
Biasanya ‘nyesek’ bergandeng tangan erat dengan penyesalan. Tapi kali ini berbeda. Nyesek sih. Bagaimana tidak. Menang di laga penentuan tapi tak juara. Oase juara pun tak kunjung datang. Seperti dahaga tak bertemu es kelapa muda di musim bulan puasa.
Usai menutup musim 2018-2019 dengan mengalahkan Wolves 2-0 (12/5), Liverpool FC mengumpulkan total 97 point dari 114 poin sempurna (85%). Hanya sekali kalah sepanjang musim. Rata-rata penguasaan bola 62% (asli lho, beneran 62% bukan asal njeplak, kalau gak percaya sila baca di sini. kalau pas 62% dengan yang itu ya kebetulan belaka). Menempatkan 2 pemain, Mohamed Salah dan Sadio Mane sebagai penerima Golden Boots atas torehan sama-sama 22 gol, menempatkan Alisson Becker sebagai penerima Golden Gloves sebagai kiper dengan clean sheet terbanyak, 21 kali, serta menempatkan Virgil Van Dijk sebagai pemain terbaik versi asosiasi pemain (PFA Award), tapi ya itu … tetep saja Liverpool belum juara liga Inggris lagi.



Pasukan Pep Guardiola, sang juara musim lalu, terlalu perkasa. Mereka hanya turun dua poin dari raihan saat mereka juara tahun lalu. Tapi itu tak cukup. Liverpool masih tertinggal 1 point dari mereka, meski terus menguntit ketat. Sungguh merepotkan bagi sang juara bertahan. Bandingkan dengan musim lalu. Mereka meninggalkan sang runner up 19 poin!
Jadilah liga Inggris musim ini adalah paling ketat. Bahkan, dengan 97 poin pun, tak bisa menjadi juara (saya belum cek, kabarnya inilah kali pertama tim di atas 90 poin tak juara Liga Inggris). Di tahun ini pula, tim dari liga Inggris tampil perkasa. Mereka menyapu bersih ajang puncak UEFA Champions League dan UEFA Europa League. Rekor baru.
Anyway, selamat Pep! Selamat Manchester City!
Kami nyesek sih, tapi kami tak akan berteriak curang, apalagi nantang-nantang ber-mubahalah. Kami nyesek sih, tapi tak akan mengungkit-ungkit menyalahkan perubahan sistem skoring 1 kemenangan diganjar 3 poin setelah sebelumnya kemenangan dinilai 2 poin. Bayangkan, bila saja dengan berandai-andai menggunakan sistem lama, mereka dapat 66 poin sementara Liverpool 67 poin. Boleh kita klaim kita juaranya karena menggunakan sistem lama??
Kami nyesek, tapi kali ini tak menyesal. Penampilan musim ini sungguh layak dibanggakan, sayang Manchester City tampil perkasa sebagaimana Ivan Drago dan Liverpool musim ini belumlah Rocky yang menutup kisah sebagai juara. Tunggu kami di musim depan!! Siapa tahu ada pembelian ajib macam pembelian Alisson dan Van Dijk. Jangan khawatirkan dana. Bukankah kami telah menyumbang kocek Liverpool dengan berduyun-duyun beli jersey baru dan sneaker baru yang semuanya ludes dalam hitungan hari di gerai-gerai resmi ibukota.
Kami nyesek, tapi kali ini tak menyesal. Meski liga telah selesai, kami masih punya simpanan laga final of the final, core of the core. Ya, Liverpool harus bertarung sekali lagi untuk gelar keenam di level Eropa.
Madrid, kami datang!
Never give up, Liverpool!!
[kkpp, 13.05.2019]