Keberuntungan menghampiri kami siang itu (11/9). Sebuah tenant mall tempat kami makan siang ternyata sedang mengadakan acara promo. Ada undian ditraktir oleh tenant alias gratis buat pemenang pertama, serta voucher buat dua pemenang kedua dan ketiga. Sang tenant waktu itu penuh, semua meja terisi. Kami tak tahu kalau di tenant itu sedang ada promo.
Siang itu adalah hari terakhir dari seri ketiga Liga Bridge Indonesia 2020, yang sempat tehenti penyelenggaraannya karena pandemi melanda, semua aktivitas pun termasuk Liga Bridge Indonesia menjadi tertunda. Seri ketiga dilaksanakan di Hotel Santika Mega City Bekasi, setelah seri kedua di Bridge Centre Bulungan Jakarta, dan seri pertama di Museum Bank Indonesia Jakarta.

Nilainya tak seberapa voucher yang kami dapatkan. “Keberuntungan di meja makan, bukan di meja pertandingan,” begitu caption yang melintas di kepala saya saat itu buat media sosial, namun tak jadi saya postingkan.
Batal dipostingkan karena selain voucher kecil tadi, saya baru tersadar bahwa kami masih banyak berlimpah keberuntungan lainnya. Bisa melaui pandemi dan bertahan menyelesaikan liga adalah keberuntungan tersendiri karena ada empat tim yang kandas tak melanjutkan seri kedua serta hingga menuntaskan liga di seri ketiga. Bisa mengikuti liga yang terbatas hanya diikuti 16 tim terbaik di Indonesia juga sebuah keberuntungan sendiri karena bisa merasakan atmosfer dan adrenalin memainkan distribusi kartu tanpa menoleransi kesalahan-kesalahan bermain. Bisa melompat lebih baik di klasemen setelah tampil buruk di seri pertama juga hal yang perlu disyukuri.
Meskipun demikian, bridge mengajarkan tak cukup hanya berbekal keberuntungan untuk memenangkan pertandingan. Skill membaca permainan, memilih strategi menyerang dan bertahan atas distribusi kartu, penguasaan bidding system antar pasangan, serta konsistensi mentalitas bermain menghadapi board-board panjang adalah faktor-faktor yang mengeliminasi faktor untung-untungan. Empat tim yang lolos ke semifinal Liga Bridge Indonesia, menunjukkan itu semua yang lebih baik dari kedelapan tim lainnya. Selamat buat KBP, Djarum Super, Mampang Bridge Community, serta ACR1. Semifinal 3 kali 16 board telah menanti.
Terakhir dan terpenting, saya juga harus bersyukur berada bersama kawan-kawan bridge alumni ITS yang hanya berbekal ke-bonek-annya menjadikan hal yang menyenangkan ini. Next time better, rek!
Terima kasih juga buat Cak Topo dan Cak Thowi, Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat IKA ITS yang berkenan hadir langsung ke venue pertandingan.
Alhamdulillah.
[kkpp, 12.09.2022]