Social Media

Dibuang Sayang (6)

Melanjutkan serial yang sempat terlupakan (seri terakhir sila baca di sini). Melelahkan juga mengkorek-korek dari dasar tempat nyampah

***

#126 – 21/09/2011 | NEGERI WIRAUSAHA. Dokter bisnis obat. Guru bisnis nilai kelulusan. Tentara bisnis jasa keamanan. Hakim dan jaksa bisnis besarnya hukuman

#127 – 18/03/2012 | andai, menggantung koruptor segampang mengayun raket nyamuk… Thass… thasss … Baca lebih lanjut

Standar
fiksimini

Dibuang Sayang (4)

Masih merupakan serial 140 karakter yang terasa sebagai sampah tetapi malah ingin diabadikan. Tentang serial ini, sila mampir ke sini.

***

#76 – 20/02/2011 | Jika ada rindu yang kubagikan, itu adalah sepenuh cinta yang kau kalikan bilangan hari sejak pertama kita bertemu @sajak_cinta

#77 – 21/02/2011 | malam buta. kuaduk lautan butiran pasir di antara debur ombak. kupanggil namamu. ragu. @sajak_cinta

#78 – 21/02/2011 | KRISIS PANGAN. Sawah kering. Laut tak berikan. Tong sampah kosong. Bahkan kuburan pun dicuri. @fiksimini

#79 – 22/02/2011 | MUPENG. Mu pengsan.

#80 – 22/02/2011 |  pada pelepah jelaga jingga, kutitipkan asa janji matahari. tentang cinta yang menyapa pagi. @sajak_cinta

#81 – 22/02/2011 | SUMBANG. “Silahkan bila ada yg hendak menyumbangkan lagu,” kata sang MC. Tak ada hadirin yg maju, semua mengaku suaranya merdu. @fiksimini

#82 – 22/02/2011 |  KERLAP lampu kota mulai menyapa. Seorang gadis di pinggir lampu lalu lintas mengemis. Menanti sumbangan mata untuk KERLIP genit @fiksimini

#83 – 23/02/2011 |  SUPORTER. Tanpa kalian, apa jadinya industri (dan mafia) sepakbola. Bersatulah! Untuk sepakbola Indonesia yang bermartabat.

#84 – 23/02/2011 |  inilah macet yg tak perlu. hanya karena putusnya infrastruktur jalan tol waru gempol beberapa tahun lalu. makilah, siapa yg pantas dimaki!

#85 – 27/02/2011 | merajut malam tak bertepi. menghasut hasrat yang enggan berbaris rapi. @sajak_cinta

#86 – 27/02/2011 | rajam tajam. aku muram tersayat temaram @sajak_cinta

#87 – 27/02/2011 | ‎TAK ADA YANG LEWAT. Saatnya: ikat perut pakai kawat.

#88 – 02/03/2011 | PERDA PROMOTOR. Walikota rupanya suka bilangan prima. Tak lagi ada kendaraan bermotor roda 4, 6, apalagi 12. Motor berjaya. @fiksimini

#89 – 08/03/2011 | OPOSISI. Ooo… posisi. Opo si?

#90 – 08/03/2011 | tak ada lagi bisik serangga malam mengisahkan tabir rahasia cinta. hadirmu, serangga itu beranakpinak di ujung simpul syaraf @sajak_cinta

#91 – 11/03/2011 |  kodok ngorek. ngodok korek. nggondok kere

#92 – 11/03/2011 |  tak bisa membayangkan, seandainyai tsunami itu menerjang negeri ini (lagi). sigapkah kita? siapkah?

#93 – 18/03/2011 |  empat jam. sempat tidak sempat mata harus terpejam.

#94 – 18/03/2011 | DI PEREMPATAN menghitung receh yang di dapat hari ini. Besok ujian. Semoga cukup untuk melunasi tunggakan uang sekolah @fiksimini

#95 – 20/03/2011 |  akulah si kapal hendak karam, berteman dengan jelaga malam. mengenangmu dalam temaram, mengurai perjalanan suram nan muram @sajak_cinta

#96 – 20/03/2011 | datanglah hujan, datanglah kesadaran! buai aku dalam kuyup rinai tanpa kenangan. basah! @sajak_cinta

#97 – 21/03/2011 |  HENING. Tiba-tiba bunyi sepatu menimpali irama sapu. Ah, sekretaris bos sudah datang. Ingin menyapa, apa daya kerjaku menyapu @fiksimini

#98 – 28/03/2011 | hanya kesunyian yang memisahkan kita. saat kenangan merenda senja menjadi butir airmata @sajak_cinta

#99 – 30/03/2011 | jika bekerja adalah melayani, mana yg bakal kau jalani: melayani sesama atau melayani ambisi-ambisi yang tak tertuntaskan?

