Indonesiana, Kisah Kehidupan

Baru Tapi Lama, Buka Langsung Tutup

Salah satu email yang masuk ke inbox saya kali ini (Selasa, 11/2) sungguh membuat saya memilih untuk membukanya pada kesempatan pertama. Email dari Garuda Indonesia karena saya ikut keanggotaan Garuda Frequent Flyer (GFF). Isinya tentang rencana kepindahan Garuda ke Terminal 2 Juanda per Jumat, 14 Februari 2014.

Flyer kepindahan Garuda Indonesia ke Terminal 2 (T2) Juanda

Flyer kepindahan Garuda Indonesia ke Terminal 2 (T2) Juanda

Sebenarnya bukan hal bombastis fantastis, cuma kebetulan, karena urusan pekerjaan, saya sudah mengantongi tiket pulang pergi dengan menggunakan Garuda pas dengan tanggal tersebut. Dengan rencana kepindahan tersebut, maka rencananya saya berangkat masih menggunakan terminal yang lama, tetapi pas pulangnya menggunakan terminal yang baru. Nganyari nih ceritanya … Baca lebih lanjut

Standar
Indonesiana, Sepakbola

Selangkah Lagi, Indonesia!

Sejarah sudah dicatatkan oleh Evan Dimas dan kawan-kawan. Di perhelatan AFF U19 Championships 2013, kejuaraan yang diprakarsai oleh ASEAN Football Federation untuk kategori usia di bawah 19 tahun (U19), tim nasional Indonesia yang diasuh Indra Sjafrie ini sudah melangkah ke babak final setelah di babak semifinal mengkandaskan Timor Leste 2-0 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo,  Jumat malam kemarin (20/9).

Forza Indonesia!!

Forza Indonesia!!

Apapun hasilnya nanti di final, Evan Dimas dan kawan-kawan telah mencatatkan untuk pertama kalinya bendera Merah Putih di final ajang yang telah digelar sembilan kali sejak tahun 2002 ini. Baca lebih lanjut

Standar
photography, Travelling, Viewfinder

Seribu Sudut Masjid (2)

#2 Masjid Agung Sidoarjo

Masjid Agung Sidoarjo

Masjid Agung Sidoarjo

Setelah Masjid Cheng Ho di Pandaan, maka pada serial kedua ini kiranya saya tak afdol jika tidak menempatkan Masjid Agung Sidoarjo, masjid yang menyandang kategori ‘agung’ di kabupaten dimana KTP saya bernaung.

Baca lebih lanjut

Standar
Indonesiana

Solidaritas bukan Mahkluk Buta

Alkisah, lepas larut malam sekelompok aparat pengayom keamanan masyarakat menghabiskan malam. Tak ada yang menduga, entah bagaimana kejadiannya ternyata salah satu diantaranya kemudian mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit. Tidak terima dengan kejadian yang dialami oleh salah satu kawan mereka itu, beberapa diantaranya kemudian menguber sang tersangka penabrak, dan tanpa ba-bi-bu, tewaslah sang penabrak bersimbah darah karena beberapa peluru yang ditembakkan.

Agar tak menjadi pertanyaan masyarakat, sang atasan bercerita kepada media bahwa tembakan yang dilakukan oleh anak buahnya semata dilepaskan karena tersangka adalah penjahat yang hendak melawan petugas.

Sayangnya, masyarakat terlalu pintar untuk dibodohi oleh cerita tak masuk akal. Fakta kejadian dan sosok korban bagi masyarakat dan tetangga sama sekali tidak terkorelasi dengan cerita rekaan. Maka, bersatupadulah ribuan masyarakat dan tetangga melawan kisah tak masuk akal itu. Turun ke jalan mendesakkan keinginan agar mendapatkan keadilan.

Tak ada cara lain, maka dibentuklah tim pencari fakta untuk menjawab keadilan itu. Benar saja, di ujung kisah, aparat pengayom keamanan masyarakat meminta maaf.

***

Demo warga Sepande, Candi, Sidoarjo saat meluruk ke Mapolres Sidoarjo (31/10). | Sumber foto: http://www.beritajatim.com/

Kisah di atas bukanlah cerita fiktif. Kisah nyata dari desa tetangga saya. Kisah yang barangkali juga sering kita dapati di lain tempat dan di lain daerah. Meski berbeda versi, tokoh dan alurnya, kisah tentang solidaritas sering kita jumpai di keseharian. Solidaritas buruh melawan kesewenang-wenangan pengusaha, tawuran antar anak sekolah, tawuran antar suporter sepakbola, bahkan gesekan yang terjadi antar kesatuan aparat pengayom keamanan dengan aparat pertahanan.

Solidaritas, dengan berbagai namanya, sungguh adalah anak kandung manusia sebagai mahkluk sosial. Solidaritas dikenal juga dengan beberapa kosakata: kebersamaan, kesetiakawanan, dan ‘esprit de corps’.

Mari kita tengok sejenak definisinya di Oxford Dictionary 7th edition, 2010, sebagai berikut:

Esprit de corps | feeling of pride, care and support for each other, etc. that are shared by the member of a group

Solidarity | support by one person or group of people for another because they share feelings, opnions, aims, etc.

