Kisah Kehidupan, Puisi

Empat September Duaribu Tujuh

Tiga tahun yang lalu,

hening sesaat setelah subuh

tangismu yang pertama memecah semburat jingga

Takkan pernah terlupa

bagaimana beribu rasa tak tergambarkan oleh tubuh

tatapmu yang pertama bertaut memenuhi rongga jiwa

Tak terasa

kini engkau telah belajar menapak jalan kehidupan

kini engkau telah belajar menyapa sesama

langkah-langkah kecilmu telah menuntunku untuk lebih bijak memahami kehidupan

sapamu telah mengingatkanku bagaimana waktuku tak cukup untuk menyapa dahaga masa depan yang terbentang

Masa depan adalah milikmu, gadis kecilku

Biarlah masa sekarang milik generasi sekarang yang sering terlupa bahwa masa mendatang adalah kepastian

Genggam masa depanmu, gadis kecilku

Dan jika masa itu telah tiba,

jangan pernah menoleh ke belakang untuk menangisi hal-hal buruk yang seharusnya ditinggalkan generasi sekarang yang takmampu meninggalkan keculasan, dengki, dan perasaan serba instan dalam menggapai keinginan

Gadis kecilku,

kami percaya bahwa masa depan itu terbentang, :untukmu dan generasimu:

sapa dan ingatkan kami bahwa masa depan itu adalah milik kalian

kami hanyalah busur

yang hanya bisa mengantarkan kalian, :dengan doa dan harap:

(♣. surabaya, awal september 2007, untuk aurora nuha sadida)

Standar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s