#100 – 30/03/2011 | ribuan kali bersembunyi di balik topeng, memalingkan duka mempolisikan suka. kau menungguku di tempat tak bisa berkelit: mata @sajak_cinta

(bersambung)

[kkpp, 09.12.2011]

Standar
fiksimini

Dibuang Sayang (3)

Sebelum makin terbenam dan makin susah membongkarnya, inilah lanjutan sampahan saya (sebelumnya bisa baca di sini):

#51 – 21/12/10 ‎| HUJAN bulan Desember, mengingatkanku pada kelabu raut Ibuku, saat kutanya dia berkemas. Di luar pria-pria berseragam menunggu. @fiksimini

#52 – 21/12/10 ‎| KEHABISAN STOK WARNA MERAH. Belum pernah kelabu Desember, menjadi merah semeriah-meriahnya. Tahun ini Garuda berjaya. @fiksimini

#53 – 21/12/10 ‎| KANGEN. Aku mengintip bumi, dari jendela stasiun pengamat di bulan. Di sana sepertinya bulan Desember, disini entah bumi Apa @fiksimini

#54 – 21/12/10 ‎| KONGRUEN. Desember ini layaknya desember2 lain yang berlalu. Saat penanggalan tanggal satu demi satu dan mengeja upah: kelu @fiksimini

#55 – 22/12/10 ‎| BUKAN SULAP BUKAN SIHIR. Nyaris saja kado hari #ibu yang paling mengenaskan: kehilangan anak di hari itu!

#56 – 02/01/11 | selalu saja ada, orang yang membikin jalur ketiga, padahal hanya tersedia dua jalur. kreatif atau bebal?

#57 – 08/01/11 | KOMPAK NGAWUR. “Kita harus menjaga kemenangan di babak pertama,” ujar pelatih berapi-api. Di babak kedua, didapatinya 11 kiper @fiksimini

#58 – 08/01/11 | swargo nunut neroko katut. hanya berlaku untuk sopir dan kenek metromini trayek sorga-neraka pp. @fiksimini

#59 – 08/01/11 ‎| JULING. Mata kanan melirik gadis cantik yg lewat, mata kiri mengawasi istri yg bermain mata dengan pria botak di meja sebelah @fiksimini

#60 – 10/01/11 | GAK KENAL. “Lho kita satu kompleks ya? Kok ndak pernah lihat? Tinggal di blok mana sih?” | “Ane di blok-IR” @fiksimini

#61 – 10/01/11 | SMS. Kopi masih mengepul. Tak ada darah dan pecahan cangkir. Sms eksekusi kematian tak pernah sampai di handset sang penembak @fiksimini

#62 – 13/01/11 | SERUAN TUKAR POSISI. “Wahai ayam, kini giliran kalian yang berada di ujung tanduk. Kami bosannnn!” protes para telor. @fiksimini

#63 – 13/01/11 | DIET. Sepotong ayam menatapku tajam dr atas nasi yang mengepul. Melompat, mencacah syaraf laparku. Sejak itu dietku sukses @fiksimini

#64 – 13/01/11 |  DUNIA HITAM. “Jangan aku, mbah dukun. Aku cuma ayam hitam,” katanya memelas dari tudung sesaji, “Mending cari kambing hitam.” @fiksimini

#65 – 16/01/11 | DEMI CINTA. “Susah sekali menuju hatimu. Melalui tujuh angkot, dan menabung tak merokok tujuh hari” @fiksimini

#66 – 16/01/11 | KESIANGAN. Joko Tarub tak berhasil menemukan satu dari tujuh bidadari. Jemuran telah kering. @fiksimini

#67 – 19/01/11 | PAGI menyergap. Memenjarakan kemarin sebagai kenangan. Adakah karya hari ini yang terpenjarakan esok pagi?

#68 – 19/01/11 | Sisa hujan masih membekas. Gelap. Lengang. Sisa tangis sekilas. Getas. Bimbang.

