Indonesiana, Marketing

Pilihan (yang) Emosional

Saya akan mengingat sebuah malam saat Hermawan Kartajaya membukakan pemahaman saya akan sebuah hal. Di sebuah acara MarkPlus Dinner Seminar yang saya lupa tanggal pastinya, Sang Guru Marketing tersebut meyakinkan saya bahwa serasional-rasionalnya sang pembeli yang mengaku rasional, maka akan terselip hal emosional yang menentukan sebuah pilihan. Baca lebih lanjut

Standar
Bisnis, Indonesiana

Fashion dan Function

Entah mengapa saya pengin sekali menulis dengan judul itu: Fashion dan Function. Jarang-jarang saya menulis bermula dari ide tentang  judul. Mungkin dari segi pelafalan kedua kata dalam bahasa Inggris itu berima sama. ‘Fesyen’ dan ’fangsyen’ di sisi yang lain terdengar enak di telinga. Keduanya yang bermakna secara berbeda, tetapi seringkali kita dapati bagai dua sisi yang melekat pada sebuah keping koin. Aspek ‘nggaya’, ‘modis’, ‘trendy’ di satu sisi, bertemu dengan aspek asas manfaat, asas kegunaan di sisi yang lain.

Lihat di sekitar kita. Tak jauh-jauh, telpon seluler (ponsel) -barang yang kini bila ketinggalan sering dibelain untuk diambil lagi- dari segi aspek fungsi adalah alat komunikasi yang menghubungkan dengan seseorang yang terpisah jarak. Bisa lewat suara, bisa juga lewat media pesan singkat yang langsung terbaca. Tapi tak cukup dengan aspek itu. Telpon genggam kini juga bagian dari cara kita tampil ‘nggaya’, sebuah bagian tak terpisahkan dari gaya hidup kita, sebagaimana pilihan atas baju, sepatu, tas, jam tangan serta model rambut.

Sayangnya, pilihan tampil ‘nggaya’, itu terkorelasi dengan harga. Sudah jamak, bila ada yang menganggap harga yang mahal itu identik dengan semakin modis atau tidaknya suatu penampilan.

Kembali ke contoh semula, ponsel, jika makin mahal sebuah ponsel, maka makin tampak keren lah si pemakai. Sementara dari sisi produsen, makin mahal sebuah produk ponsel, maka si produsen harus menambah feature agar produk yang ditawarkan dengan lebih mahal itu berdaya jual. Akan tampak mengada-ada bila menaikkan harga barang tanpa ada peningkatan nilai guna suatu barang. Konyolnya, kadang peningkatan nilai guna itu hanya dari sisi fashion-nya dan bukan dari aspek fungsionalnya yang signifikan. Atau, kekonyolan lainnya, jika memang produk itu kemudian bertambah ‘feature’nya, eh, si pengguna ternyata tak menggunakan feature itu. Blackberry misalnya, beberapa pengguna malah  tak memanfaatkan feature push email-nya.

***

Sebuah kebetulan saat kedua kata itu mondar-mandir di kepala, bertepatan dengan hari pahlawan tahun 2011, Toyota dan Daihatsu me-launching New Avanza Xenia. Iklannya sehalaman koran penuh, baik di media nasional dan media daerah. Soal marketing, keduanya adalah jagonya. Terbukti, baik avanza maupun xenia sejak pertama kali di-launching, seakan menjadi mobil sejuta umat. Avanza dan Xenia menjadi pilihan bagi kendaraan operasional perusahaan pun juga keluarga menengah. Secara aspek fungsi, Avanza Xenia memenuhi aspek nilai guna sebagai alat transportasi darat yang ekonomis, memuat 7 penumpang, dan juga tidak tampak jadul.

New Avanza Xenia saat dilaunching (sumber foto: http://www.kompas.com)

Pertanyaannya, mengapa kemudian Toyota dan Daihatsu harus mengeluarkan varian terbaru dari Avanza Xenia? Padahal kalau diamati, posisi Avanza Xenia di pasar juga masih menjadi raja jalanan tanpa harus mengeluarkan varian terbarunya. Data semester pertama 2011, si Avanza saja mencatat prestasi penjualan 1 dari 5 mobil terjual adalah Avanza. Belum jika ditambah dengan prestasi si Xenia.

Jawaban yang pertama muncul di kepala saya atas jawaban di atas, ya terkait dengan fashion. Toyota-Daihatsu, sebagai produsen yang memahami betul pasar Indonesia, mau tidak mau memang harus mengikuti selera pasar. Pasar yang suka ‘nggaya’, ya harus dipenuhi dengan aspek fashion-nya. Beberapa hari terakhir, sudahkah dengar ada yang bilang, “Aku udah pesan New Avanza lho… Indent juga gak apa-apa”. Nah lho, padahal dari sisi fungsi, si calon pembeli yang indent tadi memang memerlukan kendaraan keluarga yang ekonomis, tapi baginya, jika memang ada model yang terbaru, mengapa tidak.

Seperti dilansir Republika online (20/11, bisa baca di sini), Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Joko Trisanyoto menyampaikan bahwa sampai 14 November 2011 (hanya dalam waktu empat hari), permintaan All New Avanza dan Veloz telah menembus angka 14 ribu unit yang diperkirakan baru Januari atau Februari 2012 akan diserahterimakan.

