fiksimini, Uncategorized

Mainan Baru: Rokasuka Dekuta

Salah satu yang membuat saya menyukai menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia adalah kemungkinan menonton film-film Indonesia terpilih. Misalnya saja film Semesta Mendukung yang mengkisahkan seorang anak (diperankan oleh Sayef Muhammad Billah) yang berjuang menjadi juara olimpiade fisika karena salah satu alasan ingin mencari ibunya yang lama tak pulang merantau menjadi TKW. Kisah yang saya tonton saat terbang dari Timika ke Surabaya via Denpasar pertengahan Juni yang lalu. Baca lebih lanjut

Standar
fiksi, fiksimini

Dibuang Sayang (5)

Melanjutkan dari serial sebelumnya (baca di sini), tentang sampahan di twitter yang justru tak ingin dibuang.

***

#101 – 01/04/11 | Perjalanan tanpa ujung. Berawal darimu. Melintasimu. Berakhir padamu. Aku melompati batas waktu. @sajak_cinta

#102 – 07/04/11 | HURUF dan KATA. Bukan perkara DNA yang identik jika DAN, juga AND merangkai makna yang sama. @fiksimini

#103 – 08/04/11 | aku yg fakir malu, mencoba menawar kadar rindu, menakarnya dengan kelu. saru! @sajak_cinta

#104 – 11/04/11 | MEMANCING dg KANCING. “Done, boss!” Begitu sms dari salesforce-ku yang baru. Aku cuma kasih petunjuk bagaimana melepas kancing. @fiksimini

#105 – 12/04/11 | TINGGAL KLIK. Klik di sana dan klik di ujung rana. Tanpa notifikasi, dalam hitungan detik buyar semua perjalanan karir. @fiksimini

#106 – 14/04/11 | Tak berdaya. Binar matamu kerlip kemewahan yg tak tergapai. Tp tak apa. Aku punya satu, yg kucopet saat pertama kita bertemu @sajak_cinta

#107 – 17/04/11 | datanglah hujan, datanglah bersama sebuah bayang! gemuruh bunyimu di talang membangunkan sekerjap kenangan @sajak_cinta

#108 – 17/04/11 |  kenangan tinggal bersama senja, asa tinggal bersama fajar. sementara kita larut dalam pusaran semburat jingga keduanya @sajak_cinta

#109 – 20/04/11 | ‎menulislah! dari 140 karakter, kemudian 140 kata, 140 alinea, 140 halaman hingga tak berhingga …

#110 – 22/04/11 | ‎memahami perbedaan hanya dengan mengakrabinya

#111 – 22/04/11 | Bagai sandal, aku mengkhawatirkanmu. Bukan karena hilang sepasang, tapi hilang sebelah. Tak tau hendak diapakan yg tersisa @sajak_cinta

#112 – 22/04/11 | ada gelisah yang menyelinap pada cermin, tentang luka yang tak kupunya: masa lalu. Pyarr! cermin pecah. masa lalu gelisah! @sajak_cinta

#113 – 23/04/11 | inilah cerita tentang air mata, yang mengaburkan suka dengan luka. hingga kau datang menengahinya. @sajak_cinta

#114 – 26/04/11 | Kapalku penuh muatan, pantaimu terlalu dangkal. Berlabuh padamu hanyalah karam sebelum tujuan @sajak_cinta

#115 – 27/04/11 | aku setia pada pagi dg kopi ilusi menemani. aroma hingga denting cangkir menautkanku pada kecupanmu yang tak pernah menemani. @sajak_cinta

#116 – 27/04/11 | mengejamu setiap hendak terlelap. musuh kita ialah waktu yg tak ragu bergerak maju. padahal kecupanmu tertinggal di masa lalu @sajak_cinta

#117 – 30/04/11 | sajak ini kutujukan pada sunyi mata hati yang mati. saat kata menjadi janji basi. saat makna tak lagi berarti. @sajak_cinta

#118 – 01/05/11 | di binarmu aku takluk. layaknya lilin tunduk pada api. sekedip leleh @sajak_cinta

#119 – 03/05/11 |  beribu cara berbapak upaya. takkan yatim piatu aku menggamit relung hatimu terdalam @sajak_cinta

