Seribu seratus hari telah berlalu. Tiada cukupkah ruang sendiri ini telah cukup untuk menyiksa diri?
Siapa sangka ternyata ruang sendiri ini tak berbatas.
Pram pernah menasehati dalam gelap, mengisi hidup dan menyambung hidup adalah dua hal yang berbeda. Dee dengan cara yang berbeda menasehati dengan cara memikat dengan mempertontonkan bahwa hidup tak pernah membiarkan seseorang pun untuk diam sebagai penonton sinema kehidupan. Semua kebagian ombak. Mencicipi atau tenggelam bersama ombak adalah perpaduan antara takdir dan kemauan memperlakukan ombak-ombak itu. Mendadak ruang sendiri itu berubah menjadi deburan ombak yang menitipkan kisah laut bercerita. Leila dengan jitu menikamku di tepi ruang sendiri itu dengan senjata tajam yang tak terelakkan: ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan.
Pram, Dee dan Leila berkonspirasi. Aku tertikam. Terluka tanpa meneteskan darah dan airmata. Dalam diam, mentertawai kebetulan-kebetulan yang tidak sebangun dan kongruen.
[kkpp, 12.05.2018]