Indonesiana, Travelling

Cerita Kereta Api

Ada yang tahu cerita tentang Stasiun Tanggung? Benar, ini memang menyangkut tentang kereta api. Karena bagi khazanah bahasa kita, stasiun memang merujuk pada kereta api. Sebagaimana terminal pada bus, pelabuhan pada kapal, serta bandara pada pesawat.

Stasiun Bandung di suatu pagi

Nah, meski Stasiun Tanggung bukanlah salah satu stasiun besar, tetapi keberadaannya adalah penanda sejarah bagi dunia perkeretaapian Indonesia. Dialah salah satu stasiun tertua yang masih ada hingga sekarang.

Tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1867, stasiun ini mulai dioperasikan oleh perusahaan Belanda jaman kolonial, Nederlandsch-Indische-Spoorwegmaatschappij, sebagai jalur kereta api pertama di Indonesia. Letaknya di Desa Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Saat ini merupakan jalur yang menghubungkan Semarang-Solo.

***

Cerita di atas saya dapatkan dari Majalah REL Plus In Train Magazine edisi XVIII/2010 saat saya berada dalam perjalanan kembali ke Surabaya. Majalah itu adalah salah satu layanan yang bisa didapatkan di kereta api executive. Dari majalah itu pula saya mendapatkan cerita tentang pesan-pesan dari Ignacius Jonan, Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (KAI), termasuk tentang adanya kereta baru yaitu KA New Argo Jati yang melayani jalur Jakarta-Cirebon serta KA Argo Lawu yang melayani Jakarta-Solo. Kereta yang sudah menggunakan teknologi ramah lingkungan karena tidak lagi menggunakan toilet plung-lap. Sayangnya, majalah itu hanya bisa didapatkan saat di perjalanan saja, tidak bagi yang tidak menjadi menumpang.

Sungguh saya terkesan dengan upaya komunikasi melalui majalah itu. Sebagaimana saya terkesan saat pada perjalanan keberangkatan meninggalkan Surabaya saya yang menumpang pada kereta kelas bisnis ternyata mendapati perubahan yang sungguh berarti: kebersihan kereta dengan petugas yang jauh lebih profesional dibandingkan dengan saat terakhir saya menggunakan moda ini beberapa tahun yang lalu (saya sendiri lupa kapan terakhir menggunakan kereta sejak lebih memilih moda yang lain).

Kesan yang sama juga saya dapati saat menjumpai saat kereta singgah di Stasiun Madiun bahwa ada kereta yang bergerbong sebagaimana kereta api di luar negeri. Warnanya oranye, dengan pintu otomatis, berbeda dengan dengan tampilan lusuh gerbong-gerbong KAI lainnya. Dan yang sungguh mengesankan adalah adanya double track di jalur Kutoarjo-Solo. Sebuah upaya agar perjalanan kereta lebih cepat, karena tak harus menunggu saat berpapasan.

Ah, rupanya saya benar-benar kuper. Se-kuper bahwa saya tidak mengetahui bahwa di setiap stasiun besar kini saya jumpai larangan merokok meski di area terbuka, serta dilengkai pula dengan kebijakan adanya smoking area tertentu.

***

Bila diurut dari keberadaan Stasiun Tanggung yang sudah berusia 143 tahun, usia ternyata bukanlah ukuran sebuah kemajuan. Selama ini saya pesimis, bahwa dunia perkeretaapian kita segera dapat menyusul  teknologi perkeretaapian di luar negeri. Saya hanya merasa bermimpi bahwa kereta api kita segera menjelma menjadi teknologi transportasi massal yang bakal menjadi tulang punggung lancarnya aliran pergerakan ekonomi nasional. Jadwal yang tidak menentu, kondisi fisik yang jauh dari memadai, serta banyaknya kejadian kecelakaan sepanjang setahun terakhir adalah beberapa hal yang menyebabkan saya meng-under-estimate-kan dunia perkeretaapian kita.

Tetapi ternyata, beberapa kesan-kesan baik yang saya sebutkan di atas, sedikit mengobati keapatisan yang ada selama ini. Perubahan-perubahan yang telah terjadi, meski kecil, adalah sebuah tahapan untuk perubahan yang lebih besar. Sungguh saya masih berharap, KAI dapat melakukan perubahan yang lebih besar: senantiasa membenahi dirinya serta tidak termanjakan sebagai pemain tunggal moda transportasi perkeretaapian. Karena di masa depan, kita sungguh membutuhkan kehadirannya sebagai angkutan transportasi massal yang sepenuh hati dicintai masyarakat.

Semoga harapan kita itu tidak seperti pungguk merindukan bulan.

[kkpp, 14.12.2010]

Standar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s