#69 – 27/01/11 | KoruPSSI … konon berawal dari hidup dari apa yang diinginkan, bukan dari apa yang diperlukan

#70 – 28/01/11 | CIRCLECrop reda. Petani tua tertangkap Densus 69. Didapati ani-ani yg masih berbau padi basah. “Ini kan cara baru memanen” @fiksimini

#71 – 28/01/11 | SENYAP. Lidah-lidah kelu berjejalan dlm stoples. Masih ada stoples kosong, disiapkan bagi jempol-jempol yg nekat berkontroversi @fiksimini

#72 – 04/02/11 |  MALAM PERTAMA JADI MALAM TERAKHIR. Sang lelaki menyesal. Mengapa prosesi membuka dompet utk wanita di sebelahnya, tetap terjadi @fiksimini

#73 – 07/02/11 | mojok ndhemphil di pojokan pulau jawa. membayangkan jadi pelarian majapahit yg diuber-uber fpi…

#74 – 08/02/11 | GONG kosong prihatin bunyinya.

#75 – 19/02/11 | kutuk aku jadi remah dalam rindumu. rutuk aku jadi lebah bagi madumu @sajak_cinta

***

Jangan ragu menimpali, meninggalkan komen bukan pamali. Yuk, mari … (bersambung)

[kkpp, 21.07.2011]

Standar
fiksimini

Di-retweet Itu Bonus

Saat kerja di media dulu, Mas Luthfi, pimred saya waktu itu, pernah menantang saya untuk bikin artikel tentang sesuatu yang terkait dengan perkuliahan saya di Fakultas Teknologi Kelautan. “Kerjakan sesempatnya saja,” kata Mas Luthfi waktu itu. Maklum, tantangan tersebut adalah di luar tugas pokok saya di desk politik/pemerintahan kota Surabaya.

Saya iyakan saja tantangan itu tapi karena ada embel-embel ‘sesempatnya’ makanya tidak segera terealisasikan. Rupanya Mas Luthfi cukup serius. Beberapa kali beliau menanyakan tulisan saya tersebut. Gerah, akhirnya jadi juga artikel yang dimaksud. Sehingga saat beliau menanyakan di lain waktu, saya bisa menjawab dengan cergas, “sudah selesai, Mas,” sambil menyebutkan nama folder dimana saya menyimpan draft artikel tersebut. “Oke. Nanti aku periksa kalau longgar,” jawab Mas Luthfi.

Beberapa hari kemudian, Mas Luthfi memanggil saya pas kondisi kantor di Graha Pena masih lengang. “Aku sudah cek artikelmu. Apik!” Segera aku teringat Pak Tino Sidin, host acara melukis buat anak-anak di TVRI jaman masih kanak-kanak dulu.

“Tapi gaya penulisanmu mestinya cocok untuk dimuat di Kompas, bukan di sini.” Saat itu saya bingung, apakah itu sebuah pujian atau memang benar-benar style Pak Tino Sidin yang memuji semua lukisan yang masuk ke mejanya tanpa peduli kualitasnya memang bagus atau tidak, semata memberikan motivasi untuk anak-anak. “Layak muat. Sayang aku gak punya halaman kosong untuk artikel itu,” Mas Luthfi menutup pembicaraan.

Saat harapan melihat tulisan itu punah, beberapa hari kemudian, semua artikel-artikel itu malah dimuat satu halaman penuh.

***

Beberapa waktu lalu, beberapa kawan di dunia twitter yang keranjingan me-mention @fiksimini dan @sajak_kata mendiskusikan bagaimana mendapatkan sebuah retweet (RT).

Dalam diskusi itu, sempat terlontar tentang bagaimana para moderator atau admin-nya (yang berkuasa me-RT) bersikap tebang pilih. Sementara dari timeline moderator dan admin juga sempat mengeluhkan ketidakkreatifan para follower yang berlomba-lomba mengekor tweet yang telah di-RT.

Mendapat RT, layaknya sebuah tulisan dimuat. Juga setara dengan lagu atau album yang mendapat payung dari major label. Karenanya, bagi sebagian orang ada sebuah kepuasan tersendiri ketika mendapat RT.

Masalahnya adalah ada penilaian bahwa RT kok begitu-begitu aja. Mengapa hanya berlaku pada orang-orang tertentu saja.

Bagi saya sih sederhana. Selera tidak bisa dipaksakan. Jika Anda sekarang bosan dengan lagu kemelayu-melayuan yang tengah booming di dunia musik anak negeri saat ini, apakah kemudian Anda menyalahkan para music director dari industri musik saat ini? Atau apakah Anda kemudian malah membikin sendiri indie label?

