Kepingan Koratkarit Paling Pojok

"musuh kita adalah waktu yang tak ragu bergerak maju, dan senyummu itu, tertinggal di masa lalu"

Panggil Ambulance!

“Panggil ambulance! Gak usah aneh-aneh, opo maneh dijojoh-jojoh barang … ,” begitu kata narasumber langsung ngegas saat mendapatkan pertanyaan pertama di episode ke-56 Reboan Ngalor Ngidul Virtual ITS93 yang diselenggarakan via zoom tadi malam (3/7). “Lek kenek prapatan Gedangan, ya wasalam, Dok,” ujar Alim, salah satu warga Sidoarjo setengah putus asa. “Yo apesmu lek ngono, lapo manggon kono … ,” kata sang narasumber yang spesialisnya di bidang bedah syaraf.

Narasumber di acara Reboan kami disebut sebagai Dhayoh Karet Loro. Tadi malam, Dhayoh Karet Loro-nya adalah Dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, meski datang terlambat tetap tampil thas thes seperti yang dibayangkan sebagaimana ketika beliau terlihat di beberapa podcast, reel dan story instagram, serta linimasa twitter (ah, saya kok males nyebut X, hihihi). Di dunia maya, beliau lebih dikenal dengan Dokter Ryuhasan dan beliau tidak keberatan dipanggil Dokdes.

Keterlambatan sang narasumber, tak membuat peserta zoom bubar. Materi malam itu, tentang stroke beserta mitos dan faktanya, banyak ditunggu. Padahal bisa saja sebenarnya materi itu tinggal di-googling baik nyari artikel ataupun mendengarkan podcast banyak tersedia. Tapi mendengarkan langsung meski hanya via online adalah hal yang ditunggu banyak orang. Mungkin semacam suporter bola yang memilih untuk nonton langsung ke stadion daripada nonton di layar kaca atau menunggu hasil pertandingan via highlight dan livescore. Mungkin semacam pula para fans artis atau fans grup musik yang belain datang ke konser tak cukup sekedar mendengar hanya via youtube, spotify pun apple music.

Tema Reboan tadi malam, Stroke: Mitos dan Fakta, adalah kelanjutan pembahasan dua episode sebelumnya. Waktu itu, Dhayoh Karet Loro, Slamet Mulyono dari Teknik Industri membawakan materi tentang perjalanan merantau keluar dari kampung halaman untuk bersekolah eh kuliah, dan kemudian lanjut ke ibukota untuk bekerja mencari nafkah hingga berpindah ke Sumatra dan kini menetap di Kalimantan. Di akhir episode itu, beliau keceplos bahwa pernah terkena stroke dan mengingatkan ke kita semua untuk aware bahaya stroke. Karena keterbatasan waktu, kami menjanjikan untuk dilanjutkan pembahasannya di lain episode dengan mendatangkan pembicara yang memang expert di bidangnya.

Jadilah, Reboan kami kemudian malah memecahkan rekor. Yang pertama, rekor untuk pertama kalinya Dhayoh Karet Loro dari luar ITS93. Yang kedua, rekor peserta zoom terbanyak. Yang ketiga, untuk pertama kalinya ada sponsor mengisi flyer Reboan, semoga memancing sponsor-sponsor berikutnya. Rekor yang keempat, untuk meredakan kesenewenan tim host lainnya, saya merelakan untuk di episode ini stay dari belakang meja bukan dari belakang kemudi mobil.

Pembahasan dari Dhayoh Karet Loro buat saya pribadi banyak menambahkan insight baru. Apalagi kalangan terdekat kita banyak yang terkena stroke. Dan saya sendiri juga sangat mungkin jadi yang berikutnya. Laki-laki 1.7 kali lebih besar peluangnya terkena dibandingkan wanita, kelebihan berat badan, dan juga orangtua pernah mendapat serangan stroke. Penyampaian Dokdes untuk meregulasi tekanan darah, meregulasi asupan gula, melebihteraturkan pola hidup dan pola makan, pergi teratur untuk kontrol kesehatan, pergi konsultasi ke dokter alih-alih menyimpulkan sendiri, kalau tak suka dengan opini satu dokter ya pergi ke dokter lainnya untuk second opinion, lebih pro ke olahraga rekreatif daripada ke olahraga kompetitif (iki bener sih, umur sakmene latihan tenis ben dino 24 jam koyok warung meduro yo gak mungkin iso arep nantang Jannik Sinner untuk sekedar mendapatkan perhatian Anna Kalinskaya) adalah insight-insight baru yang saya dapatkan tadi malam.

Belum lagi insight soal ambulance membuat saya miris. Otik, kawan host Reboan yang day to day tinggal di Melbourne, bercerita kalau di sana service level agreement (SLA) untuk ambulance adalah 3 menit. Dokdes menambahkan SLA di Sidney adalah 5 menit. Di Indonesia? Alim aja sudah setengah putus aja dengan setopan mesakat-nya perempatan Gedangan meskipun dihibur Dokdes kalau di Sidoarjo sudah banyak ambulance ditempel stiker partai dan politisi. Lantas, seusai bubaran zoom saya tanya ke Otik, siapa yang mensyaratkan SLA untuk ambulance hanya 3 menit? Katanya, di Melbourne, ambulance itu diurus sendiri oleh suatu badan independen mirip dengan pemadam kebakaran. Astaga, kita mah masih jauh. Soal pemadam kebakaran saja warga Sidoarjo jadi bahan tertawaan kasihan oleh khalayak Suara Surabaya, dan juga kemarin kejadian viral ambulance yang dipinggirkan pejabat yang kemudian terjadi malah sopir ambulance dan yang memviralkan yang harus minta maaf.

Sudahlah, kalau memang tidak bisa mengharapkan pemerintah lebih baik mengurus rakyat, ya kita sendiri yang harus mengurangi kemungkinan terkena stroke supaya kelak tak merepotkan siapa saja di sekeliling kita untuk memanggilkan ambulance. Tetap sehat, teman-teman semua!

[kkpp, 04.07.2024]

Tinggalkan komentar