Idol is Back. Begitu tema yang diusung Indonesia Idol 2018. Maklum, ajang ini sempat menghilang beberapa tahun. Jika ajek diselenggarakan tiap tahun, mestinya di tahun ini adalah musim ke-14, tetapi nyatanya Indonesian Idol tahun ini baru masuk musim ke-9. Rupanya beberapa tahun sempat hilang.
Saya sendiri terakhir mengikuti ajang ini pas musim ke-3. Setelahnya, saya hanya sekedar tahu saja. Secara format, saya sih lebih suka formatnya The Voice. Khususnya pas sesi blind audition.
Tetapi ada yang berbeda di musim ini. Juri-jurinya muka baru sebagai juri Indonesian Idol. Juri baru tetapi track record-nya telah teruji di dunia musik Indonesia.Tiga di antaranya pernah menjadi juri The Voice Indonesia: Ari Lasso, Armand Maulana, serta Judika. Sedangkan juri yang lain adalah Bunga Citra Lestari dan Maia Estianty. Kehadiran juri-juri wajah baru ini kemudian menuntun saya untuk mengikuti lagi ajang ini. Dan kejutannya adalah peserta-peserta Indonesian Idol musim ke-9 ini lumayan bagus. Bahkan lebih bagus daripada musim terbaiknya, musim kedua, yang melahirkan talenta (almarhum) Mike Mohede, Judika, serta Monita Tahalea.
Sampai 10 besar Indonesian Idol 2018, kesepuluh finalis tampil cukup baik dengan kemampuan terbaiknya masing-masing. Yang konsisten bertahan hingga empat besar. Cukup fair menurut saya karena yang tersisa memang lebih baik.
Sempat sih isu-isu non relevan menghiasi ajang ini, tapi penonton lebih dewasa dibandingkan musim-musim sebelumnya. Isu non relevan menjadi tak relevan lagi. Yang susah memang suporter yang ikutan live masih berlebihan belum bisa dihilangkan di ajang ini. Syukurlah ada versi youtube-nya.
Saya suka “Never Enough”-nya Maria di Top 7. Juga pas menyanyikan lagunya juri, BCL, Kecewa yang dipuji habis oleh para juri. Saya juga suka Ayu pas menyanyikan “Writing’s on The Wall” di Top 7, juga “Haruskah Ku Mati Karenamu” yang di versi piano atas arahan Maia serta pas Ayu menyanyikan lagunya Tulus: Pamit. Saya suka juga penampilan Ghea menyanyikan “Aku Suka Kau dan Dia”, “Akad”, “Englishman In New York“, serta pas duet dengan Abdul, “Dari Mata”. Abdul sendiri juga tak kalah ciamik. Sejak menyanyikan “Lost Star“-nya Adam Levine juga “All I Want”-nya Kodaline, Abdul sangat layak dijagokan sebagai The Next Indonesian Idol menantang Maria. Selain itu Marion dengan “Dekat di Hati” juga Jodie dengan “Jealous” patut mendapatkan apresiasi juga.
Sayang, di penayangan sesi Top 3 (2/4), Indonesian Idol kehilangan kebaikan-kebaikannya yang ditanam sejak jauh hari. Entah karena apa, di sesi itu yang menyisakan Abdul, Joan dan Maria, mestinya di penghujung acara menyisakan dua finalis, tetapi nyatanya tak ada yang dipulangkan. Padahal, dua kali kesempatan veto yang dipunyai juri di sesi 4 besar dan 5 besar sebelumnya, tak digunakan untuk menyelamatkan mereka yang tersisih.
Sayang beribu sayang, ajang menyanyi kemudian dibumbui drama-drama tak perlu. Karena nila setitik rusak susu sebelanga. Anti klimaks.
Buat saya, tidak penting lagi siapa yang kelak menjadi juaranya. Mudah-mudahan saja dari generasi Indonesian Idol musim ke-9 ini bisa mewarnai khasanah musik Indonesia sebagaimana pendahulunya di generasi Indonesian Idol musim ke-2.
[kkpp, 08.04.2018]