Demikian halnya di industri media cetak. Kewenangan artikel atau berita apa yang dimuat terletak di tangan dewan redaksi.

Pada bagian awal tulisan ini misalnya, Mas Luthfi yang bertindak sebagai pribadi tidak bisa seenaknya memuat hal dengan kacamata pribadi. Ada ketentuan-ketentuan tak tertulis yang menyebabkan suatu artikel bisa dimuat di media tertentu tetapi tidak bisa dimuat di media tertentu lainnya. Gaya bahasa, target pasar yang dibidik, kecenderungan kebijakan dewan redaksi, dll, dll, adalah pakem yang harus diikuti oleh wartawan ataupun penulis lepas.

Begitu halnya dengan penulis buku yang harus bernegosiasi dengan pihak penerbit. Kalau tak menemukan penerbit tetapi tetap pengin melihat bukunya terbit, mau tidak mau ya harus menerbitkan bukunya sendiri.

Saran saya, kalau pengin selalu mendapat RT ya ikuti kemauan yang punya kuasa me-RT. Atau, jadilah orang beken dengan sekian ribu follower, pasti pihak yang punya kuasa me-RT tak bisa mengelak dari efek halo. Dengan hanya 140 karakter, bisa jadi banyak pengulangan. Bila mirip-mirip, orang pasti me-RT dari akun orang beken dibandingkan orang yang kurang beken.

Bila tidak mau mengikuti dua opsi di atas, saran saya terakhir adalah tetaplah menulis apapun yang ingin dituliskan. Masalah di-RT itu adalah bonus.

[kkpp.19.05.11]

Standar
Bahasa, Indonesiana

140 Karakter yang Menakjubkan

Pada awal kehadiran twitter, saya tak tahu bagaimana menikmatinya. Apalagi bagi saya yang sudah terbiasa dengan Facebook (FB) – setelah meninggalkan akun Friendster, twitter terlihat susah untuk larut  di dalamnya. Sampai kemudian saya menemukan: FIKSIMINI.

Menurut salah satu moderator di @fiksimini, Agus Noor a.k.a @agus_noor, melalui blog pribadi, fiksimini adalah fiksi, yang hanya terdiri dari secuil kalimat. Mungkin empat sampai sepuluh kata, atau satu paragrap. Tapi di sana kita beroleh  “keluasan dan kedalaman kisah”. Untuk lebih lengkapnya bisa baca di sini.

Meski bukan sesuatu yang baru, para penggagas fiksi mini: Agus Noor, Clara Ng dan Eka Kurniawan, yang juga dikenal sebagai penulis itu, kemudian sering memanfaatkan media twitter untuk menuliskan fiksinya, sebagaimana tokoh-tokoh lainnya yang juga memanfaatkan media twitter sesuai dengan cerminan pribadinya, misalnya untuk memberikan kul-twit (barangkali terjemahan bebasnya adalah kuliah lewat twitter).

Dengan dimoderatori para penggagas di atas, jadilah kemudian akun @fiksimini yang kini follower-nya sudah menjamur dimana-mana, persis layaknya logo fiksimini yang menggunakan jamur.

Awalnya saya cuma menikmati sebagai pembaca apa yang di-RT (baca: retweet) oleh para moderator. Takjub! Mereka benar-benar luar biasa! Dengan hanya tersedia 140 karakter, para penulis fiksimini bisa mengeksplor sebuah kisah dengan segala keterbatasan. Ada judul, ada alur, ada tokoh, persis sebagaimana bentuk fiksi-fiksi yang lain. Tapi yang ini cuma 140 karakter saja!!

Kemudian jadi pengin coba-coba menulis, apa lagi seorang kawan yang baru dikenalkan dengan fiksimini, lantas kemudian menjadi ketagihan menulis, semenjak tulisannya sering mendapat RT. Setelah dicoba, ternyata tantangan tersendiri memang. Apalagi bagi mereka yang menulis tanpa pernah merasakan keterbatasan jumlah halaman, jumlah kata, apalagi jumlah karakter!

