu, awalnya diusulkan ‘Cekrek’. Tapi khawatir dianggap sebagai nama depan, yang nama belakangnya ditengara adalah Eningbca, akhirnya ‘njepret’ disetujui para pihak sebagai judul-judulan episode yang mendatangkan Dhayoh Karet Loro, istilah di Reboan kami membahasakan Guest Star, Kurniawan Adiwibowo. Berasal dari Solo, pria yang biasa dipanggil Adi ini diterima di ITS angkatan 1993 di jurusan Statistika sebagai pilihan pertama dengan UGM sebagai pilihan kedua. Selepas lulus dari ITS, sempat berkarir di Batam sebelum kembali ke Surabaya untuk bekerja pada perusahaan brand rokok terkemuka sebelum pindah ke perusahaan brand sepeda yang juga terkemuka.
Di luar karir profesionalnya, Adi menekuni fotografi. Beberapa karyanya dimuat di rubrik foto Harian Kompas dan rubrik foto Jawa Pos. Sebagian besar dari kita, saat ini membiarkan foto-foto yang dengan gampang diperoleh melalui hp dalam genggaman tangan sekedar hanya menghuni galeri foto yang menghabiskan memori. Sebagian dari kita memamerkannya melalui media sosial, sharing di whatsapp group, facebook maupun instagram. Hanya yang punya nyali yang mengirimkan ke lomba ataupun media untuk dikurasi para ahli. Adi adalah salah satu yang konsisten bernyali dan memanen bahwa karya-karyanya sungguh layak diapresiasi dan diacungi jempol.
Tips dan berbagai trik sudah dibagikan, termasuk juga perkembangan teknologi fotografi yang saat ini juga sudah dapat dihasilkan oleh aplikasi artificial intelligent. Menurutnya, semua orang bisa memfoto. Bagaimanapun tak harus semua foto yang bagus diambil dengan kamera yang mahal. Dari aktivitasnya selama ini 70% foto-fotonya menggunakan hp. Sisanya baru menggunakan kamera. Yang terpenting baginya adlah momen, posisi, framing, pesan yang ingin disampaikan adalah faktor-faktor penting yang membuat sebuah foto menjadi foto yang baik, selain tentu saja memahami teknik fotografi. Yang terakhir ini, soal teknik dan ketrampilan memfoto, bisa dipelajari sambil jalan, dari diskusi dengan komunitas pecinta foto dan bisa juga dengan menonton tutorial yang banyak beredar di youtube.
Tak suka disebut sebagai fotografer, Adi lebih memilih disebut tukang pijet shutter (shutter therapist -aku auto ngakak dengan pilihan istilah ini), kini lebih antusias pada foto-foto bergenre street photography, human interest, portrait, landscape, dan food photography.
Fotografi buat Adi adalah sebuah aktifitas yang cocok buat pensiun kelak. Ayo jalan-jalan. Ayo hunting foto.
Pret ayo pret, ayo kita njepret!
[kkpp, 11.07.2024]

Tinggalkan komentar