Uncategorized

Edisi Berkala

Surabaya yang mulai teduh karena matahari mulai tergelincir, ternyata tak membuat kantor saya waktu itu terasa sejuk. Bagaimana tidak, seorang kawan kerja sepantaran diomeli habis-habisan oleh Wapimred kami. Saya lupa bagaimana tepatnya omelan itu. Omelan yang tak sekedar panjang kali lebar.

Yang saya ingat adalah penutupnya, “Bayangkan kalau semua orang (reporter) seperti kamu, pulang tidak bawa berita, mau terbit dengan apa kita besok?”

Ya benar juga sih, karena formatnya harian, mau tidak mau ya harus ada yang disajikan tiap hari ke pembaca dan pelanggan. Bahkan, saat itu saya bisa memahami mengapa kami tidak diperbolehkan libur pada hari Sabtu dan Minggu, semata untuk menjaring berita yang biasanya kering dari narasumber berita pas di dua hari akhir pekan itu. Saya ingat persis, saya yang biasa di desk politik pemerintahan kota, malah sempat ditugaskan meliput Sheila On 7 yang menggelar konser di suatu Sabtu malam.

***

Saya teringat obrolan dengan beberapa kawan pegiat pers mahasiswa beberapa masa sebelum sore yang panas karena omelan itu. Obrolan tentang bagaimana susahnya untuk bisa menerbitkan media kami secara ajeg.

“Ya maklumlah, kita kan media berkala. Kala-kala terbit, kala-kala tidak.”

Semua yang mendengar tertawa kecut mendengar istilah baru: edisi berkala – kala-kala terbit, kala-kala tidak.

Begitu halnya dengan aktifitas nge-blog ini. Seringkali saya iri dan sekaligus angkat jempol buat mereka yang secara ajeg bisa menerbitkan postingan. Entah seminggu sekali, entah seminggu dua kali, bahkan ada yang tiap hari. Apalagi mereka melakukannya juga bukan sebagai aktifitas yang utama.

Mereka layak mendapat bintang karena telah memenangkan dua peperangan. Yang satu medan perang pencarian ide dan pengejawantahannya, serta yang kedua adalah medan perang melawan waktu. Karena terkadang, ide sudah bersliweran, sudah jadi draft, tetapi waktu tak kunjung bisa disempatkan. Medan perang kedua ini yang secara teori mudah dikalahkan, tetapi pada prakteknya sukar ditaklukkan.

Saya, termasuk pecundang yang tak bisa dengan mudah mengalahkan medan perang kedua. Jadi maafkanlah, seandainya suatu saat Anda pernah secara sengaja masuk ke laman ini, tapi tak menjumpai sesuatu yang baru.

[kkpp, 20.12.2012]

Standar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s