***

Kisah fashion dan fuction tak hanya dijumpai pada kisah New Avanza Xenia. Apalagi jika Anda termasuk suka tampil ‘nggaya’ tetapi melek teknologi untuk mempertimbangkan aspek fungsional dari suatu barang. Coba tengok lengan bawah tangan Anda, adakah jam tangan melingkarinya? Padahal fungsi jam, juga dijumpai di ponsel yang juga selalu dibawa kemana-mana bukan? Lantas, mengapa masih pakai jam tangan? Semata ‘nggaya’ atau semata kebiasaan untuk melirik sang waktu dengan melihat pergelangan tangan?

Jadi sulit memang memisahkan antara fashion dan function secara hitam putih. Melupakan aspek fashion, berarti seolah telah menjadi sufi, tetapi di sisi yang lain ekonomi tak bergerak. Sementara melupakan aspek function, terlihat seperti kerbau yang dicocok hidungnya, dungu karena hanya diperbudak keinginan terlihat trendi.

Yang terpenting, ketahui kekuatan kantong Anda, mau cenderung ke sisi fashion pun function atau memadukan keduanya, boleh-boleh saja asal tidak jadi besar pasak daripada tiang.

[kkpp, 20.11.2011] 

Keping terkait:

Besar Pasak daripada Tiang

Standar
Celoteh Nuha

Celoteh Nuha: Ayah, Jangan Pulang Malam!

“Ayah, jangan pulang malam! Nanti mobilnya pesok lagi”, ujar putri saya yang belum genap 7 tahun pada saya saat hendak berpamitan padanya sore tadi (5/5) untuk kembali ke kantor setelah menuntaskan urusan dengan asuransi, bengkel dan jasa derek. Si Rossi, avanza hitam yang menemani saya ke sana ke mari, sudah diderek ke bengkel yang ditunjuk asuransi. Saya yang hendak kembali ke kantor menggunakan mobil punya teman yang juga avanza warna hitam, tersenyum kecut mendengar nasehatnya. Rupanya Nuha khawatir, mobil pinjaman itu akan bernasib sama dengan si Rossi, bila saya kembali pulang terlalu larut.

Si Rossi setelah diantarkan derek ke rumah sebelum dievakuasi ke bengkel yang ditunjuk asuransi

Semalam memang si Rossi nubruk pembatas jalan di salah satu ruas jalan di Sidoarjo. Lepas tengah malam saat hari bergulir tanggal (5/5/11). Saat itu sepanjang jalan Gajah Mada masih banyak mengumpulkan warga Sidoarjo yang hendak menunggu salah satu babak semifinal UEFA Champions League di beberapa kafe dan warung pinggir jalan. Sontak mereka segera mengerumuni saya yang mengalami kecelakaan tunggal karena hal yang sepele: ngantuk. Entah mengapa malam itu saya ngantuk sekali setelah lepas diskusi dan cangkrukan dengan kawan lama yang hendak menuntaskan novelnya. Padahal seringkali juga, saya pulang jauh lebih larut dari malam itu.

Padahal beberapa waktu sebelumnya, saya sempat berharap bahwa si Rossi bakal memperpanjang rekor si Igago yang tak sekalipun pernah claim asuransi selama 100.000 km. (Baca: Tips Aman Berkendara). Ternyata baru 5,000-an km harus sudah sambang asuransi dengan kerusakan yang sedemikian parah: bemper depan, kap mesin, radiator, kondensor ac, steer rack.

Sebagaimana yang saya tuliskan terdahulu, mengendarai avanza membuat saya lebih waspada karena kondisinya yang rapuh. Nabrak sedikit, kerusakannya lebih dari yang diperkirakan. Tapi memang, malam itu saya tak waspada. Menyerah pada kantuk sesaat. Seharusnya, pada tulisan saya terdahulu harus ada alinea khusus tentang managemen ngantuk. Hehe.

Selain managemen ngantuk, sebaiknya kita juga menyimpan nomer yang diperlukan secara mendadak sebagaimana pada malam itu yang membutuhkan bantuan mobil derek.

Malam itu, saya butuh waktu satu jam lebih untuk memanggil derek. Nomer jasa derek saya cari dari cara nge-tweet, yang juga sekaligus update status di facebook, yang kemudian direspons oleh beberapa kawan (thanks God, I still have many friends of mine), cara yang efektif adalah telpon di 108. Simple, tapi malah efektif.

Yang penting, jika terjadi kecelakaan, jangan panik selama masih ada handphone dengan baterai dan pulsa yang cukup. Dengan handphone di tangan yang bisa berfungsi baik, banyak hal yang bisa dikerjakan untuk mengatasi masalah yang timbul karena kecelakaan. Tetapi demikian, berhati-hati jauh lebih baik untuk mencegah kecelakaan.

Bukankah di rumah ada keluarga yang menanti kita kembali dengan selamat? Seperti halnya Nuha bagi saya.

[kkpp, 05.05.11]

Standar
Indonesiana, Kisah Kehidupan

Tips Aman Berkendara

Alhamdulillah, si Igago, Avanza silver yang menemani saya selama dua setengah tahun terakhir, seminggu yang  lalu telah melewati 100.000 km dan sepanjang itu pula tidak ada kecelakaan yang berarti. Hihihihi, masak kecelakaan berarti sih? Maksudnya, sepanjang itu si Igago sama sekali tidak sambang asuransi. Rugi dong bayar premi? Gak juga. Dibanding pengalaman terdahulu bersama Pak Jayus, kijang kapsul putih edisi terakhir sebelum Toyota launching varian kijang innova, yang menemani saya bertahun-tahun sebelum bersama si Igago, capaian zero insurance claim si Igago perlu saya syukuri. Bersama Pak Jayus, setidaknya beberapa kali saya harus claim ke asuransi sepanjang penggunaan 225.000 km, termasuk diantaranya dua kali claim yang lumayan besar. Baca lebih lanjut

Standar