menulis
-
Dulu suara dibungkam dengan senapan. Dalihnya suara sumbang merusak persatuan kesatuan. Kini zaman sudah berbeda. Suara sumbang ditenggelamkan oleh keriuhan buzzer bersenapan tanda pagar. Suara keresahan dibiarkan larut dalam keramaian. “Bikin keramaian baru!” Lalu muncullah pembicaraan baru yang sepele tapi ramai bersahutan padahal fakir esensi. Suara protes dan kritis tak didengar. “Kalian siapa kok harus Read more
-
Buanglah sampah pada tempatnya. Begitu kami diajarkan di sekolah dulu. Mestinya kalian juga diajarkan hal yang sama bukan? Anak kini malah sudah diajarkan memilah sampah, menggunakan peralatan yang bisa didaur ulang dan mengurangi penggunaan plastik. Sudah benar. Tapi bagaimana pelaksanaannya? Regulasi sudah ada. Tapi sebagaimana hal lain di republik ini, regulasi ya tinggal regulasi. Penegakan Read more
-
Bolehkah aku jatuh cinta sekali lagi? Tanyaku padamu tanpa kata. Berharap binarmu tangkas menangkap sinyal radar yang kutitipkan gelap malam. Bolehkah aku jatuh cinta sekali lagi? Boleh? Sekali saja, pada tiap esok pagimu yang penuh warna sebelum siang mendaras peluh, sebelum sore melipat penat serta sebelum malam mengendap mimpi dan doa. Lantas kutanyakan sekali lagi Read more
-
Menanti Isak sejak magrib. Bukan magrib hari ini tapi magrib di suatu hari sejak saga proses kepindahannya yang penuh drama. Rumornya sudah ditiup sejak musim yang lalu ditutup dengan gemilang lantas bergulir dengan episode yang alur ceritanya terlihat happy ending sekaligus sad ending buat point of view yang berbeda. Musim baru klub baru. Bayangkan, ada Read more
-
“Kalau semua tak membawa berita sepertimu, besok kita mau terbit kosongan? Apa kata yang sudah berlangganan? Masak koran isinya iklan dan iklan … . ” Suara mbak Rindang pecah cemprengnya membelah ruangan lantai empat dan membuat semua yang sudah pada sibuk di depan layar komputer masing-masing melongok sebentar mencari tahu siapa yang kena semprotan di Read more
-
Manusia tempatnya lupa. Tuhan mengingatkannya dengan cara tak terduga. Kecelakaan yang saya alami sebelum Ramadan kemarin membuat untuk sementara waktu tangan kiri saya masih lumpuh. Jika tidak begitu, saya lupa betapa nikmatnya jika kedua tangan bisa bekerja. Jangankan untuk hal-hal yang berat semacam mengangkat galon air ke dispenser muatan atas, ternyata banyak hal kecil yang Read more
-
Sejak diterima di PTN beda kota, kata ‘pulang’ berarti Malang. Kota kelahiran, sekaligus tempat Bapak dan Ibu berada, yang senyum dan doa mereka adalah hal paling menenteramkan. Surabaya, Bekasi, Surabaya, Sidoarjo, Jakarta, Sidoarjo. Dari sana kami pulang saat liburan. Pernah suatu ketika harus menempuh lima jam lebih perjalanan darat untuk jarak 60 km saat tragedi Read more
-
Perjalanan kehidupan katanya disusun dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Pilihan kecil atau pilihan besar tergantung dari sudut pandangnya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya ketika jurusan yang saya idamkan di Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri justru saya tempatkan sebagai pilihan kedua. Kebingungan mencari jurusan lainnya, ketemulah jurusan yang secara Perguruan Tinggi Negeri di atas jurusan yang semula Read more
-
“Sebentar ya Pak, tangan saya cuma satu,” kata saya kepada driver online yang menjemput. Sebuah permintaan untuk memaklumi keadaan bahwa saya butuh waktu tambahan untuk meletakkan barang bawaan dan menutup pintu mobil yang kesusahan ditutup jika saya masuk dari sisi kiri. Tangan kanan yang masih berfungsi harus bergerak ke kiri melintasi badan. Beda jika masuk Read more
-
Hai, Mei! Ke mana saja kamu? Bukankah angka lima puluh adalah angka cantik untuk dipadupadankan di atas kue ulang tahun bernuansa klub sepakbola yang juga tengah merayakan gelar kedua puluh di tangan dingin pelatih baru yang hanya berbekal pemain-pemain lama peninggalan pelatih sebelumnya? Hai, Mei! Ke mana saja kamu? Tidakkah engkau berkeinginan untuk membangunkanku, membangunkan Read more