#120 – 04/05/11 | rinduku bagai sekam. mendekam penuh geram @sajak_cinta

#121 – 04/05/11 | di sanalah mimpiku bermuara. saat rindu tak lagi jumawa bersuara @sajak_cinta

#122 – 05/05/11 | jika penguasa tak mencoba menempatkan transportasi publik sebagai pilihan utama, maka macet tak bakal terurai

#123 – 05/05/11 | jika laik, layak, cepat, aman dan terjangkau, maka transportasi publik jadi pilihan sadar bukan karena keterpaksaan

#124 – 06/05/11 | cinta dan airmata, ladang kita berkarya. memberi sedikit warna dunia. @sajak_cinta

#125 – 10/05/11 |  kadang rindu menjemputku tiba-tiba. saat hati tak berkemas malah tak sempat keramas @sajak_cinta

[kkpp, 07.02.2012, bersambung]

Standar
fiksimini

Dibuang Sayang (4)

Masih merupakan serial 140 karakter yang terasa sebagai sampah tetapi malah ingin diabadikan. Tentang serial ini, sila mampir ke sini.

***

#76 – 20/02/2011 | Jika ada rindu yang kubagikan, itu adalah sepenuh cinta yang kau kalikan bilangan hari sejak pertama kita bertemu @sajak_cinta

#77 – 21/02/2011 | malam buta. kuaduk lautan butiran pasir di antara debur ombak. kupanggil namamu. ragu. @sajak_cinta

#78 – 21/02/2011 | KRISIS PANGAN. Sawah kering. Laut tak berikan. Tong sampah kosong. Bahkan kuburan pun dicuri. @fiksimini

#79 – 22/02/2011 | MUPENG. Mu pengsan.

#80 – 22/02/2011 |  pada pelepah jelaga jingga, kutitipkan asa janji matahari. tentang cinta yang menyapa pagi. @sajak_cinta

#81 – 22/02/2011 | SUMBANG. “Silahkan bila ada yg hendak menyumbangkan lagu,” kata sang MC. Tak ada hadirin yg maju, semua mengaku suaranya merdu. @fiksimini

#82 – 22/02/2011 |  KERLAP lampu kota mulai menyapa. Seorang gadis di pinggir lampu lalu lintas mengemis. Menanti sumbangan mata untuk KERLIP genit @fiksimini

#83 – 23/02/2011 |  SUPORTER. Tanpa kalian, apa jadinya industri (dan mafia) sepakbola. Bersatulah! Untuk sepakbola Indonesia yang bermartabat.

#84 – 23/02/2011 |  inilah macet yg tak perlu. hanya karena putusnya infrastruktur jalan tol waru gempol beberapa tahun lalu. makilah, siapa yg pantas dimaki!

#85 – 27/02/2011 | merajut malam tak bertepi. menghasut hasrat yang enggan berbaris rapi. @sajak_cinta

#86 – 27/02/2011 | rajam tajam. aku muram tersayat temaram @sajak_cinta

#87 – 27/02/2011 | ‎TAK ADA YANG LEWAT. Saatnya: ikat perut pakai kawat.

#88 – 02/03/2011 | PERDA PROMOTOR. Walikota rupanya suka bilangan prima. Tak lagi ada kendaraan bermotor roda 4, 6, apalagi 12. Motor berjaya. @fiksimini

#89 – 08/03/2011 | OPOSISI. Ooo… posisi. Opo si?

#90 – 08/03/2011 | tak ada lagi bisik serangga malam mengisahkan tabir rahasia cinta. hadirmu, serangga itu beranakpinak di ujung simpul syaraf @sajak_cinta

#91 – 11/03/2011 |  kodok ngorek. ngodok korek. nggondok kere

#92 – 11/03/2011 |  tak bisa membayangkan, seandainyai tsunami itu menerjang negeri ini (lagi). sigapkah kita? siapkah?

#93 – 18/03/2011 |  empat jam. sempat tidak sempat mata harus terpejam.

