Tak semua hal akan berada dan berakhir seperti apa yang kita harapkan.

Seperti hari ini. Kemenangan di babak pertama berubah 180 derajat di babak kedua. Menyakitkan. Dan sebagaimana penjelasan Dr. Daniel J Pierce, professor neuroscience yang direkrut FBI untuk menyelesaikan kasus-kasus rumit di salah satu episode Perception, serial yang belakangan saya gandrungi dari channel FoxCrime, katanya rasa sakit yang menyerang secara psikis pada dasarnya bisa dirasakan secara fisik. Otak bisa berfungsi mengubahnya.

Itu yang saya rasakan saat Liverpool FC kalah semalam 1-3 di final UEFA Europa League. Sakit menghujam. Rasa sakit secara psikis itu, saya rasakan secara fisik. Untunglah seperti di salah satu tulisan yang saya buat kemarin (bisa baca di sini), saya sudah menyeru: Siapkan jantungmu, kawan! Ya, menyiapkan jantung dan berada bersama kawan-kawan yang sepaham membuat rasa sakit itu sedikit terobati.

Kuncinya memang bersiap untuk kondisi terburuk.

Sebagaimana tadi malam, kehilangan lagi setelah menikmati tujuh hari menyenangkan, memang menyakitkan. Sakit menghujam ke uluhati. Tetapi karena sudah dipersiapkan, serta sudah pernah melewati 195 hari dalam diam yang menyiksa dalam tiap hitungan harinya, ternyata berharap adalah obat manjur untuk menghadapi tiap kesakitan.

Berharap kepada musim depan.

Berharap bahwa bakal ada hari-hari yang menyenangkan di kemudian esok hari.

when you walk through a storm

hold your head up high

and don’t be afraid of the dark
at the end of the storm
is a golden sky
and the sweet silver song of the lark

 

walk on through the wind
walk on through the rain
though your dreams be tossed and blown

walk on walk on with hope in your heart
and you’ll never walk alone

~ You’ll Never Walk Alone – YNWA

Jangan pernah berhenti berharap. Walk on with hope in your heart!

[kkpp, 19.05.2016]