Periode 2004-2007 adalah tonggak terpenting dalam perkembangan media sosial mengingat di periode inilah tiga platform media sosial yang paling berkuasa saat ini: facebook, twitter dan youtube dilahirkan. Begitu kata Mas Wisnu (Alois Wisnuhardana) melalui bukunya yang pantas dijadikan pegangan singkat buat siapa saja yang ingin memahami geliat anak muda dan media sosial. Menurutnya, setelah era emas inilah media sosial kemudian menjamur bak cendawan di musim hujan. (Tentang buku itu, sila mampir ke sini).
Tak hanya di negeri asalnya, keriuhan media sosial itu dengan cepat sampai juga di tanah air. Dari ketiga platform media sosial yang disebutkan di atas, saya aktif di facebook dan twitter. Sedangkan youtube, saya hanya penikmat. Sebelum era facebook-an, awalnya sempat ber-friendster-ria. yang kemudian migrasi ke facebook. Fitur di facebook jelas lebih banyak dan salah satu fiturnya membuat saya teringat dengan hobby lama: menulis. Dari fitur note-nya facebook itulah, saya malah kemudian memutuskan untuk nge-blog. Menulis lebih serius, lebih dari sekedar nyetatus. Memang sih lebih ribet, tapi tak bisa dipungkiri setiap menyelesaikan postingan, terasa benar kepuasannya dibandingkan sekedar nyetatus.
Untuk sekedar nyetatus, akhirnya saya lebih suka di twitter yang saya kenal belakangan di tahun 2009. Sempat kagok, di facebook yang bisa nyetatus suka-suka, di twitter malah hanya dibatasi 140 karakter. Tapi lama-lama terbiasa juga. Dengan keterbatasannya, ngetwit malah bukan sekedar nyetatus untuk nyinyirin sesuatu (baca: 140 karakter yang menakjubkan)
Sejak itu secara perlahan facebook saya kini lebih diperuntukkan sebagai situs pertemanan, karena dari facebook-lah saya banyak menemukan dan ditemukan: teman, kawan dan kerabat.
***
Postingan blog saya diawali hari ini di tahun 2007, pas medio akhir tahun periode emas media sosial di tanah air. Saya harus berterima kasih kepada almarhum dosen wali di kampus dulu untuk postingan pertama saya tersebut. Kisah beliaulah yang membuat saya nge-blog. Pilihan kisah postingan sudah ada, nah lantas di laman apa blog saya akan saya tempatkan? Dari beberapa pilihan penyedia, saya memutuskan menempatkan rumah maya saya di wordpress(dot)com. Mengapa wordpress dan bukan lainnya? Pertimbangan waktu itu karena tampilan yang berbeda dari penyedia lain yang lebih banyak penggunanya serta kemudahan untuk memposting dan mendesain.
Untuk beberapa tahun blog ini masih beralamatkan di kakap(dot)wordpress(dot)com yang gratisan dan baru pada tahun 2013 kemudian pindah ke blog berbayar tattock(dot)com. Lebih puas iya, soalnya nama tattock(dot)com aman di tangan saya. Lebih serius nge-blog? Nggak juga, hehehe. Soalnya rencana setidaknya menulis satu postingan per minggu saja hingga hari ini tinggal rencana. Tapi alhamdulillah hingga hari ini blog ini tetap eksis dan untuk mengenang bahwa blog ini telah melewati usianya yang kedua belas, saya mendapatkan logo yang didesain oleh kawan sekamar saya dulu jaman ngekos edisi mahasiswa di salah satu gang di Keputih, Imam Isnaini.
Jika Anda mengira bahwa logo blog saya (bisa dilihat di bagian header blog ini) didesain oleh jebolan jurusan desain produk industri atau jebolan arsitek, maka Anda salah besar. Imam, sang kawan, adalah alumni statistik. Selain cukup pintar di angkatannya, jago main bola, jago statistik karena untuk urusan profesional langsung dibimbing Kresnayana Yahya, Imam juga teman yang menyenangkan untuk berdiskusi soal Islam dan hal-hal lain yang tak berbatas. Imam dulu pernah menjabat Sekretaris Umum Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS dan di kamar kami berbagi buku di rak buku yang sama. Dan siapa sangka, kini ia juga jago desain.
Ya demikianlah, waktu telah berlalu sedemikian. Saya ngeblog saja sudah 12 tahun dan Imam juga sudah menjalani kehidupan sedemikian hingga menemukan passion barunya yang baru saya ketahui belakangan.
Bagaimana dengan Anda? Tidakkah ingin berselancar mencari passion atau sekurangnya hobby baru? Atau malah sudah tenggelam di dalam passion atau hobby baru yang memabukkan tersebut?
[kkpp, 13.07.2019]