Dari kisah di atas, setidaknya ada tiga kisah solidaritas. Pertama, kesetiakawanan beberapa aparat pengayom keamanan atas musibah kawan tertabrak. Kedua, semangat ‘esprit de corps’ sang atasan yang mencoba melindungi bawahannya meski harus memutarbalikkan fakta. Ketiga, solidaritas warga dan tetangga korban atas ketidakadilan yang dialami korban.

Sebuah fenomena yang lumrah bagi manusia sosial. Tidak ada yang salah. Yang salah adalah penyikapan solidaritas yang keluar dari nilai-nilai tata sosial itu sendiri. Kisah solidaritas yang pertama dan kedua adalah contoh bagaimana solidaritas keluar dari nilai-nilai tata sosial. Membalas dendam hingga mencabut nyawa serta melakukan kebohongan publik adalah perbuatan negatif pada nilai-nilai tata sosial yang kita anut.

Sementara kisah solidaritas yang ketiga adalah bagaimana solidaritas berusaha melindungi nilai-nilai tata sosial yang menjunjung asas keadilan bermartabat. Di akhir cerita, berakhir dengan happy ending karena dimenangkan oleh kisah solidaritas ketiga. Solidaritas pada mereka yang tertindas.

***

Saya sungguh berharap, bahwa akhir happy ending ini juga bakal banyak kita temui. Ya, happy ending atas tegaknya nilai-nilai tata sosial.

Tak ada lagi dokter yang melindungi koleganya yang malpraktek. Tak ada lagi perlindungan bagi kolega sejawat yang berbuat kesalahan elementer karena semata mengatasnamakan esprit de corps. Hakim, jaksa, polisi, tentara,  politisi, pejabat pemerintahan, dll, dll, yang seharusnya bagi mereka, kehormatan korps memang segalanya, tetapi kehormatan itu terjaga bukan karena bertindak seolah-olah tidak ada yang salah tetapi bagaimana mereka tidak menolerir sebuah kesalahan bagi anggota kelompok mereka.

Solidaritas bukan mahkluk buta.

[kkpp, 03.11.11]  

Standar
Bisnis, kuliner, Marketing, Travelling

Oleh-oleh dari Mekarsari

Malam ini (7/5/11) saya turut berbangga dan berbahagia menjadi salah satu undangan dari hampir seribuan orang yang memenuhi jalan di perumahan Pondok Jati Sidoarjo yang disulap menjadi tempat acara Grand Opening Mekarsari Tour & Travel sekaligus perayaan ulang tahun kedua Roemah Snack Mekarsari.

Pengundangnya adalah M Haris Setiawan, teman sejurusan setahun di atas saya, yang bersama istrinya, Ida Widyastuti, telah merintis dan mengelola usaha mereka tersebut sejak tahun 2001-an.

Haris, pada semarak acara grand launching (foto courtessy M. Haris Setiawan on FB)

Acaranya memang semarak, dipandu duet Djadi dan Priyo Galajapo, yang juga belakangan jadi endorser-nya Mekarsari, dengan dihadiri oleh para pelanggan, pemasok, rekanan, karyawan, tetangga dan kawan-kawan. Tetapi yang lebih menyemarakkan hati adalah melihat kesuksesan yang telah dicapai seorang kawan. Kesuksesan yang merupakan buah dari kerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi.

Haris, setelah meyelesaikan kuliah di jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS, sempat bergabung di Astra-Toyota. Kemudian memilih keluar dari zona nyamannya dengan menekuni bisnis oleh-oleh. Pada lain kesempatan Haris sempat bercerita, bahwa pada awal menekuni bisnis tersebut dia harus rela keluar masuk pasar tradisional yang becek. Pilihan yang menurut beberapa orang bukanlah pilihan yang dengan mudah dilakukan.

Tetapi pilihan beberapa tahun yang lalu untuk berbecek-becek itu kini telah berbuah. Sejak dua tahun lalu, bisnisnya sudah mempunyai brand sendiri: Roemah Snack Mekarsari, dan malam ini, bisnisnya mulai mengepakkan sayap ke bidang yang lain. Bayangkan, pada sebuah kesaksian seorang supplier, untuk sebuah kue penganan saja, kini sudah memerlukan 3 kuintal bahan baku per hari. Jumlah yang saya yakini dan doakan untuk membesar di masa depan.

Oleh-oleh lain dari pasangan Haris dan Ida adalah melihat bagaimana mereka sukses tumbuh bersama dengan para supplier-nya, para pengusaha usaha kecil menengah (UKM). Tanpa perlu jargon, rupanya Haris dan Ida telah menggerakkan sektor riil.

Jika memang pengin mampir cari oleh-oleh sendiri ke Sidoarjo, gak ada salahnya datang ke Pondok Jati, tak jauh dari pintu tol Sidoarjo. Atau jika tak sempat bisa mampir ke online shoppingnya di sini.

Ah, sungguh banyak oleh-oleh malam ini dari Roemah Snack Mekarsari sebagaimana tema di panggung utama malam itu: Inspiring Your Dream.

It’s true, Ris. You’re inspiring our dream!

[kkpp, 07.05.2011]

Standar