Pernahkah engkau memilih jalan kematian? Yang tak berliku dan tanpa alat bantu?
Mungkin ia, sang kematian, adalah kengerian yang mencekam. Atau sebentuk keputusasaan dalam lorong gelap tak berkesudahan. Atau justru engkau malah berharap ia adalah pintu doraemon yang akan mengantarkanmu ke tempat idaman?
Tiba-tiba aku bergidik. Dingin merambat cepat. Dari ujung kaki dan menjalar ke seluruh raga. Rencana kematian ini mencekatku. Dalam hening aku tak lagi bisa berteriak. Tersedu, kueja namamu.
[kkpp, 17.11.2014]