#94 – 18/03/2011 | DI PEREMPATAN menghitung receh yang di dapat hari ini. Besok ujian. Semoga cukup untuk melunasi tunggakan uang sekolah @fiksimini

#95 – 20/03/2011 |  akulah si kapal hendak karam, berteman dengan jelaga malam. mengenangmu dalam temaram, mengurai perjalanan suram nan muram @sajak_cinta

#96 – 20/03/2011 | datanglah hujan, datanglah kesadaran! buai aku dalam kuyup rinai tanpa kenangan. basah! @sajak_cinta

#97 – 21/03/2011 |  HENING. Tiba-tiba bunyi sepatu menimpali irama sapu. Ah, sekretaris bos sudah datang. Ingin menyapa, apa daya kerjaku menyapu @fiksimini

#98 – 28/03/2011 | hanya kesunyian yang memisahkan kita. saat kenangan merenda senja menjadi butir airmata @sajak_cinta

#99 – 30/03/2011 | jika bekerja adalah melayani, mana yg bakal kau jalani: melayani sesama atau melayani ambisi-ambisi yang tak tertuntaskan?

#100 – 30/03/2011 | ribuan kali bersembunyi di balik topeng, memalingkan duka mempolisikan suka. kau menungguku di tempat tak bisa berkelit: mata @sajak_cinta

(bersambung)

[kkpp, 09.12.2011]

Standar
fiksimini

Dibuang Sayang (3)

Sebelum makin terbenam dan makin susah membongkarnya, inilah lanjutan sampahan saya (sebelumnya bisa baca di sini):

#51 – 21/12/10 ‎| HUJAN bulan Desember, mengingatkanku pada kelabu raut Ibuku, saat kutanya dia berkemas. Di luar pria-pria berseragam menunggu. @fiksimini

#52 – 21/12/10 ‎| KEHABISAN STOK WARNA MERAH. Belum pernah kelabu Desember, menjadi merah semeriah-meriahnya. Tahun ini Garuda berjaya. @fiksimini

#53 – 21/12/10 ‎| KANGEN. Aku mengintip bumi, dari jendela stasiun pengamat di bulan. Di sana sepertinya bulan Desember, disini entah bumi Apa @fiksimini

#54 – 21/12/10 ‎| KONGRUEN. Desember ini layaknya desember2 lain yang berlalu. Saat penanggalan tanggal satu demi satu dan mengeja upah: kelu @fiksimini

#55 – 22/12/10 ‎| BUKAN SULAP BUKAN SIHIR. Nyaris saja kado hari #ibu yang paling mengenaskan: kehilangan anak di hari itu!

#56 – 02/01/11 | selalu saja ada, orang yang membikin jalur ketiga, padahal hanya tersedia dua jalur. kreatif atau bebal?

#57 – 08/01/11 | KOMPAK NGAWUR. “Kita harus menjaga kemenangan di babak pertama,” ujar pelatih berapi-api. Di babak kedua, didapatinya 11 kiper @fiksimini

#58 – 08/01/11 | swargo nunut neroko katut. hanya berlaku untuk sopir dan kenek metromini trayek sorga-neraka pp. @fiksimini

#59 – 08/01/11 ‎| JULING. Mata kanan melirik gadis cantik yg lewat, mata kiri mengawasi istri yg bermain mata dengan pria botak di meja sebelah @fiksimini

#60 – 10/01/11 | GAK KENAL. “Lho kita satu kompleks ya? Kok ndak pernah lihat? Tinggal di blok mana sih?” | “Ane di blok-IR” @fiksimini

#61 – 10/01/11 | SMS. Kopi masih mengepul. Tak ada darah dan pecahan cangkir. Sms eksekusi kematian tak pernah sampai di handset sang penembak @fiksimini

#62 – 13/01/11 | SERUAN TUKAR POSISI. “Wahai ayam, kini giliran kalian yang berada di ujung tanduk. Kami bosannnn!” protes para telor. @fiksimini

#63 – 13/01/11 | DIET. Sepotong ayam menatapku tajam dr atas nasi yang mengepul. Melompat, mencacah syaraf laparku. Sejak itu dietku sukses @fiksimini

#64 – 13/01/11 |  DUNIA HITAM. “Jangan aku, mbah dukun. Aku cuma ayam hitam,” katanya memelas dari tudung sesaji, “Mending cari kambing hitam.” @fiksimini

#65 – 16/01/11 | DEMI CINTA. “Susah sekali menuju hatimu. Melalui tujuh angkot, dan menabung tak merokok tujuh hari” @fiksimini

#66 – 16/01/11 | KESIANGAN. Joko Tarub tak berhasil menemukan satu dari tujuh bidadari. Jemuran telah kering. @fiksimini

#67 – 19/01/11 | PAGI menyergap. Memenjarakan kemarin sebagai kenangan. Adakah karya hari ini yang terpenjarakan esok pagi?

