Kepingan Koratkarit Paling Pojok

"musuh kita adalah waktu yang tak ragu bergerak maju, dan senyummu itu, tertinggal di masa lalu"

Jurus Lima – Dua Lima

Kemarin seorang kawan bercerita tentang keheranannya bahwa di zaman kini ada lho orang yang tak mempunyai handphone. Namanya saja handphone, banyak yang beranggapan bahwa semua hal bisa dilakukan dalam satu genggaman tangan saja. Mulai urusan pekerjaan hingga urusan personal. Dari urusan yang diketahui publik apalagi buat urusan rahasia, urusan perbankan misalnya. Tapi anehnya, kata sang kawan, ia menemukan seseorang yang hidup tanpa handphone di zaman kini. Bagaimana bisa orang masa kini hidup tanpa handphone? Lanjut sang kawan, ternyata kalau ada yang ingin menghubungi yang bersangkutan, umumnya dilakukan dengan tiga cara. Pertama, menelpon menggunakan telepon terestrial (eh, apa istilah yang lebih tepat untuk menyebut layanan PT Telkom Indonesia?). Atau cara yang kedua, telpon ke kantor pas jam kantor. Dan yang ketiga, kalau mengenal orang terdekatnya, ya minta tolong titip pesan untuk disampaikan ke yang bersangkutan.

Entah mana yang lebih simpel, cara seperti yang dilakukan seseorang tanpa handphone tadi, atau justru cara yang dilakukan kebanyakan kita: menjadikan handphone adalah perkakas yang tak boleh ketinggalan. Bahkan, mau buang air besar, jadi terasa membosankan jika tidak membawa handphone.

Buat saya, mungkin masih yang kedua ya. Dulu kalau kemana-mana tak boleh ketinggalan dompet. Kini boleh ketinggalan dompet selama tidak ketinggalan handphone. Mau beli sesuatu bisa secara online atau kalau belum tersedia layanan QRIS, bisa juga dengan transfer ke penjual.

Coba cek handphone Anda. Apa aplikasi yang paling memakan memori?

Kalau saya, whatsapp.

Aplikasi ini di handphone saya, pas postingan ini dibuat, sudah memakan 56.93% kapasitas handphone yang sudah terbantu dengan berlangganan icloud untuk menyimpan dokumen, foto dan back-up.. Dengan aplikasi-aplikasi lainnya, handphone saya hanya menyisakan ruang kosong 11.28% yang prakteknya kemudian membatasi ruang untuk memback-up dan meng-update aplikasi. Menyebalkan. Di satu sisi pengin clear all chat, tapi di sisi yang lain masih pengin menyimpan beberapa chat. Lebih menyebalkan, problem terselesaikan apabila ganti handphone dengan ruang memori yang terluas yang tersedia di pasaran tetapi hal itu adalah kemewahan yang tidak memungkinkan dilakukan.

Whatsapp terus berkembang. Sejak dari versi pertama 1 Februari 2009 hingga versi terkini di mana whatsapp telah menjadi bagian dari Meta-group bersama-sama dengan Facebook, Instagram dan Threads, whatsapp kini tak semata aplikasi instant messaging sebagaimana pas awal di-desain, tetapi bisa juga sebagai group messaging semacam forum percakapan, serta yang paling banyak sekarang adalah layanan voice over internet provider lintas platform tak hanya suara tapi bisa video, bisa berbagi gambar, dokumen serta mengirimkan lokasi pengguna.

Tentu saja masih ada aplikasi sejenis whatsapp. Blackberry (telah) mati. Telegram mencoba menantang. Google Chat juga ikutan masuk ke kalangan. Tapi di handphone saya, whatsapp masih jadi juara bertahan.

Bagaimana tidak, hampir semua sirkel sosial dan pekerjaan menggunakan whatsapp. Problemnya tak hanya memakan memori handphone melainkan juga menghabiskan waktu yang sehari hanya tersedia 24 jam, merata buat semua orang.

Coba pasang jam catur. Atau aplikasi timer. Lantas hitung, berapa banyak waktu yang dihabiskan pegang handphone? Berapa banyak yang dihabiskan untuk membuka, membalas, dan yang paling menyebalkan, mendelete postingan di whatsapp group?

Dengan jurus semacam ini, beberapa tahun yang lalu, saya bisa berhenti dari permainan Mafia War yang dulu pernah populer. Kini, pusing dengan whatsapp, saya menggunakan jurus lima – dua lima. Lima menit buka whatsapp, dua puluh lima menit mengerjakan hal-hal yang lebih nyata di luar whatsapp. Mudah-mudahan bisa istiqomah, agar handphone tak menjadi cell phone, yang memenjarakan kita di dalam aplikasi-aplikasinya.

[kkpp, 15.12.2024]

Tinggalkan komentar