Kepingan Koratkarit Paling Pojok

"musuh kita adalah waktu yang tak ragu bergerak maju, dan senyummu itu, tertinggal di masa lalu"

Pulang (1)

Perjalanan kehidupan katanya disusun dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Pilihan kecil atau pilihan besar tergantung dari sudut pandangnya.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya ketika jurusan yang saya idamkan di Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri justru saya tempatkan sebagai pilihan kedua. Kebingungan mencari jurusan lainnya, ketemulah jurusan yang secara Perguruan Tinggi Negeri di atas jurusan yang semula hendak saya tuju.

Pilihan ngawur itu kemudian mengubah jalan kehidupan saya.

“Ngapain dik, kok jauh-jauh kuliah di Surabaya,” ujar seorang ibu yang bersebelahan di bus antar kota dalam Bahasa Jawa yang medok berbasa-basi di suatu Senin pagi. “Di Malang kan banyak kampus,” lanjutnya. “Yang di luar kota aja ke Malang, yang di Malang malah keluar kota. Piye toh?”

Ketrimanya di sana, Bu,” jawab saya datar.

“Emang (diterima) di mana?”

“Di ITS,” ada sedikit rasa bangga, bagaimanapun buat saya yang dari sekolah swasta yang non unggulan (yang unggulan semacam sekolah swasta berbasis agama) bisa tembus ke ITS adalah sebuah pencapaian kerja keras selama setahun terakhir di SMA. Les tambahan dan berbagai try out membuat saya lupa bioskop dan stadion Gajayana.

“Nah, apalagi ITS, di Malang ada ITN yang negeri, S-nya ITS kan swasta toh?”

Saya tertawa dalam hati, sambil membatin, “Ini kalau diteruskan repot juga.”

Bus makin penuh melaju ke Surabaya. Penumpang terus bertambah.

Saya mencoba tidur. Jalan masih penuh perjuangan nanti, baik di bus kota Bungurasih-Bratang, maupun di bemo lyn S, jurusan Bratang-Keputih. Padahal aslinya masih bete kalau Si Ibu terus ngajakin ngobrol. Gedang godog mretheli.

[kkpp, 30.11.2025]

Note: tulisan ini pernah diposting di instagram @tattock_ sebagai bagian Gerimis30Hari – Gerakan Rutin Menulis 30 Hari pada 3 Juni 2025.

Tinggalkan komentar