Hari pertama bulan November 2017.
“Nang ndi, Tok?” … suara di seberang hp menyergapku siang itu. “Surabaya, Pak.”
“Golek tiket gawe sesuk!“
“Bukannya janjiannya baru Desember, Pak?”
“Penting iki, mendesak.”
Sepertinya saya tak punya pilihan lain. Segera memesan tiket dan hanya berbekal satu koper kabin dan tas kerja, jadilah saya mengawali berkantor dan tinggal di ibukota. Siapa sangka kelak, satu koper itu beranak pinak menjadi 9 kardus, 2 koper besar, 1 koper kabin, 3 kontainer, 2 koli laundry cucian, 1 travelling bag, 1 tas jinjing, dan 4 goodie bag.
Nyusuh.
[kkpp, 09.10.2020]