#68 – 19/01/11 | Sisa hujan masih membekas. Gelap. Lengang. Sisa tangis sekilas. Getas. Bimbang.

#69 – 27/01/11 | KoruPSSI … konon berawal dari hidup dari apa yang diinginkan, bukan dari apa yang diperlukan

#70 – 28/01/11 | CIRCLECrop reda. Petani tua tertangkap Densus 69. Didapati ani-ani yg masih berbau padi basah. “Ini kan cara baru memanen” @fiksimini

#71 – 28/01/11 | SENYAP. Lidah-lidah kelu berjejalan dlm stoples. Masih ada stoples kosong, disiapkan bagi jempol-jempol yg nekat berkontroversi @fiksimini

#72 – 04/02/11 |  MALAM PERTAMA JADI MALAM TERAKHIR. Sang lelaki menyesal. Mengapa prosesi membuka dompet utk wanita di sebelahnya, tetap terjadi @fiksimini

#73 – 07/02/11 | mojok ndhemphil di pojokan pulau jawa. membayangkan jadi pelarian majapahit yg diuber-uber fpi…

#74 – 08/02/11 | GONG kosong prihatin bunyinya.

#75 – 19/02/11 | kutuk aku jadi remah dalam rindumu. rutuk aku jadi lebah bagi madumu @sajak_cinta

***

Jangan ragu menimpali, meninggalkan komen bukan pamali. Yuk, mari … (bersambung)

[kkpp, 21.07.2011]

Standar
fiksimini

Di-retweet Itu Bonus

Saat kerja di media dulu, Mas Luthfi, pimred saya waktu itu, pernah menantang saya untuk bikin artikel tentang sesuatu yang terkait dengan perkuliahan saya di Fakultas Teknologi Kelautan. “Kerjakan sesempatnya saja,” kata Mas Luthfi waktu itu. Maklum, tantangan tersebut adalah di luar tugas pokok saya di desk politik/pemerintahan kota Surabaya.

Saya iyakan saja tantangan itu tapi karena ada embel-embel ‘sesempatnya’ makanya tidak segera terealisasikan. Rupanya Mas Luthfi cukup serius. Beberapa kali beliau menanyakan tulisan saya tersebut. Gerah, akhirnya jadi juga artikel yang dimaksud. Sehingga saat beliau menanyakan di lain waktu, saya bisa menjawab dengan cergas, “sudah selesai, Mas,” sambil menyebutkan nama folder dimana saya menyimpan draft artikel tersebut. “Oke. Nanti aku periksa kalau longgar,” jawab Mas Luthfi.

Beberapa hari kemudian, Mas Luthfi memanggil saya pas kondisi kantor di Graha Pena masih lengang. “Aku sudah cek artikelmu. Apik!” Segera aku teringat Pak Tino Sidin, host acara melukis buat anak-anak di TVRI jaman masih kanak-kanak dulu.

“Tapi gaya penulisanmu mestinya cocok untuk dimuat di Kompas, bukan di sini.” Saat itu saya bingung, apakah itu sebuah pujian atau memang benar-benar style Pak Tino Sidin yang memuji semua lukisan yang masuk ke mejanya tanpa peduli kualitasnya memang bagus atau tidak, semata memberikan motivasi untuk anak-anak. “Layak muat. Sayang aku gak punya halaman kosong untuk artikel itu,” Mas Luthfi menutup pembicaraan.

Saat harapan melihat tulisan itu punah, beberapa hari kemudian, semua artikel-artikel itu malah dimuat satu halaman penuh.

***

Beberapa waktu lalu, beberapa kawan di dunia twitter yang keranjingan me-mention @fiksimini dan @sajak_kata mendiskusikan bagaimana mendapatkan sebuah retweet (RT).

