
Ikatan Alumni ITS (IKA ITS) menggelar perhelatan Kongres IX IKA ITS, di Jakarta 10 Agustus 2024. Kongres, adalah kedaulatan tertinggi IKA ITS. Di kongreslah, IKA ITS akan memilih Ketua Umum untuk satu periode ke depan, memilih Senat IKA ITS, menetapkan Garis-garis Besar dan Arah Kebijakan, serta perubahan-perubahan AD/ART.
Saya sempat bertanya kepada salah satu senior tentang bagaimana rangkaian kisah tentang tumbuh dan kembang IKA ITS sebagai organ tetapi saya yang sepertinya kurang usaha untuk lebih mengumpulkan kisah-kisah yang berserak dari para senior tersebut. Menurut Cak Sentot, salah satu senior yang sempat saya kontak, beliau bilang begini, “Rodo kangelan aku sharing catetané karena kisah di belakang setiap catetané tersebut complicated dan interconnected alias dalam boso jowone: ruwet lan mbulet. Contoh tentang Badan Hukum, kita mesti balik ke Kongres sebelum AD/ART 2018 yg bermandat tapi kecegat, sampai Kongres 2019, adhoc Kongres, penutupan Yayasan IKA ITS, pendirian, pengesahan, rapat dengar pendapat, perubahan susunan pengurus dan Senat, sampai penggunaan OMOV dalam Kongres 2024. Itu semua dalam 1 alur cerita dgn berbagai ukuran dan cabangnya.”
IKA ITS sendiri yang berdiri sejak 2 Mei 1967, baru memiliki AD/ART pada Kongres I tanggal 28 November 1975. Perubahan AD/ART kemudian dilakukan berturut-turut pada Kongres II 1980, Kongres III 1990, Kongres V 1995, Kongres Luar Biasa 2000, Sidang Umum Majelis Alumni ITS pada November 2007, diputuskan dan ditetapkan Senat IKA ITS pada November 2014, Kongres Luar Biasa Oktober 2015, serta Kongres Luar Biasa Februari 2017.
Melihat catatan alinea di atas, terlihat bahwa AD/ART IKA ITS terus tumbuh dan berkembang menyesuaikan tuntutan di masing-masing era. Kongres selaku pemilik kedaulatan memang selalu mengagendakan pembahasan AD/ART dan juga agenda Garis-garis Besar dan Arah Kebijakan (Gabaka). Tetapi perubahan-perubahan AD/ART belakangan justru terjadi di luar Kongres biasa!
Hal ini bisa dipahami karena yang menjadi titik fokus peserta Kongres belakangan (sejak era Kongres 1995) pada pemilihan Ketua Umum. Sangat disayangkan, karena hal ini menunjukkan IKA ITS belumlah menjadi organisasi yang mature, dimana proporsi organisasi yang matang seharusnya lebih pada garis-garis besar dan arah kebijakan. Siapapun ketua umumnya tidak menjadi masalah karena arah organisasi telah ditetapkan.
Di sisi yang lain, salah satu magnet anggota organisasi IKA ITS ya figur Ketua Umum. Buat sebagian, sosok Ketua Umum adalah cermin keberhasilan organisasi karena buat khalayak luas, ketua umum organisasi alumni adalah semacam halaman beranda, homepage, dari organisasi alumni yang tiap tahun almamater terus memproduksi anggota-anggota baru. Tak heran saat pemilihan ketua umum adalah agenda yang paling dinantikan di setiap kongres. Meski bukan jaminan kehebohan selama proses pemilihan ketua umum bakal akan terus heboh sepanjang periode kepengurusan.
Saat penjaringan calon Ketua Umum IKA ITS di Kongres IX 2024, diikuti oleh 7.648 pemilih dari 51.502 alumni ITS yang terdaftar di aplikasi MIDA yang digunakan sebagai base aplikasi pemilihan online voting one man one vote (OMOV). Dengan diikuti lebih dari 7.500 partisipan, penjaringan OMOV 2024 bisa jadi adalah kegiatan IKA ITS yang paling banyak partisipannya. Sayangnya, pelaksanaan ini semacam gimmick marketing mengingat yang dipilih melalui mekanisme OMOV ini tidak serta merta menjadi Ketua Umum terpilih karena AD/ART mensyaratkan ketua umum dipilih oleh Kongres yang diikuti oleh 200 orang peserta utusan komisariat jurusan yang terbagi secara proporsional serta masing-masing 3 orang utusan pengurus wilayah (saat Kongres 2024 tercatat 18 Pengurus Wilayah termasuk salah satunya Pengurus Wilayah Luar Negeri) dan 5 orang utusan pengurus pusat.
Tanpa mengurangi kewenangan Kongres memilih dan menetapkan Ketua Umum dan Senat IKA ITS tetapi untuk meningkatkan tingkat partisipasi alumni ITS, sepertinya bisa dilakukan onlive voting untuk memilih 200 orang utusan peserta kongres. Dengan demikian, utusan yang hadir di Kongres adalah mereka yang beneran mendapatkan mandat dari anggota bukan oleh mereka yang semata dihasilkan kesibukan baru pengurus komisariat jurusan tiap menjelang kongres. Pengurus Komjur tetap bisa mendapatkan akses ke Kongres sebagaimana pengurus wilayah dan pengurus pusat.
Saya percaya bahwa semakin banyak yang terlibat di IKA ITS maka justru makin memperkuat bangunan IKA ITS itu sendiri. Saya juga berharap bahwa IKA ITS juga bisa membiayai organisasi oleh seluruh anggota-anggotanya, sebelum kemudian bisa membantu pembiayaan almamater ITS yang saat ini hanya dibiayai oleh negara kurang lebih 30% dari total pembiayaan. Pembiayaan IKA ITS itu harusnya ditanggung oleh kebersamaan anggota-anggota IKA ITS bukan oleh sosok ketua umum semata. Dengan kedua harapan itu bisa terlaksana, tentu menunjukkan bahwa IKA ITS semakin kokoh di kemudian hari karena IKA ITS benar-benar dimiliki oleh para anggotanya.
Bekal IKA ITS saat ini telah berbadan hukum perlu disyukuri, karena untuk kepengurusan mendatang telah menjadi modal tersendiri untuk melangkah. Pembenahan keuangan dan aset organisasi serta program-program yang juga merangkul anggota untuk makin terlibat di organisasi tentu menjadi pekerjaan rumah siapapun Ketua Umum yang terpilih kelak.
Selamat berkongres, teman-teman alumni ITS!
[kkpp, 09.07.2024]

Tinggalkan komentar