Seberapa sering berita tentang kematian datang kepada kita? Ia adalah kewajaran. Ia juga sebuah kepastian. Kadang mengagetkan. Kadang justru malah membawa kisah mengagumkan. ~ @tattock – Berita Kematian
Berita mengagetkan itu kali ini datang dari seorang kawan. Almarhum yang diberitakan adalah seorang kakak kelas setahun di atas saya sewaktu belajar di jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS.
Karena jurusan kami kecil pada waktu itu (satu angkatan saya cuma 35 orang), maka perjumpaan kami bisa dibilang cukup sering. Apalagi jaman segitu masih cukup banyak mata kuliah yang melibatkan lintas angkatan. Tapi saya sempat malu, karena di awal semester tidak bisa membedakan antara almarhum dengan kawan Irwan, teman seangkatan almarhum. Sosoknya hampir sama, tapi begitu berbicara lantas kelihatan bedanya. Aksen keduanya bertolak belakang.
Semasa perjumpaan yang singkat di kampus, Sumarno adalah kawan yang baik dan tidak nganehi-nganehi. Ia tak segan untuk bertanya jika ada yang perlu didiskusikan, meski itu dengan adik kelasnya. Ia juga taat memegang janji. Seingat saya, belum pernah ada janjian yang mbleset dengannya. Almarhum yang dilahirkan tanggal 22 Mei 1972, dipanggil Sang Khalik pada hari Jumat, 6 Maret 2015, belum genap 43 tahun dengan meninggalkan dua orang anak: Mumtaz dan Haikal.
Kabarnya, almarhum pernah dioperasi jantung, dan dari foto terakhir almarhum yang beredar di laman facebook-nya (baca di sini), menurut saya lebih kurusan dibanding dengan pertemuan terakhir saya dengan beliau di Hotel Sultan Jakarta beberapa tahun yang lalu. Perjumpaan yang tak sengaja. Pada kesempatan itu saya masih mengira jika almarhum masih menjadi dosen di Undip, rupanya almarhum adalah pengajar di Universitas Negeri Jakarta.
Selamat jalan, Nok … Semoga khusnul khatimah, dan semoga ampunan Allah atasmu serta menempatkanmu di sisi terbaikNya.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun.
[kkpp, 10.03.2015]