Ada tiga hal yang biasanya melekat pada kata ‘resolusi’: yang pertama adalah PBB (organisasi perserikatan bangsa-bangsa), yang kedua adalah tekait dengan gambar sekian piksel, serta yang ketiga adalah berkenaan dengan perayaan tahun baru.
Mari kita tengok sejenak arti ‘resolusi’ dalam bahasa aslinya:
Resolution: [1] a formal statement of an opinion agreed on by a committee or a council especially by means of a vote [2] the act of solving or settling a problem, disagreement, etc. SYN: SETTLEMENT [3] the quality of being resolute or determined. SYN: RESOLVE [4] a firm decision to do or not to do something [5] the power of a computer screen, printer, etc. to give a clear image depending on the sizeof the dots that make up the image ~ Oxford Advanced Learner’s Dictionary Seventh Edition
Nah, karena hari ini adalah hari pertama kembali ke kantor (bagi yang mereka terbiasa dengan kantor resmi) di tahun 2012 alias hari ketiga di tahun ini, maka biar sedikit basi, resolusi yang ingin saya bahas pada postingan kali ini adalah resolusi tahun baru. Sudahkah Anda membuatnya? Atau malah merasa tak ada guna be-resolusi-an-ria?
Untuk yang terbiasa membuat resolusi tahun baru, mungkin diwakili oleh kompasioner Robertus Benny Murdhani (baca di sini), sementara yang tidak terbiasa mungkin diwakili oleh kompasioner (juga) lainnya: mbak Edi Kusumawati (baca di sini). Keduanya menggambarkan bagaimana kita dan resolusi tahun baru yang (telah) kita buat dari dua sisi yang berbeda. Tidak ada yang salah dengan keduanya. Karena apapun, keduanya kemudian berujung sama, bahwa aksi atas resolusi itulah yang menjadi faktor yang jauh lebih penting.
***
Sebelum saya menanyakan kepada Anda, saya jawab saja bahwa saya bukanlah pengikut tradisi resolusi tahun baru. Bahkan, bagi saya tak ada bedanya malam tahun baru dengan malam yang lain. Tak ada terompet, tak ada begadang. Malam tahun baru kemarin malah saya habiskan dengan tidur sore di rumah saja saat Sidoarjo sedemikian deras berteman dengan hujan sejak pagi terakhir di tahun 2011 itu.
Kembali ke resolusi tahun baru, saya tak ingat apa resolusi saya pada tahun baru 2011 yang lalu. Resolusi bagi saya tak identik dengan tahun baru. Bisa datang kapan saja, saat ulang tahun, saat baca koran di serambi rumah, atau malah pas menghabiskan email yang berjejal di inbox manakala di toilet. Yang sering jadi masalah bagi saya, memang bagaimana mewujudkan resolusi itu di tataran aksi. Kadang ada resolusi yang malah harus diulang dari waktu ke waktu, karena aksi selalu ada saja halangannya.
Tetapi ada yang berbeda pada tahun ini. Sebuah email dari pengelola wordpress di penghujung tahun 2011 membuat saya merasa gimana gitu. Berikut adalah screen shoot-nya:


Sebuah laman yang khusus dibuat bagi pengguna wordpress, tentang segala aktivitas selama tahun 2011 kemarin. Laman yang sependek ingatan saya, baru pada tahun ini saya terima. Dari sana saya kemudian tahu bahwa pada tahun 2011 kemarin saya menulis 48 posting, sepertiga dari total posting yang pernah saya buat selama ini. Tetapi, dari sepertiga itu (berarti rata-rata hampir tiap minggu ada satu postingan, terlewatkan 4 minggu tanpa postingan) telah meningkatkan jumlah pengunjung hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah pengunjung sebelumnya.
Pada titik ini kemudian saya merasa -resolusi saya bahwa saya ingin merawat kembali blog yang pernah saya punya sejak beberapa tahun yang lalu, menjadi lebih terawat- seolah bagai anak sekolah menerima rapor berwarna biru. Tidak ekselen memang, tetapi setidaknya kali ini tak lagi ada warna merah.
Pembaca, apapun resolusi kalian di tahun 2012, semoga senantiasa komit, senantiasa istiqomah hingga di akhir waktu. Resolusi tak bakal berarti jika tanpa aksi. Sementara di lubuk hati kita, diam-diam merindukan kembali masa menerima rapor.
Selamat tahun baru 2012!!
[kkpp, 03.01.2012]
Menyukai ini:
Suka Memuat...