Masih ingat tentang lagu Udin Sedunia yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Sualuddin, pemuda asal Lombok yang populer menyusul kepopuleran Sinta dan Jojo karena keberadaan situs YouTube?
Jika tidak, berikut adalah liriknya:
ni lagu tentang sebuah nama..
kata orang udin nama kampungan
jadi lagu enak juga didengar
kalau gak percaya, simak dengan seksamaudin yang pertama, namanya awaludin
udin yang suka di kamar, namanya kamarudin
udin yang hidup di jalanan, namanya jalaludin
udin penggembala, namanya sapiudinmoooo…
udin udin, namamu norak tapi terkenal
udin udin, walaupun norak banyak yang suka hahahaha..udin yang sering ke masjid, namanya alimudin
udin yang rajin berdoa, namanya aminudin
udin yang agak stress, namanya sarapudin
udin yang tidak stress, namanya sadarudinudin udin, namamu norak tapi terkenal
udin udin, walaupun norak banyak yang suka hahahaha..udin yang penjual nasi, namanya nashirudin
udin yang suka ke wc, namanya tahirudin
udin yang suka telepon, namanya hapipudin
udin yang jadi teroris, namanya noordin m top!udin udin, namamu norak tapi terkenal
udin udin, walaupun norak banyak yang sukahahahaha..udin yang terakhir, namanya akhirudin
[Udin Sedunia dipopulerkan oleh Sualuddin]
Liriknya lucu dan dibawakan dengan kocak. Kira-kira populer di awal bulan Maret tahun ini, bahkan sempat diundang live di panggung musik salah satu televisi nasional. Meski demikian, lagu ini sempat dilarang dengan alasan melanggar estetika karena memperolok orang lain. Lebih lengkapnya baca di sini.
Sebuah kebetulan pula, tiga bulan kemudian, ada beberapa kasus besar yang menjadi perhatian khalayak dan menjadi headline media massa nasional yang menyangkut Udin lainnya. Pertama, adalah kisah tentang Muhammad Nazaruddin, Bendahara Umum Partai Demokrat yang diberhentikan karena diduga terlibat dalam kasus suap, dan kini kabur (atau ‘dikaburkan’) ke negeri tetangga yang sering jadi jujugan tempat pelarian. Udin yang kedua adalah Syarifuddin, seorang hakim yang ditangkap KPK di kediamannya (1/6) karena diduga menerima uang suap atas penanganan sebuah perkara pailitnya sebuah perusahaan.
Keduanya memang masih dugaan. Bukankah selama ini kita senantiasa mendengungkan bahwa kita adalah negara hukum serta menganut azas praduga tak bersalah? Selama belum ada putusan mengikat dari segi hukum, maka selamanya pula kita menduga-duga.
Tetapi seandainya proses hukum itu berjalan penuh rekayasa, jangan salahkan khalayak bila menikmatinya sebagai sebuah kelucuan, sebagaimana menikmati lucunya lagu Udin Sedunia. Bukankah kedua kasus menyangkut dua Udin di atas adalah kasus-kasus yang sering mewakili wajah bopeng korupsi negeri ini, kisah bobroknya politisi ramai-ramai merampok anggaran negara, kisah bobroknya pengadil yang tak adil karena godaan harta? Kemana ending-nya, khalayak bisa menebak: ketawa atas olok-olok atau marah atas olok-olok yang sama.
Seorang kawan di akun twitter-nya sempat menulis:
Bendahara PD yg lagi bingung di singapore namanya nyasarudin
Anda memilih yang mana atas kedua kasus dua Udin di atas: ketawa apa prihatin? Kalau ketawa, jadilah Anda bernama Tawauddin. Kalau prihatin, jadilah Anda bernama Prihatinuddin.
Ah, Udin … Udin ….
[kkpp, 03.06.2011]
Keping Terkait:
– Alangkah (nggak) Lucunya Negeri Ini
Sila mampir juga ke:
Sampai 1 dekade orang akan berpikir ulang, ngasih nama “udin” ke anaknya. 😀 asli lucuuu…
SukaSuka
Hehehe, let’s see, ga. Kalo ada yang dalam satu dekade ini masih kasih nama ‘udin’, mungkin belum sempat baca postingan ini. hehehe *pedeuddin*
SukaSuka
Ping-balik: Perantara | Kepingan Kakap Paling Pojok