Malam ini sepuluh tahun yang lalu, jatuh pas selasa malam, malam rabu.
Masih ingatkah, Kawan, ada di mana kita dan apa yang tengah kita lakukan?
Baru saja, seorang kawan yang telah berpisah jarak, sengaja menelepon dari telepon genggam -teknologi yang masih mahal sepuluh tahun yang lalu, bandingkan dengan mahasiswa kini yang tidak cukup dengan satu ponsel yang dipunya- menanyakan apakah ada peringatan yang tengah kita persiapkan.
Tidak, jawab saya ringkas. Buat apa merayakan kegagalan. Sepuluh tahun sudah berlalu, mimpi Indonesia yang lebih baik tak kunjung mewujud. Reformasi yang diagendakan entah kini jadi bermakna apa.
Malam ini sepuluh tahun yang lalu. Kantin ITS terasa hiruk pikuk. Meja dan kursi yang ada tak menyisakan ruang. Wajah-wajah penuh semangat bersliweran. Yang baru kenal atau kenalan lama. Yang kenal luar dalam atau yang hanya tahu wajah tanpa kenal nama.
Sedangkan setahun terakhir kantin terasa lengang. Hanya beberapa pasang yang lagi mojok. Lebih ramai pas arek bridge mulai berlatih lagi. Kadang juga diramaikan oleh ormek, yang sepuluh tahun lalu tak bernyali untuk buka forum secara terang-terangan di kantin.
Ya, sepuluh tahun telah berlalu. Banyak hal telah berubah. KAMI pun berusia sepuluh tahun, bila malam ini masih eksis. Masih relevankah kehadirannya kini? Masih perlukah Komite Aksi bila tak ada aksi?
Malam ini sepuluh tahun sudah berlalu. Sang Penguasa Orde telah berpulang menghadap Sang Maha Kuasa. Beberapa kawan yang sepuluh tahun lalu turut ada dalam hari-hari terpanas rezim, juga telah mendahului kita untuk menghadap Sang Maha Kuasa. (Indri n Ember: kalian senantiasa ada)
Sementara kita hanyalah antri di belakang menunggu waktu. Akankah kita menunggu waktu tanpa berbuat sesuatu? Melupakan apa yang pernah kita teriakkan sepuluh tahun yang lalu. Membuang jauh-jauh apa yang pernah kita citakan dalam berbagai rapat merencanakan aksi sebagaimana malam ini sepuluh tahun yang lalu?
Sepenuh hati saya percaya, kawan-kawan yang aktif di milis ini (baca: milis kumpulannya bekas pelaku aksi 98an), kawan-kawan yang senantiasa bercerita melalui blog masing-masing, kawan-kawan yang berkisah dengan antusias tentang aktivitasnya kini manakala bertemu, masih mengingat malam ini sepuluh tahun yang lalu. Sepenuh hati saya percaya, sendiri atau bersama mereka masih berjuang mewujudkan Indonesia yang dicitakan dengan cara yang berbeda-beda.
Dan malam ini saya ikhlas, perayaan sepuluh tahun malam ini diperingati dengan melupakan bahwa masih ada mahasiswa yang bergerak dengan semangat malam ini sepuluh tahun yang lalu. Tak perlu lagi berharap masih ada adik-adik yang bakal melanjutkan tapak-tapak yang pernah kita buat. Tak perlu lagi memaki mereka, karena tak ada lagi hubungan yang menautkan malam ini dengan malam ini sepuluh tahun yang lalu.
[kkpp, Sidoarjo, 19 Mei 2008. Pernah diposting di sebuah milis terbatas]