“Lucas was man of the match because he made the match exciting – that’s what a man of the match has to do!” ~Jurgen Klopp
Alih-alih menimpakan kesalahan ke pemain, Jurgen Klopp malah memberikan statemen (bisa baca di sini) dengan menisbatkan man of the match gameweek ke-4 Liverpool FC di Liga Inggris musim 2016/2017 ke pemain nomer 21, Lucas Leiva.
Gelar man of the match, biasanya diberikan kepada pencetak gol penting, atau kepada pemain yang mewarnai jalannya pertandingan dengan umpan-umpan terukur dan visioner, atau kepada penyelamatan gemilang yang menyebabkan sebuah tim tak jadi kalah.
Tapi bagi Jurgen Klopp kali ini, blunder Lucas yang salah memberikan umpan matang ke pemain lawan untuk membuat gol balasan, justru dianggap sebagai hal yang layak diingat dari pertandingan itu dengan memberikan gelar man of the match kepada Lucas daripada mengingat sebuah game kandang pertama di Anfield musim ini lebih banyak ditonton dari sebelumnya yaitu 53.074 penonton (konon terbesar sejak 1977, namun masih memungkinkan untuk terus dipecahkan di masa-masa akan datang).
Lucas yang kali ini bermain di posisi back tengah menggantikan posisi Dejan Lovren, tampil cukup bagus. Mahrez dibuat tak berkutik. Vardy dan Okazaki pun tak punya cukup ruang. Hingga kemudian sebuah blunder di menit ke-38 membuat makian dan cemoohan bertebaran di sana-sini karena sedemikian mudah Jamie Vardy membuat gol balasan dengan memanfaatkan kesalahan passing Lucas. Sedemikian mudah gol balasan itu, sedemikian mudah pula hujatan dilontarkan.
Untunglah Liverpool tampil fantastis malam itu sebagaimana diakui oleh Claudio Ranieri, sang pelatih lawan yang mengantarkan sejarah buat Leicester menjadi juara liga Inggris musim lalu. Kesalahan Lucas nyatanya tak lantas membuat situasi pertandingan berubah sebagaimana pertandingan di sebelah, dimana West Ham United yang unggul 2-0 dibalik oleh Ighalo dkk menjadi kekalahan 2-4. Liverpool malah tambah perkasa dengan menambah gol kemenangan, 4-1 buat tuan rumah. Kemenangan berharga atas sang juara bertahan.
***
Saya teringat tweet Prof. Sarlito Wirawan Sarwono beberapa hari yang lalu,
Humor adalah membuat orang ketawa, tetapi humor itu serius. Hanya orang yang cerdas dan kreatif bisa menciptakan humor, salah satunya adalah Gus Dur.
Meminjam tweet itu, sepertinya level guyonan Jurgen Klopp termasuk selevel dengan Gus Dur. Cerdas dan kreatif. Saya makin suka dengan sosok sang pelatih ini, dengan guyonannya, dengan segala hal yang ada padanya.
Benar, kesalahan pemain tak perlu dibesarkan, dan jika ada media yang mempertanyakan, cukup dibalas dengan guyonan yang cerdas dan kreatif.
Sepertinya, sebagai fans (atau suporter, ada yang mempermasalahkannya beda fans dan suporter, eh? hehehe) pun sebaiknya belajar bagaimana menyikapi sebuah kesalahan. Toh, siapa sih yang ingin menyengaja membuat kesalahan?

status Lucas Leiva di akun instagramnya pasca pertandingan
Selama pembuat kesalahan menyadari kesalahan, bukankah ia pantas mendapatkan dukungan untuk memperbaiki kesalahan?
Atau sebaliknya, perlukah kita menjadikan diri kita sebagai algojo atas kesalahan orang lain dengan menghukum sang pembuat kesalahan dengan makian, hujatan atau malah memberikan tembakan mematikan ala-ala sang penembak Andrez Escobar karena menganggap kesalahan membuat gol bunuh diri layak dihukum mati?
[kkpp, 11.09.2016]