Dalam diskusi itu, sempat terlontar tentang bagaimana para moderator atau admin-nya (yang berkuasa me-RT) bersikap tebang pilih. Sementara dari timeline moderator dan admin juga sempat mengeluhkan ketidakkreatifan para follower yang berlomba-lomba mengekor tweet yang telah di-RT.

Mendapat RT, layaknya sebuah tulisan dimuat. Juga setara dengan lagu atau album yang mendapat payung dari major label. Karenanya, bagi sebagian orang ada sebuah kepuasan tersendiri ketika mendapat RT.

Masalahnya adalah ada penilaian bahwa RT kok begitu-begitu aja. Mengapa hanya berlaku pada orang-orang tertentu saja.

Bagi saya sih sederhana. Selera tidak bisa dipaksakan. Jika Anda sekarang bosan dengan lagu kemelayu-melayuan yang tengah booming di dunia musik anak negeri saat ini, apakah kemudian Anda menyalahkan para music director dari industri musik saat ini? Atau apakah Anda kemudian malah membikin sendiri indie label?

Demikian halnya di industri media cetak. Kewenangan artikel atau berita apa yang dimuat terletak di tangan dewan redaksi.

Pada bagian awal tulisan ini misalnya, Mas Luthfi yang bertindak sebagai pribadi tidak bisa seenaknya memuat hal dengan kacamata pribadi. Ada ketentuan-ketentuan tak tertulis yang menyebabkan suatu artikel bisa dimuat di media tertentu tetapi tidak bisa dimuat di media tertentu lainnya. Gaya bahasa, target pasar yang dibidik, kecenderungan kebijakan dewan redaksi, dll, dll, adalah pakem yang harus diikuti oleh wartawan ataupun penulis lepas.

Begitu halnya dengan penulis buku yang harus bernegosiasi dengan pihak penerbit. Kalau tak menemukan penerbit tetapi tetap pengin melihat bukunya terbit, mau tidak mau ya harus menerbitkan bukunya sendiri.

Saran saya, kalau pengin selalu mendapat RT ya ikuti kemauan yang punya kuasa me-RT. Atau, jadilah orang beken dengan sekian ribu follower, pasti pihak yang punya kuasa me-RT tak bisa mengelak dari efek halo. Dengan hanya 140 karakter, bisa jadi banyak pengulangan. Bila mirip-mirip, orang pasti me-RT dari akun orang beken dibandingkan orang yang kurang beken.

Bila tidak mau mengikuti dua opsi di atas, saran saya terakhir adalah tetaplah menulis apapun yang ingin dituliskan. Masalah di-RT itu adalah bonus.

[kkpp.19.05.11]

Standar
fiksimini, Puisi

Dibuang Sayang (2)

Melanjutkan yang terdahulu. (Baca di sini).

#26 – 27/11/2010 | berKACA-kaca MATAnya. Dipecat tepat saat anaknya sekarat @fiksimini

#27 – 27/11/2010 | KORAN GOSIP. Tiap ada kebohongan, font-nya makin mengecil. Walhasil, selalu ada mikroskop sebagai bonus buat pembaca. @fiksimini

#28 – 27/11/2010 | LABIRIN NGINGAS. Dimana-mana perayaan. Jalan ditutup sana-sini. Tersesat di tengah keramaian.

#29 – 29/11/2010 | HITUNG MUNDUR. Tigapuluh tiga hari menjelang tahun 2011. Bersiap untuk kondisi terburuk.

#30 – 01/12/2010 | kewajiban hari ini harus selesai hari ini, karena esok sudah ada kewajibannya tersendiri

#31 – 01/12/2010 | MERAH PUTIH ternyata dipersatukan oleh musuh bersama. musuh sesungguhnya, sang srigala itu, menyaru jadi domba

#32 – 02/12/2010 | KEMENANGAN memang sungguh menghibur. apalagi bila kita lupa kapan terakhir kita terhibur sebuah kemenangan. #SatuIndonesia

#33 – 02/12/2010 | TAK INGIN TERGANTIKAN. Rotan pun membunuh Akar sampai ke akar-akarnya. @fiksimini

#34 – 02/12/2010 | CATUR SIMULTAN. (tak jadi) Skak mat! Raja melompat ke papan sebelah saat Menteri dan Benteng lawan mengepungnya. @fiksimini

#35 – 03/12/2010 | mengapa takut jalan sempit jika Ia melapangkan jalan. mengapa takut kegelapan jika Ia Sang Lilin.