***

Aturan dasarnya sih simple saja. Menulis dalam 140 karakter. Mirip sekedar update status di media jejaring sosial. Bila ingin di-RT oleh @fiksimini, maka ada aturan yang harus diikuti:

(i) menulis sesuai dengan topik yang disepakati hari itu, biasanya ada yang mengusulkan topik tertentu, dan dari beberapa usulan topik, moderator kemudian memilih salah satu dan me-RT topik tersebut,

(ii) mengembangkan topik menjadi kisah tersendiri, biasanya dilengkapi pula dengan judul,

(iii) jangan lupa, diberi ruang untuk me-mention @fiksimini, agar karya fiksimini dapat dibaca oleh para moderator dan dinilai kelayakannya untuk di-RT atau tidak. Jika memang dianggap layak, dan kemudian mendapatkan RT-an, rasanya ibarat menemukan tulisan kita disetujui dimuat di sebuah media. Karena, dari pengalaman, tidak mudah mendapatkan lampu hijau RT-an

Sebagai contoh, berikut ini adalah para pemenang fiksimini pada #fiksiminiawards2011, yang diumumkan pada Gathering Nasional Fiksiminier yang dihelat pada awal Januari ini, sebagai berikut:

Kategori Favorit (dipilih berdasarkan vote terbanyak)

@arievrahman SEJAK BERCERAI. Aku dan Ibu mendapat rumah, sedangkan Bapak yang memegang kuncinya.

Kategori Humor

I. @SigitHarjo: TERSESAT. “Numpang tanya, lihat pintu saya?”

II. @frezask: PACARKU NGAMBEK Tak mau diajak malam mingguan, kupikir lg PMS. Ternyata waktunya ganti baterai.

III. @reginahelin MALAM BULAN PURNAMA. Gigi taring Robert mencuat keluar. Bukan, dia bukan werewolf, dia memang tonggos.

IV. @arievrahman: SEJAK BERCERAI. Aku dan Ibu mendapat rumah, sedangkan Bapak yang memegang kuncinya.

V. @socrateslover: OPERASI KELAMIN LAGI. Aku msh tak menemukan kenikmatannya. Kali ini jk tak brhasil kupasang dua2nya.

Kategori Sosial

I. @dabgenthong: Lokalisasi melelang rnjng2 bekas, seorg perempuan tua membeli 1 ranjang. “Ini dulu ranjangku,” ktnya

II. @sisogi: DOA Hanya satu doanya. Tak bertemu siswanya saat jaga parkir.

III. @salmanaristo: MASA DEPAN Dia lulusan terbaik dari sekolah sulap nasional. Bagian pajak negara sudah mengincarnya.

IV. @LVCBV GANTI PROFESI Kmrn aku si gadis desa, hr ini siswi SMA, bsk aku nona perawat. Trgantung prmintaan pelanggan

V. @juneth_7: BATAL MAIN GOLF “Copot siapapun pejabat yg berwenang atas turunnya hujan ini!” perintah Bapak.

Kategori  Sci-fi

I. @ifanhere: QUANTUM EXPRESS TENG TONG TENG TENG “Perhatian. Perhatian. Kereta mnuju thn 4125 akan sgr dberangkatkn

II. @driveAnji SURAT DARI X UNTUK X Aku sedih bila km marah. Trlalu bnyk yg dkorbankn. Lihat, kini hny trsisa 2 planet.

III. @salmanaristo: JAUH Percakapan di sebuah cafe galaksi. “Cintaku jauh sekali.” “Di Mars?” “Bukan. Masa lalu.”

IV. @aku_adityo: KEMATIAN Saat akan didaur ulang robot mengajukn permohonan trkhr. “Jgn diprogram ulang cintaku pdnya.”

V. @LSAMLKASKUS: PEMBANGUNAN. Kini tak sulit lg jln ke desa sbrng. Sjk ada jembatan, tak prlu lg loncat pk tenaga dlm

Kategori Horor

I. @samjunanto: ABORSI. Untuk ke sekian kalinya aku gagal punya anak. Istriku selalu ngidam daging janin

@gayatrilukita: FEAR FACTOR Aku hrs berlomba makan belatung. Lawanku sangat tangguh. Separuh badanku sdh dimakannya.

@ifanhere: ULANG TAHUN Kakak memberiku hadiah. Kepala untuk kerudungku.

@tweet_erland: TELINGA MUNGIL DI SELOKAN. Anting-antingnya menghilang.

@blues8karen: RENCANA. Istrinya dimakamkan bsk. Dia pny waktu 24 jam utk mencari mayat wanita yg mirip dgn istrinya.

***

Nah, bagaimana? Asyik bukan?

Tertarik untuk ber-fiksimini-an? Dapat RT ya syukur, tidak juga tidak apa-apa.

Yang pasti jangan heran, bila kemudian menemukan status saya di FB terasa banget nuansa 140 karakter, soalnya terlanjur suka …

[kkpp, 19.01.2011]

Standar