Jer basuki mawa bea.
Untuk mencapai sesuatu tujuan (kesuksesan, kebahagiaan) diperlukan ongkos (material, immaterial, usaha, pengorbanan). Begitulah pepatah Jawa yang singkat, namun bukan saja pemaknaan, padanannya yang pas pun tak bisa diungkapkan dengan singkat dan lugas dalam bahasa Indonesia.
Ongkos material bukan hal mutlak di sini, tetapi ia adalah salah satu faktor diantara faktor-faktor keberhasilan lainnya.
Jaman jadi pegiat dan juga pemain bridge di kampus dulu, faktor dana adalah salah satu hal yang jadi kendala. Mungkin begitu halnya dengan kegiatan-kegiatan lainnya (baca juga anggaran berkurang UKM kelimpungan). Dana dari rektorat terbatas hingga sering merasa jadi anak tiri rektorat. Sponsor pun susah untuk kegiatan yang tidak gemerlap. Kadang merasa iri dengan kampus-kampus swasta yang relatif lebih mudah mau ikut turnamen kemana-mana tanpa perlu semua hal diirit.
Begitulah, waktu berjalan dan ternyata kejadian masih berulang. Cerita yang sama sering terdengar dari adik-adik yang masih menghidupkan keberadaan UK Bridge hingga tetap eksis dari kejurnas ke kejurnas, tahun demi tahun.
Soal dana adalah salah satu hal yang menjadi momok bagi UK Bridge. Soal prestasi mah mereka lebih jago. Sudah ada beberapa pemain ITS yang menjadi pemain nasional yunior dan menghuni pelatnas. Karenanya disayangkan jika potensi yang dipunyai adik-adik kemudian terabaikan oleh masalah dana. Masalah ongkos yang jadi langganan masalah dari tahun ke tahun.
Pada titik ini, ide dana abadi terasa sebagai satu solusi yang belum pernah dicoba. Istilahnya sendiri sih agak salah kaprah kali ya. Apa sih yang abadi di dunia ini? Hehehe.
Ide ini mungkin sama seperti yang diungkap Prof Renald Khasali (bisa baca di sini). Tidak tepat sama sih. Tetapi ide dasarnya adalah bagaimana jika alumni menyisihkan dan mengumpulkan dana yang kemudian dikumpulkan sebagai dana pokok yang tidak dihabiskan untuk didonasikan, yang didonasikan hanyalah hasil pengembangannya saja.
Maka, inilah catatan dari saya yang kebetulan jadi juru kunci dana abadi alumni untuk UK Bridge ITS.
- Ide ini mungkin naif, seandainya saja ada alumni uk bridge sekelas om Michael Bambang Hartono dengan Grup Djarum-nya atau saja ada sekelas om Roy E Tirtadji dengan Grup Lippo-nya. Dengan konsep bapak angkat, selesai semua permasalahan pendanaan.
- Karena belum ada sebagaimana keduanya (mudah-mudahan ada yang segara menyusul, pemain bridge yang jadi konglomerat), maka tak apa jika konsep dana abadi ini dipikul bersama-sama oleh alumni UK Bridge itu sendiri. Biarlah sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. Toh juga ringan sama dijinjing berat sama dipikul.
- Dana abadi ini akan dilaksanakan per semester, baik pengumpulan maupun pencairan dana hasil pengembangannya. Apabila tidak ada dana yang dicairkan, maka dana hasil pengembangan akan dimasukkan menjadi pokok dana abadi.
- Bagi adik-adik di UK Bridge sendiri, keberadaan dana abadi ini juga akan mengajarkan bahwa tidak ada yang sak dhet sak nyet. Di sini perlunya adik-adik di UK Bridge belajar perencanaan yang baik sebagaimana filosofi merencanakan tema permainan pada suatu board. Menghitung aset dengan menghitung high card point dan distributional point, mempertimbangkan posisi vulnerable, dan mempertimbangkan tema bermain atas lead lawan. Bridge mengajarkan indahnya perencanaan, begitu halnya di penerapan di kehidupan keseharian.
- Teknis permohonan pencairan dana bisa dilakukan dengan mengirim email proposal ke tattock[at]gmail[dot]com untuk selanjutnya saya sampaikan ke yang lain, yaitu selambatnya pada awal Agustus dan atau awal Februari.
- Edisi pertama – 11 Agustus 2015. Diikuti oleh Sakti Surya (matematika 95), Paramita Setyaningrum (teknik industri 05), Andy ‘Anak Naga’ Prasetyo (sipil 97), Dwi ‘Gondrong’Saputro (matematika 97), Arif Bijak ‘Uchil’ Bestari (elektro 05), Nur Khasanah (Statistika 94), serta saya sendiri. Total dana yang terkumpul Rp. 13.000.000,-
- Edisi kedua – 12 Februari 2016. Dari hasil pengembangan edisi pertama, terkumpul Rp. 371.000. Ditambah dengan dana dari Sakti Surya (matematika 95), Andy ‘Anak Naga’ Prasetyo (sipil 97), dan saya sendiri, sebesar Rp. 6.000.000,- maka dana yang terkumpul di periode ini adalah Rp. 19.371.000,-
- Edisi ketiga – 12 Agustus 2016. Masih jauh. Mudah-mudahan dimudahkan dan dilancarkan …
[kkpp, 10.02.2016 – last updated: 20.02.2016 ]
Penelusuran untuk mencari informasi ttg pejuang-pejuang Bridge tanah air membawa saya ke sini. Saya tidak kenal banyak ttg bridge ITS. Tapi mulai dengar-dengar kalau jagoan-jagoan baru mulai muncul dari Jatim, konon byk ditempa di ITS. Salut untuk para pejuang muda seperti kalian. Semoga suatu hari nanti dapat bermain di timnas bridge Indonesia bersama salah satu dari kalian.
SukaSuka