#36 – 03/12/2010 | TERPEKUR di pojokan. Perda larangan merokok telah berlaku. Sang Naga mendenguskan asap dari hidungnya di smoking area @fiksimini

#37 – 04/12/2010 | ANTARA P, R & T. Gara-gara Pantangan dokter, jadilah aku bawa Rantangan. adalah Tantangan terberat buat nafsu makan siangku @fiksimini

#38 – 04/12/2010 | SHUDOKU TAK TERSELESAIKAN. Angka sembilan desersi, mencari tantangan di petak lain. @fiksimini

#39 – 04/12/2010 | JENUH dengan pekerjaan penjaga pintu tol selama 10 tahun terakhir, dicarilah tantangan baru sebagai penjaga pintu neraka @fiksimini

#40 – 08/12/2010 | HILANG. “Pakai ini buat bantal tidurmu, nak,” ujar tunawisma. Tak jauh, ArgoBromo kecelakaan dahsyat. Rel kehilangan bantalan @fiksimini

#41 – 08/12/2010 | KEHILANGAN FOKUS. Bantal jadi sansak. Sansak jadi bantal. Pelatih jadi pussiiing… @fiksimini

#42 -14/12/2010 | TIDAK PAKAI TELOR. Seketika sang ayam pun kehilangan partner polemik siapa yang lebih dahulu dari siapa @fiksimini

#43 – 16/12/2010 | KETIKA ‘K’ LURUH JADI ‘N’. Larangan bertamu pun diperdakan. Karena: anu senang namu. Sungguh! @fiksimini

#44 – 18/12/2010 | DISETRAP. “Lagi-lagi Ayah terlambat pulang. Jam berapa ini? Sana di pojokan, ambil nasi tanpa lauk!” Kata putri sulungnya @fiksimini

#45 – 18/12/2010 | JUDICIAL REVIEW oleh asosiasi akar seluruh indonesia atas aturan impor rotan untuk memenuhi kelangkaan rotan dalam negeri. @fiksimini

#46 – 18/12/2010 | DELMAN ISTIMEWA. Kududuk di muka di samping kuda yang mengkudeta si kusir yang bekerja. Kusir meringkik. Kuda menyeringai. @fiksimini

#47 – 19/12/2010 | langit kelabu. bulir hujan jatuh tanpa ragu. aih, senangnya masih ada sekawanan burung gereja singgah di pohon jambu depan ruang tamu.

#48 – 20/12/2010 | PERTUKARAN PELAJAR. Kawan sebangkuku pergi ke Mars. Gantinya mahkluk baru yang sedang tertatih belajar sepeda roda dua @fiksimini

#49 – 20/12/2010 | SONTAK SEPI acara prasmanan itu, saat kubertanya dimana sendok dan garpu. “Ah iya, teknologi usang itu,” ujar satu dr mereka @fiksimini

#50 – 20/12/2010 | BIP… BIP… Ada pesan baru masuk. “\a€¤<8&=©✗♥¼%”. Berdebar. Berharap pesan dari alien. Bip.. Bip.. “Sorry salah kirim” @fiksimini

[bersambung.kkpp.17.05.11]

Standar
fiksimini, Kisah Kehidupan, Puisi, Uncategorized

Dibuang Sayang (1)

Anda rajin nge-tweet? Atau update status di FB?

Bila iya, pernahkah Anda membaca lagi tweet Anda yang lalu atau update status tersebut di masa yang lalu?

Bagi sebagian orang, ngetweet atau meng-update status ibarat nyampah. Dibuang dan tak ditengok kembali. Plung-lap. Tetapi ada juga yang sesekali membacanya lagi. Menikmati sampah karena ada yang menarik di sana.

Nah, posting kali ini adalah hasil “sampah” saya yang ingin saya baca kembali tanpa harus sibuk meng-scroll-down. Tentunya tidak semua. Hanya beberapa saja.

***

#1 – 14/10/2010 | menembus lebatnya hujan. berteman merdunya senandung ermy kulit. wrrr! sepeda motor menyalip. pasangan tak berjas hujan menggendong bayi!

