Puisi

Labirin Kelabu

* satu *

perempuan berpayung langit kelabu

berdiri di ujung labirin di antara remah hujan malu-malu

dengan menyembunyikan sedu, dititipkannya pesan kepada sang hujan

please … pergilah … .

pergilah, sampai dirimu mampu meluruskan (apa) yang menyilang, meluaskan (apa) yang sempit dan mengurai (apa) yang tersimpul”

** dua **

lelaki berkemeja rindu

bersimpuh di tengah labirin di antara remah hujan malu-malu

dengan menengadahkan wajah, ditemuinya langit kelabu

mengirimkan padanya remah-remah hujan bersama sebuah pesan

please … pergilah … .

pergilah sampai dirimu mampu meluruskan (apa) yang menyilang, meluaskan (apa) yang sempit dan mengurai (apa) yang tersimpul”

*** tiga ***

hujan tak lagi malu-malu

deras, sekuyup-kuyupnya

kuyup, sederas-derasnya

tak lagi bisa dibedakan: air hujan dan air mata

— pesan itu terdengar (lamat-lamat) di koridor labirin tak bertepi —

langit kelabu menghitam

gelap, sehening-heningnya

hening, segelap-gelapnya

malam dekap melipat bayang perempuan berpayung langit kelabu

malam lipat mendekap bayang lelaki berkemeja rindu

malam;  telah memisahkan

pagi; entah mempertemukan

[kkpp, 20.12.2014]

Standar

Satu respons untuk “Labirin Kelabu

  1. Ping-balik: #181 | tattock

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s