Deg! Hanya kujumpai bangku-bangku kosong menatap televisi layar datar yang sedang menyiarkan pertandingan Eredivisie. Padahal biasanya, pada bangku-bangku itulah rulud-rulud Bigreds Regional Malang berkumpul bersama menonton kesebelasan kesayangan kami.
Panik. Langsung noplet salah satu nawak pentolan Bigreds Regional Malang. Sayangnya sang nawak, berhalangan untuk nonton dan tak tahu nawak-nawak yang lain pada nonton di mana.
Berbekal ancer-ancer diberikan sang nawak untuk mencari sebuah cafe di daerah Landungsari, tanpa membuang waktu, langsung memburu cafe itu. Maklum, seharusnya kick off game Wolves vs LFC sudah dilakukan, sementara tweet nanya cafe yang pasang Indovision di Malang juga tidak berbalas. Agak-agak kesal juga sih, karena sama sekali tak menyiapkan rencana cadangan selain nonbar dengan rulud Bigreds Regional Malang.
Masih terngiang, pagi tadi saat mengantarkan Nuha sekolah, dia sempat berpesan, “Yah, jangan lupa. Kita jadi ke Malang kan? Aku sudah bersiap lho.” Tak enak juga membatalkan janji dengannya yang sudah bersemangat untuk ketemu dengan para sepupu di rumah eyang-kakungnya. Padahal, kali ini Liverpool sedang bertanding jam setengah delapan malam, dan hanya disiarkan di tivi berbayar. Sejak keberadaan Bigreds Regional Malang semakin exist, sama sekali tak ada keraguan untuk pulang ke Malang meski ada jadwal Liverpool main.
Tapi rupanya malam ini sama sekali tidak seperti yang diharapkan. Tak kujumpai kehangatan sapaan rulud-rulud. Sepi menyergap, Tak ada payung cadangan. Seolah terasa sia-sia berburu waktu sore itu, pulang dari kantor jam empat, sampai di rumah segera bergegas ke Malang agar bisa sampai di markas Bigreds Regional Malang tepat pas kick off.
***
Sambil sesekali berharap ada yang membalas tweet-ku tadi, segera menuju area yang diinformasikan seorang nawak. Melintasi jalan Soekarno Hatta, yang jaman aku sekolah dulu masih sawah, kini telah menjelma menjadi salah satu ruas jalan yang penuh keramain. Resto dan cafe betebaran di sepanjang jalan. Berharap dapat petunjuk, mudah-mudahan ada salah satu di antara resto dan cafe itu mempunyai fasilitas Indovision.
Tak ada pertanda. Lepas jalan Soekarno Hatta, berbelok kanan menuju arah pasar Dinoyo. Menjelang SPBU Tlogomas, di kanan jalan terlihat layar lebar menyiarkan pertandingan sepakbola. Selintas yang bermain di pertandingan itu berkostum merah dan lawannya berkostum kuning ketela.
Ah, ini dia. Sudahlah, di sini saja. Daripada terbuang waktu kehilangan game hingga menemukan tempat yang direkomendasikan sang nawak tadi, kataku dalam hati.
Selintas cafe itu cukup nyaman. Lesehan dengan meja-meja kecil yang ditempati laptop beberapa pengunjung. Sebagian adalah pasangan muda-mudi yang asyik menatap layar 10 hingga 13 inch daripada menatap layar lebar.
Menit ke 26, saat aku melirik layar lebar sambil memilih salah satu meja kecil yang cukup strategis untuk menonton. Ah lumayan, hanya kehilangan 26 menit dan skor masih kosong-kosong.
Aku tak menyadari ada yang aneh dengan kafe itu, saat waiter menyapaku kagok, karena aku mengenakan jersey Liverpool. Baru ngeh hingga lepas gol pertama Liverpool yang dicetak Torres, beberapa menit saja sejak aku duduk. Unggul satu gol membuat sedikit relaks hingga kemudian bisa membuat mengamati sekeliling.
Astaga, iki lak neroko! Rupanya kafe ini adalah markasnya salah satu fans club another red team, yang dengan bangga mengidentikkan dirinya sebagai setan.
Pantes, sang waiter kagok tadi. Pantes pula beberapa kali pengunjung yang baru datang menanyakan password wifi dijawab: M****e*er, yang membuatku kehilangan rasa nyaman pas berkali-kali mendengar password tersebut diucapkan.
Untunglah, kopi ijo susu jahenya lumayan enak. Habis dua gelas buat menemani serunya pertandingan yang sangat diharapkan menjadi kemenangan pertama LFC sejak ditangani King Kenny Dalglish.
Babak kedua makin panas. Beberapa pendukung setan mulai berdatangan untuk pertandingan mereka yang rencananya setelah game Wolves vs LFC ini usai. Makin panasnya, mereka dengan serta merta ikut mendukung Wolves yang tampil ngotot mengurung LFC yang sudah unggul 2-0 berkat gol fantastik Meireles.
Tatapan heran mereka atas mahkluk asing seperti diriku yang sesekali menggumam ikutan nge-chant FOAR, sama sekali tak kuindahkan. Biarlah, selama tak mengganggu, buat apa pula mengganggu mereka di rumah mereka.
Justru aku yang pantas bersyukur, mendapatkan tumpangan nonton atas kemenangan away pertama King Kenny, sebuah revans yang berharga atas kekalahan dari Wolves di Anfield yang menyebabkan Roy Hodgson didepak dari Liverpool.
Good game. Tiga gol yang fantastik. Tiga poin. Cleansheet. Telat nonton. Nonton di neraka. Kopi yang enak. Ah, pengalaman yang aneh. Hehehe.
Sekali lagi: suwun atas tumpangannya ….
[kkpp, 22.01.2010]
1) rulud-rulud: saudara-saudara
2) nawak: kawan
3) FOAR: Field of Anfield Road