#2 – 15/10/2010 | hujan semalam tak kunjung reda. wajah sumringah para pelajar, wajah sumpek para pengantar. petugas sekolah kebingungan di bawah payung.

#3 – 15/10/2010 | AJAIB. hujan semalam menyulap sepeda merah di halaman seperti kapur barus. lenyap tak berbekas.

#4 – 22/10/2010 | Bujobajabu. Kumantrain dar-der-d0r polisi untuk mahasiswa sebagai cara mengetuk pintu hati Presiden. @fiksimini

#5 – 22/10/2010 | berserak mantera-mantera di luar pagar istana. sementara si kau tahu siapa yang tak boleh disebut namanya berujar: Aku Kuasa! @fiksimini

#6 – 22/10/2010 | TANGGAL TUA. ‘saldo anda tidak mencukupi’. begitu pesan di layar biru atm. bah! tanggal tua begini, mantrapun tak manjur. @fiksimini

#7 – 23/10/2010 | mencari sebatas peluh, bersendawa melepas keluh

#8 – 23/10/2010 | TAK LAGI pernah terlambat sejak kutiupkan arsenik pada tiap jejak detak detik. Tanganku bersimbah dosa atas matinya ribuan jam @fiksimini

#9 –  28/10/2010 | mengenang masa berlalu. terperangkap ruang beku. bisu. kelu.

#10 – 30/10/2010 | itu aku. bisik kata hati sang mantan demonstran saat membaca iklan: DICARI! Kompor hemat energi. @fiksimini

#11 – 02/11/2010 | ketika daun kering menguning, menjadi hijau segar dan kembali tunas, tak terasa tetes kopiku tandas. tak terasa semakin TUA @fiksimini

#12 – 05/11/2010 | DIRAMPOK. kumatikan ac. rasa dingin tetap menyergapku. ternyata adalah stainless steel senjata tajam yang menempel di leherku @fiksimini

#13 – 07/11/2010 | hal paling menyenangkan dari reuni adalah saat menemukan kawan-kawan lama tetap bersemangat untuk bergerak maju. vivat!!

#14 – 09/11/2010 | SEPERTI cinta satu malam, si barry kecil tak lagi ingat dengan siapa dirinya bermain dulu. besok dia tetap Mister President. @fiksimini

#15 – 15/11/2010 | NASIB PEKERJA. Terpaksa tetap harus ke dokter, meski sudah tahu obat penawar sakitnya apa.

#16 – 16/11/2010 | jare Kartolo: “Peno iku koclok …”

#17 – 17/11/2010 | SEMOGA senantiasa dileluasakan hati kita untuk berbagi, baik dalam kesempitan dan kelapangan rejeki. mohon maaf lahir dan batin.

#18 – 17/11/2010 | KANGEN. Daging korban dalam tas hitam yang diterima siang ini, mengingatkan bayinya yg dia buang dalam tas hitam bertahun lalu @fiksimini

#19 – 21/11/2010 | TAK RATA. Jadilah kuyup sepihak.

#20 – 21/11/2010 |  LARUT. Kusapa malam. Jabat erat dalam pekat. Adakah yang hendak singgah?

#21 – 23/11/2010 | MEMILIH. Daripada dihakimi massa, karena tak bisa menyebutkan nama suami, gadis itu memilih mengerami telur-telurnya @fiksimini

#22 – 23/11/2010 | TanggungJawab. “Saya hanya menjawab, Pak,” ujarnya ditanya bapak pacarnya. “Anak Bapak yg menanggung,” jawabnya enteng @fiksimini

#23 – 23/11/2010 | BUKAN SUAMI SIAGA. Ayah janin dikandungnya adalah pembinanya @fiksimini

#24 – 24/11/2010 | “tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga…, ” nyanyi bocah-bocah riang. sontak, angin puyuh datang. SENYAP! @fiksimini

#25 – 25/11/2010 | TIDAK TIAP TENGAH MALAM JUMAT. Kali ini suara sunyi malam mengirimkan lamat-lamat suara suluk dalang wayang kulit dari kejauhan. Ehm …

[bersambung. kkpp, 07.05.2011]

Standar