Dari nama lengkap anak saya kedua, nama panggilan yang kami pilih adalah Alvaro, nama depan dari nama lengkapnya yang terdiri tiga nama. Karena terdiri dari tiga suku kata, maka kami kemudian memilih nama singkat “Varo”. Kadang Bundanya memanggil dengan “Al”, kadang tante-tante dan budhe-nya memanggil dengan turunan dari Varo, yaitu “Vayo”, “Va-O”.
Saya sendiri lebih sering memanggil dengan “Le”, turunan dari “tole”, cara orang Jawa memanggil anak laki-lakinya, sebagaimana cara Bapak memanggil saya. Kadang saya memanggilnya “Dik” sebagai pembahasaan untuk Nuha.
Suatu malam, Nuha kemudian berceloteh, “Yah, sebenarnya nama adik lebih keren kalo dipanggil Boy.”
“Kok bisa?”
“Iya. Adik kan anak cowok dan ganteng. Lebih keren dipanggil Boy daripada Le.”
Aku cuma ketawa.

Foto ilustrasi pinjam dari http://www.ritualmakan.blogspot.co.id
“Kalau jadi dipanggil Boy, nama lengkapnya Rotiboy,” ucap Nuha tanpa merasa bersalah.
Kali ini aku bukan sekedar ketawa. Ngakak malah. Kok bisa milih nama Rotiboy. Kalau dituntut melanggar hak cipta bagaimana?
[kkpp, 26.05.2011]
Tulisan terkait:
Ping-balik: Celoteh Nuha: Ijin Jualan « Kepingan Kakap Paling Pojok