Kepingan Koratkarit Paling Pojok

"musuh kita adalah waktu yang tak ragu bergerak maju, dan senyummu itu, tertinggal di masa lalu"

Labirin Kelabu

* satu *

perempuan berpayung langit kelabu

berdiri di ujung labirin di antara remah hujan malu-malu

dengan menyembunyikan sedu, dititipkannya pesan kepada sang hujan

please … pergilah … .

pergilah, sampai dirimu mampu meluruskan (apa) yang menyilang, meluaskan (apa) yang sempit dan mengurai (apa) yang tersimpul”

** dua **

lelaki berkemeja rindu

bersimpuh di tengah labirin di antara remah hujan malu-malu

dengan menengadahkan wajah, ditemuinya langit kelabu

mengirimkan padanya remah-remah hujan bersama sebuah pesan

please … pergilah … .

pergilah sampai dirimu mampu meluruskan (apa) yang menyilang, meluaskan (apa) yang sempit dan mengurai (apa) yang tersimpul”

*** tiga ***

hujan tak lagi malu-malu

deras, sekuyup-kuyupnya

kuyup, sederas-derasnya

tak lagi bisa dibedakan: air hujan dan air mata

— pesan itu terdengar (lamat-lamat) di koridor labirin tak bertepi —

langit kelabu menghitam

gelap, sehening-heningnya

hening, segelap-gelapnya

malam dekap melipat bayang perempuan berpayung langit kelabu

malam lipat mendekap bayang lelaki berkemeja rindu

malam;  telah memisahkan

pagi; entah mempertemukan

[kkpp, 20.12.2014]

Satu tanggapan untuk “Labirin Kelabu”

  1. […] Hingga postingan ini dibuat, di ajang The Voice Indonesia 2016 ini, lagu Jealous-nya Labrinth sudah dibawakan dua kali, pertama oleh M. Aziz di babak Blind Audition, serta oleh Ario Setiawan di babak Knock Out. Padahal penyanyi aslinya Labrinth itu siapa saya baru google kemudian. Namanya agak mirip-mirip dengan postingan puisi saya terdahulu: Labirin Kelabu. (bisa baca di sini) […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke #181 | tattock Batalkan balasan