“Ayah, jangan pulang malam! Nanti mobilnya pesok lagi”, ujar putri saya yang belum genap 7 tahun pada saya saat hendak berpamitan padanya sore tadi (5/5) untuk kembali ke kantor setelah menuntaskan urusan dengan asuransi, bengkel dan jasa derek. Si Rossi, avanza hitam yang menemani saya ke sana ke mari, sudah diderek ke bengkel yang ditunjuk asuransi. Saya yang hendak kembali ke kantor menggunakan mobil punya teman yang juga avanza warna hitam, tersenyum kecut mendengar nasehatnya. Rupanya Nuha khawatir, mobil pinjaman itu akan bernasib sama dengan si Rossi, bila saya kembali pulang terlalu larut.
Semalam memang si Rossi nubruk pembatas jalan di salah satu ruas jalan di Sidoarjo. Lepas tengah malam saat hari bergulir tanggal (5/5/11). Saat itu sepanjang jalan Gajah Mada masih banyak mengumpulkan warga Sidoarjo yang hendak menunggu salah satu babak semifinal UEFA Champions League di beberapa kafe dan warung pinggir jalan. Sontak mereka segera mengerumuni saya yang mengalami kecelakaan tunggal karena hal yang sepele: ngantuk. Entah mengapa malam itu saya ngantuk sekali setelah lepas diskusi dan cangkrukan dengan kawan lama yang hendak menuntaskan novelnya. Padahal seringkali juga, saya pulang jauh lebih larut dari malam itu.
Padahal beberapa waktu sebelumnya, saya sempat berharap bahwa si Rossi bakal memperpanjang rekor si Igago yang tak sekalipun pernah claim asuransi selama 100.000 km. (Baca: Tips Aman Berkendara). Ternyata baru 5,000-an km harus sudah sambang asuransi dengan kerusakan yang sedemikian parah: bemper depan, kap mesin, radiator, kondensor ac, steer rack.
Sebagaimana yang saya tuliskan terdahulu, mengendarai avanza membuat saya lebih waspada karena kondisinya yang rapuh. Nabrak sedikit, kerusakannya lebih dari yang diperkirakan. Tapi memang, malam itu saya tak waspada. Menyerah pada kantuk sesaat. Seharusnya, pada tulisan saya terdahulu harus ada alinea khusus tentang managemen ngantuk. Hehe.
Selain managemen ngantuk, sebaiknya kita juga menyimpan nomer yang diperlukan secara mendadak sebagaimana pada malam itu yang membutuhkan bantuan mobil derek.
Malam itu, saya butuh waktu satu jam lebih untuk memanggil derek. Nomer jasa derek saya cari dari cara nge-tweet, yang juga sekaligus update status di facebook, yang kemudian direspons oleh beberapa kawan (thanks God, I still have many friends of mine), cara yang efektif adalah telpon di 108. Simple, tapi malah efektif.
Yang penting, jika terjadi kecelakaan, jangan panik selama masih ada handphone dengan baterai dan pulsa yang cukup. Dengan handphone di tangan yang bisa berfungsi baik, banyak hal yang bisa dikerjakan untuk mengatasi masalah yang timbul karena kecelakaan. Tetapi demikian, berhati-hati jauh lebih baik untuk mencegah kecelakaan.
Bukankah di rumah ada keluarga yang menanti kita kembali dengan selamat? Seperti halnya Nuha bagi saya.
[kkpp, 05.05.11]
Wah..wah… aku baru tahu. Alhamdulillah masih bisa nulis blog berarti masih sehat. Nggak ada luka kan Tok? 😦
SukaSuka
Alhamdulillah Ga. Tidak kurang suatu apa. Jadi inget malam itu, beberapa warga yang mendatangi lokasi kejadian kaget juga, waktu aku keluar sambil cengar-cengir sambil pegang handphone. Dikirain mungkin parah …
SukaSuka
Ping-balik: Celoteh Nuha: Nama Lengkapnya Rotiboy « Kepingan Kakap Paling Pojok
Wah…wah…wah…. kok sampai begitu prend… waktu nyupir minum susu mocca tidak? pasti tidak… tuh kejadian khan… pakai resepku donk bos….
SukaSuka
Ping-balik: Celoteh Nuha: Ijin Jualan « Kepingan Kakap Paling Pojok
Ping-balik: Nama – Kepingan Koratkarit Paling Pojok